Radamel Falcao, Pribadi Kuat dan Religius

Cerita

by Redaksi 27

Redaksi 27

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Radamel Falcao, Pribadi Kuat dan Religius

Radamel Falcao kembali menjadi perbincangan hangat akhir-akhir ini. Ia kembali menunjukkan kualitasnya sebagai salah satu penyerang berbahaya di sepakbola pada musim 2016/2017 ini. Sebelumnya, penampilan Falcao sempat meredup setelah mengalami cedera parah sebelum Piala Dunia 2014.

Falcao akhirnya bisa menemukan kembali ketajamannya di depan gawang ketika kembali memperkuat AS Monaco pada musim 2016/2017 ini. Hal ini terbukti dengan torehan 19 golnya di Ligue 1 yang membuatnya berada pada posisi ketiga daftar pencetak gol terbanyak Ligue 1 2016/2017. Berkat gol-golnya Falcao musim ini Monaco pun berhasil memuncaki klasemen sementara Ligue 1 dengan poin 83 unggul 3 poin di atas Paris Saint-Germain.

Sebagai seorang pribadi, Falcao merupakan sosok yang kuat akibat tempaan hidup yang sangat keras sejak kecil, Ia juga merupakan sosok yang taat dalam beragama. Kedua hal inilah yang mungkin membuatnya tetap bisa tegar dan berhasil walaupun diterpa beberapa permasalahan dan keterpurukan.

Perjalanan hidup yang keras sejak kecil

Kehidupan yang keras sudah dijalani oleh Falcao sejak kecil. Ia harus berpindah-pindah tempat tinggal dari Kolombia-Venezuela mengikuti perjalanan karier ayahnya, Radamel Garcia, yang juga merupakan seorang pemain sepakbola.

Bisa dikatakan bakat sepakbola Falcao diturunkan dari ayahnya. Walaupun berbeda posisi ketika bermain, ayahnya sebagai pemain belakang sedangkan Falcao sebagai penyerang, peran ayahnya tetap sangat penting bagi perjalanan karier Falcao.

Keberhasilan Falcao menjadi salah satu penyerang kelas dunia tak lepas dari peran ayahnya. Falcao termotivasi menjadi penyerang karena ia kecewa dengan posisi ayahnya bermain. Ia tak ingin menjadi seperti ayahnya yang memiliki tugas utama melindungi pertahanan.

“Saya menonton ayah saya bermain di lini pertahanan dan itu mengecewakan saya. Saya ingin ia maju ke depan dan mencetak gol,” ujar Falcao seperti dikutip oleh The Guardian 2014 lalu.

Ternyata ayahnya pun menginginkan Falcao menjadi seorang penyerang. Ini terbukti dengan dilatihnya Falcao sebagai seorang penyerang oleh sang ayah. Mereka bermain satu lawan satu dengan Falcao sebagai penyerang dan ayahnya sebagai pemain bertahan. Pengalaman dan ilmu yang didapat selama berlatih bersama ayahnya ini tentu sangat berguna bagi Falcao.

Selain berlatih dengan ayahnya, Falcao kecil juga bermain dan berlatih sepakbola di lapangan dekat rumahnya di Santa Marta, Kolombia. Pada saat itu ia bermain bola bukanlah dengan anak-anak seumuran dirinya (ketika itu usia Falcao di bawah 5 tahun). Ia menghadapi teman-teman bermainnya yang berbadan lebih besar dan berusia lebih tua dari dirinya. Ia pun sering mengabaikan rasa sakit yang menghampiri dirinya ketika bermain di lapangan tersebut. Lapangan Santa Marta tersebut penuh dengan batu-batuan, tentu bukanlah lapangan yang cukup baik untuk bermain sepakbola.

“Lapangan Santa marta itu penuh dengan batu. Saya sering ingat ketika Falcao pulang ke rumah dengan badan penuh luka dan darah setelah terjatuh di atas batu atau menendang batu dengan kaki bagian bawah. Tapi ia tidak memedulikannya dan tetap bermain,” ujar ayah Falcao seperti dikutip oleh Daily Mail 2014 lalu.

Namun saat berusia 5 tahun, Falcao harus meninggalkan Kolombia untuk pindah ke Venezuela mengikuti ayahnya. Meninggalkan Kolombia juga berarti Falcao harus meninggalkan sepakbola. Mengingat sepakbola bukanlah olahraga yang popular di Venezuela.

Walaupun tidak bermain sepakbola, Falcao tetap berolahraga denga bermain baseball di Venezuela. Baseball merupakan olahraga nasional di sana.

“Saya ingat suatu hari ia datang kepada saya dengan hidung berdarah akibat terkena lemparan bola dari anak-anak lainnya," ujar ayah Falcao. "Ia memohon kepada saya untuk mengajarinya cara bermain baseball, olahraga nasional Venezuela, untuk menghentikan anak-anak lain mengolok-oloknya. Jadi, pada malam yang sama, kami mulai berlatih dengan pemukul dan bola,” ujar Ayah Falcao seperti dikutip oleh Daily Mail 2014 lalu.

Falcao termasuk seorang anak yang cepat sekali handal dalam mempelajari sesuatu. Ini terbukti dengan berhasilnya ia bergabung dengan tim baseball tidak lama setelah dilatih oleh ayahnya. Ia pun mampu menunjukkan permainan y6ang impresif sampai membuat sang pelatih memohon kepada ayahnya untuk membiarkan Falcao tetap berada di tim.

Namun, takdir berkata lain. Ayahnya memutuskan Falcao untuk menjadi pemain sepakbola saja seiring dengan kembalinya mereka ke Kolombia setelah menetap selama lima tahun di Venezuela. Falcao pun mulai serius dalam menggeluti sepakbola saetelah kembali ke Kolombia.

Kehidupan keras yang sudah ia jalani sejak kecil inilah yang membuatnya berhasil bangkit setelah mengalami dua kali keterpurukan. Ia sempat mengalami cedera parah saat bermain untuk River Plate. Namun setelah itu ia berhasil bangkit dan berhasil mencetak banyak gol bagi River plate.

Hal ini kembali berhasil ia lakukan dengan berhasil bangkit setelah mengalami cedera parah saat di Monaco menjelang Piala Dunia 2014. Walaupun harus menunggu dua tahun lamanya agar performanya kembali.

Seorang Kristian yang religius

Falcao terkenal sebagai penganut agama Kristen yang taat. Ia bahkan menjadi kepala pemuda gereja bernama Locos por Jesus and Campeones para Cristo. Sifat religius Falcao diturunkan oleh ayahnya yang juga terkenal cukup religius.

Sifat religius Falcao ini juga didapat olehnya karena semasa masih remaja ia pernah masuk ke dalam sekolah olahraga bernama Fair Play.

"Dia tidak akan hanya belajar bagaimana bermain sepak bola di sini," ujar pemilik sekolah Fair Play tersebut kepada ayah Falcao sepertio dikutip oleh Daily Mail 2014 lalu

Sekolah olahraga tersebut memang tidak hanya berisi tentang pelajaran olahraga juga berisi tentang pelajaran keagamaan. Hal inilah yang akhirnya membimbing Falcao menjadi pribadi yang taat beragama.

"Lihatlah Maradona, jangan ikuti jalannya, jangan pernah bertarung dengan siapa pun dan jangan berbicara orang jahat," tambah si pemilik sekolah tersebut.

Landasan moral yang diajarkan oleh sekolah tersebutlah yang membuat Falcao bisa menghindari hal-hal buruk yang bisa saja menimpa dirinya.

"Saya percaya kepada Yesus Kristus dan mencoba untuk mengikuti gaya hidupnya dalam memimpin di bumi,” ujar Falcao

Dari ucapan Falcao tersebut terlihat dengan jelas bahwa Falcao memang merupakan seorang yang sangat religius. Falcao bahkan bertemu dengan istrinya di gereja Evangelis yang bertempat di Buenos Aires, Argentina.

Sifat religiusnya ini juga ditunjukkan di dalam lapangan. Falcao sering terlihat memanjatkan doa sebelum memulai pertandingan. Ia pun sering melakukan selebrasi dengan mengangkat kedua tangannya ke atas sebagai rasa syukur kepada sang pencipta.

***

Perjuangan hidup yang keras dan juga ketaatan dalam beragama membuat Falcao menjadi pribadi kuat dan religius. Membuat dirinya menjadi pribadi yang tahan banting dan tentunya selalu percaya akan kekuasaan Tuhan.

Sumber : The Guardian, Telegraph dan Daily Mail

foto: eurosport.com

Komentar