Pressing Agresif Milan Buyarkan Kemenangan Lazio

Analisis

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Pressing Agresif Milan Buyarkan Kemenangan Lazio

Kemenangan SS Lazio yang sudah di depan mata harus buyar oleh gol Suso pada menit 84`. Gol itu membuat Lazio dipaksa bermain imbang 1-1 oleh AC Milan di Stadion Olimpico, Selasa (14/2). Padahal Lazio sudah unggul terlebih dahulu melalui gol yang dicetak Lucas Biglia melalui eksekusi penalti pada menit 45`.Hasil imbang tersebut sesuai dengan target Milan yang ingin mencuri poin di kandang Lazio. Sebab Milan bertandang ke Stadion Olimpico dengan kondisi yang pincang.

Kesebelasan berjuluk I Rossoneri itu tidak bisa diperkuat banyak pemainnya. Alessio Romagnoli, Giacomo Bonaventura, Luca Antonelli, Mattia De Sciglio dan Ricardo Montolivo tidak urung tampil karena cedera. Sementara Gabriel Paletta dan Juraj Kucka tidak bisa dimainkan karena hukuman kartu. Absensi yang paling riskan adalah di lini belakang. Milan kehabisan stok full-back kiri karena absensi De Sciglio dan Antonelli. Ditambah tanpa duet bek tengah andalannya, Romagnoli dan Paletta, lini belakang Milan diuji agresivitas trisula serangan Lazio.

Ya, kesebelasan dari Kota Roma itu bisa memainkan tiga pemain depan andalnnya, Balde Keita, Ciro Immobile dan Felipe Anderson. Secara keseluruhan Lazio tampil dengan kekuatan penuh. Namun ada bencana jelang pertandingan tersebut berlangsung karena kiper andalannya, Federico Marchetti, tidak jadi diturunkan setelah mendapatkan cedera ketika pemanasan. Alhasil Marchetti digantikan Thomas Strakosha untuk mengawal gawang Lazio.

Hal yang membuat Milan bisa mengimbangi Lazio adalah keberanian skuatnya tetap melancarkan pressing agresif kepada tuan rumah. Milan melancarkan pressing agresif dengan menggunakan formasi 3-4-3 dan dilakukan sejak Lazio menguasai bola dari lini belakang. Bahkan pengejaran tetap dilakukan walau bola berada di kaki Strakosha. Gencarnya pressing agresif Milan diiringi dengan naiknya garis pertahanan kesebelasnanya. Termasuk Manuel Locatelli yang beberapa kali masuk ke wilayah Lazio. Padahal ia adalah gelandang yang sering masuk di antara kedua bek tengah Milan untuk membantu pertahanan.

Tekanan itu menyulitkan Lazio untuk membangun serangan melalui kedua bek sayapnya. Faktor itulah yang membuat Biglia sering turun ke bawah untuk membuka ruang build-up serangan Lazio dari belakang. Dan pressing agresif yang dilancarkan Milan memaksa Lazio kerap melepaskan umpan-umpan jauh. Ketika umpan jauh itulah garis tinggi pertahanan Milan berkesempatan mendapatkan bola melalui duel-duel udara. Sebab Immobile yang dijadikan sasaran mesti beradu dengan bek Milan bertubuh tinggi seperti Cristian Zapata dan Gustavo Gomez yang naik ke luar kotak penalti atau garis tengah lapangan.

Milan juga tetap melakukan pressing agresif ketika babak sudah berganti. Namun tekanan yang dilancarkan mereka lebih lambat karena staminanya sudah terkuras habis pada babak pertama. Beberapa pergantian pemain pun dilakukan kesebelasan besutan Vincenzo Montella tersebut. Milan sudah melakukan pergantian pemain pada menit 53` dengan memasukan Jose Sosa untuk menggantikan Locatelli. Sosa pun diharapkan bisa memberikan tenaga tambahan untuk melancarkan pressing agresif. Begitu juga dengan masuknya Gianluca Lapadula dan Matias Fernandez.

Alhasil, pressing agresif tetap digencarkan Milan selama babak kedua pada akhirnya menghasilkan sesuatu. Berawal dari pressing agresif yang coba dilancarkan Sosa di sisi kiri wilayah Lazio. Upaya tekel Sosa memang gagal, namun bola liar hasil dari pressing agresifnya itu berhasil dikuasainya. Kemudian bola itu dijadikan kerja sama antara Sosa, Suso dan Fernandez. Sampai pada akhirnya Suso menjadi pemain terakhir yang menguasai bola dan dikonversinya menjadi gol pada menit 84`.

Grafis tekel AC Milan selama pertandingan. Sumber: Squawka.

Perlawanan Milan kepada Lazio di situasi pincang itu seharusnya bisa membuahkan kemenangan. Penampilan lini belakang, terutama kegemilangan Gianluigi Donnarumma dalam menjaga gawang cuma membuat mereka dipaksa kebobolan melalui penalti. Total, Donnarumma melakukan 10 penyelamatan penting pada laga tersebut. Ditambah bantuan dari barisan bek Milan membuat 23 percobaan tendangan Lazio ke gawang tidak terlalu efektif karena cuma mencetak satu gol melalui penalti.

Grafis percobaan tendangan SS Lazio. Sumber: Squawka.

Komentar