Cara Sukses a la Dries Mertens

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Cara Sukses a la Dries Mertens

Tidak ada yang menyangka jika Napoli mampu konsisten menempel Juventus di papan atas Serie A 2016/2017 hingga pekan ke-23. Meski selisih dengan Juventus masih berjarak sembilan poin, namun Napoli kini menempati posisi tiga, dua poin di bawah AS Roma di peringkat dua. Ini artinya Napoli mampu mempertahankan kualitas terbaiknya untuk bisa menjaga asa juara karena mereka sempat menempati posisi ke-6.

Dalam penampilan impresif sejauh ini, ternyata muncul andalan baru di lini depan Napoli, ia adalah Dries Mertens. Penyerang sayap asal Belgia tersebut menjelma menjadi mesin gol kesebelasan berjuluk Partenopei ini. Total 16 gol dilesakkan pemain berusia 29 tahun ini. Torehan golnya tersebut menempatkannya di posisi dua pencetak gol terbanyak Serie A di pekan ke-24.

Mertens seolah menjadi jawaban atas lini serang Napoli yang tak tajam semenjak ditinggalkan Arkadiusz Milik (cedera ACL dan mungkin tak akan bermain hingga akhir musim). Penampilannya sebagai penyerang tengah Napoli lebih baik dari Manolo Gabbiadini yang sedianya merupakan pengganti Milik. Gabbiadini bahkan sampai dilego ke Southampton pada bursa transfer musim dingin lalu.

Terbaru, Mertens baru saja mencetak tiga gol (dan satu asis) saat Napoli menang 1-7 di kandang Bologna. Lebih dari itu, penampilan Mertens memberikan energi positif bagi skuat Napoli yang masih menjaga peluang mereka menjuarai Serie A, atau setidaknya berlaga di Serie A musim depan.

Mulai Nyaman dengan Peran False Nine

Sebelum Milik cedera, Mertens sebenarnya bukan pemain yang dipersiapkan sebagai pemain utama tim. Dalam skema 4-3-3, ia disiapkan sebagai backup Lorenzo Insigne di sisi kiri penyerangan. Di sisi kanan sendiri menjadi milik Jose Callejon yang cukup tak tergantikan. Apalagi dalam tujuh laga awal Serie A, ia hanya sekali bermain sejak menit pertama. Hanya di Liga Champions ia selalu bermain sejak menit pertama.

Napoli menempati peringkat dua klasemen sementara Serie A pekan ke-7 sebelum Milik cedera. Kesebelasan yang bermarkas di Stadion San Paolo ini terpaut empat poin saja. Sementara itu setelah Napoli memasang Gabbiadini sebagai penyerang tengah, Napoli tercecer ke peringkat enam. Cedera Milik dan tak maksimalnya Gabbiadini membuat Napoli sempat diprediksi akan kesulitan bersaing di papan atas.

Namun semuanya berubah setelah Sarri bereksperimen pada laga melawan Besiktas di Liga Champions usai Napoli dikalahkan AS Roma di Serie A. Kala itu Mertens diplot sebagai penyerang tengah, bermain sebagai false nine. Posisi sayap penyerangan tetap milik Insigne dan Callejon. Meski Napoli kalah 2-3, Mertens menyumbang satu gol (satu gol lain diciptakan Gabbiadini lewat titik putih). Dari situ Sarri melihat potensi pemain kelahiran 6 Mei 1987 ini.

Mertens tentu saja cukup asing dengan peran barunya ini. Sepanjang kariernya, ia selalu dipasang sebagai winger. Karenanya tak heran, setelah mencetak gol melawan Empoli di kesempatan ketiganya sebagai penyerang tengah, pemain berusia 29 tahun ini sempat melempem karena masih memerlukan adaptasi. Tak heran pada pekan ke-14 Serie A dan matchday ke-4 Liga Champions ia dibangkucadangkan dan Gabbiadini kembali diberikan kesempatan bermain sebagai penyerang tengah.

Meski kembali menjadi cadangan, ia tak patah arang untuk membuktikan diri. Hasilnya ketika melawan Benfica, ia mampu mencetak satu gol dan satu asis, yang kemudian membuat Napoli menang 2-1. Padahal kala itu ia hanya bermain selama 33 menit saja, menggantikan Gabbiadini yang tampil tak maksimal.

Ternyata Mertens melanjutkan tren positifnya di pertandingan berikutnya. Lima hari berselang, ia mencetak hattrick ke gawang Cagliari (skor akhir 5-0). Kemudian lima hari setelah melawan Cagliari, ia mencatatkan quattrick ke gawang Torino yang berkesudahan 5-3 untuk Napoli. Torehan tersebut cukup memorial karena quattrick terakhir yang dilakukan pemain Napoli diciptakan Beppe Savoldi pada 1977.

Mertens saat mencatatkan quattrick (via: corrieredellosport.it)

Aksinya itu pun menuai pujian dari Presiden Napoli, Aurelio De Laurentiis. Bahkan Laurentiis terkesima dengan kemampuan Mertens, yang membuatnya mulai membandingkannya dengan Higuain, mesin gol Napoli musim lalu. "Saya mungkin salah menilainya, tapi sekarang ia [Mertens] sudah mencetak 10 gol. Dia seperti Higuain, kan?" tutur Laurentiis seperti yang dikutip ESPNFC pada Desember lalu.

Mertens sebenarnya saat itu tak tahu betul mengapa permainannya bisa menghadirkan tujuh gol dalam dua pertandingan. Namun ia menyadari bahwa sebagai false nine ia harus rajin menjemput bola ketimbang menunggu bola di depan menantikan umpan-umpan panjang.

"Saya tak begitu mengerti apa yang telah saya lakukan. Saya akan menonton kembali pertandingannya begitu saya di rumah," ujar Mertens seperti yang dilansir Mediaset. "Kami bermain baik dan solid. Saya bisa bermain sebagai false nine, tapi jika kami bermain dengan umpan-umpan panjang, saya mengalami kesulitan."

Setelah itu, permainan Mertens semakin matang sebagai false nine. Dalam tujuh pertandingan setelah mantan pemain PSV ini mencatatkan quattrick, total ia mencetak enam gol dan tiga asis. Rentetan gol itulah yang membuatnya mencatatkan 16 gol saat ini, yang bahkan total golnya tersebut melampaui torehan gol Higuain (15 gol).

Pekerja Keras dan Ambisius

Mertens saat ini telah menjadi pemain top Serie A. Hal ini merupakan buah kesabaran dan keuletannya dalam menantikan kesempatan untuk menunjukkan kemampuan diri. Pemain yang diboyong Napoli seharga 9,5 juta euro memang dikenal sebagai sosok yang sabar, pekerja keras, dan fokus pada apa yang ia kerjakan. Butuh perjuangan panjang bagi Mertens untuk mencapai level seperti sekarang ini.

Awalnya Mertens tak bercita-cita untuk menjadi pesepakbola. Ia menyukai sepakbola karena sering bermain dan diajak sang kakak, Jeroen, untuk bermain atau menonton sepakbola. Bergabungnya dengan akademi Stade Leuven pun karena sang kakak bergabung dengan akademi tersebut.

Bersambung ke halaman berikutnya....

Komentar