Round Up: Liga Primer 2016/2017 Gameweek 21

Berita

by Dex Glenniza

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Round Up: Liga Primer 2016/2017 Gameweek 21

Mulai dari hat-trick Harry Kane, Everton membantai Manchester City, sampai long ball Manchester United yang dikritisi oleh Jurgen Klopp, Liga Primer Inggris musim 2016/2017 pekan (gameweek) ke-21 menampilkan gol dan juga aksi-aksi yang menarik dari dalam maupun luar lapangan.

Banyak hal bisa kita dapatkan dari pekan ke-21 ini. Berikut adalah beberapa di antaranya.

Sistem Tiga Bek Semakin Marak

Sebelumnya mungkin ada Louis van Gaal pada musim 2014/2015, kemudian Brendan Rodgers juga di musim yang sama. Sejujurnya sistem tiga bek, berapapun formasinya, sudah dianggap sebagai barang yang langka dan tidak laku di Liga Primer.

Namun musim ini, hal-hal banyak berubah. Mulai dari Antonio Conte, Walter Mazzari, Mauricio Pochettino, Aitor Karanka, sampai Claudio Ranieri, semuanya mencoba sistem tiga bek ini. Dua nama terakhir tercatat menjadi nama terbaru yang memakai sistem ini.

Pada pekan ke-21, sebanyak delapan kesebelasan menerapkan sistem tiga bek ini, yaitu Chelsea, Tottenham Hotspur, Everton, Hull City, Watford, West Ham United, Middlesbrough, dan Leicester. Khusus untuk Leicester, mereka yang menghadapi Chelsea mungkin berniat melakukan mirroring taktik Conte, meskipun ternyata gagal total.

Menunggu Ndidi menjadi “The Next Kante”

Setelah kehilangan N’golo Kante, penampilan Leicester City langsung menurun drastis. Sampai jendela transfer musim dingin dibuka, belum ada nama yang datang sebagai pengganti Kante bagi The Foxes kecuali (mungkin tadinya saya berpikir) Nampalys Mendy.

Tapi nama Onyinye Wilfred Ndidi kemudian muncul menjadi pembelian yang paling menjanjikan bagi Leicester. Gelandang asal Nigeria ini tidak ikut ke Piala Afrika karena negaranya tidak lolos, sehingga bisa langsung bermain dan membuat pengaruhnya di Piala FA.

Namun pada pertandingan menghadapi Chelsea, menghadapi Kante, Ndidi seperti diajarkan oleh Kante bagaimana caranya mengemulasi permainannya ketika berseragam The Foxes musim lalu. Pada pertandingan itu, bukan hanya Ranieri yang “diajarkan” oleh Conte mengenai bagaimana caranya bermain dengan formasi tiga bek, tapi Ndidi juga.

One-Man Team Bukan Hanya Arsenal

Jika berbicara satu kesebelasan yang paling bergantung pada salah satu pemain, kita mungkin akan berpikir jika kesebelasan tersebut adalah Arsenal. Tapi ternyata kita bisa menemukan satu kesebelasan lagi yang juga mencolok, yaitu Southampton.

Tepat pada jendela musim dingin tahun lalu, The Saints mendatangkan Charlie Austin dari Queens Park Rangers dengan harga 4 juta paun. Pengaruhnya memang belum terlalu terlihat pada musim lalu, tapi di awal musim ini ia menjadi pemain yang begitu berpengaruh bagi penyerangan Southampton, dengan mencetak 9 gol dari 19 pertandingan.

Namun penampilan Soton menurun drastis sejak Austin mendapatkan cedera bahu. Meskipun mereka memiliki Shane Long, Jay Rodriguez, dan Nathan Redmond (beberapa kali dimainkan menjadi penyerang di awal musim), tapi mereka terus kesulitan untuk mencetak gol.

Pada pekan ke-21, kesebelasan asuhan Claude Puel ini sebenarnya bisa mendominasi lawannya, Burnley. Akan tetapi, mereka kebobolan melalui tendangan bebas Joey Barton di debutnya.

Austin dilaporkan masih akan cedera sampai Maret. Jadi jangan kaget jika Puel akan membeli penyerang lagi di jendela transfer musim dingin ini.

Pep Guardiola yang Tidak Berkembang

Keras kepala adalah istilah yang tepat untuk mendeskripsikan Pep Guardiola, terutama pada pekan ke-21 saat kesebelasannya, Manchester City, dibantai 4-0 oleh Everton. Ia memainkan Pablo Zabaleta sebagai gelandang, dan hal itu terbukti tidak bekerja dengan baik bagi City.

Everton bisa memanfaatkan sisi sayap, terutama sayap kiri, City melalui permainan direct mereka. Permainan possession Guardiola seolah tidak berdaya malam itu. Kita kemudian menunggu Pep untuk melakukan perubahan... perubahan sistem, perubahan pemain, atau perubahan lainnya.

Pada kenyataannya, satu-satunya perubahan yang ia lakukan adalah mengganti Zabaleta (akhirnya!) dengan Kelechi Iheanacho. Tapi perubahan itu belum cukup untuk meredam direct football Everton. Sisanya kita semua tahu: mulai dari Tom Davies yang memesona, Ademola Lookman mencetak gol debut, sampai debut Morgan Schneiderlin. Skor akhir adalah 4-0 untuk Everton, just in case jika Anda lupa.

Tidak Masalah Tidak Ada Payet

Pasukan Slaven Bilic bisa cepat-cepat move on meskipun mereka mendapat kabar jika Dimitri Payet tidak mau bermain lagi untuk West Ham United. Melawan Crystal Palace di pekan ke-21 ternyata membuat mereka justru tampil trengginas.

Melalui tiga gol yang dicetak oleh Sofiane Feghouli, Andrew Carroll, dan Manuel Lanzini, West Ham berhasil menggunduli Palace dengan skor 3-0. Padahal Sam Allardyce, manajer Palace, menyatakan saat konferensi pers pertamanya bahwa ia akan berkonsentrasi untuk memperbaiki lini pertahanan. Hal tersebut sepertinya belum terlihat sampai pekan ke-21.

“Saya berpikir jika tidak ada pemain yang lebih besar daripada kesebelasan,” kata Carroll. Meskipun Payet menjadi salah satu pemain teratas dalam menciptakan peluang di Liga Primer, Carroll dkk benar-benar bisa membuktikan bahwa memang tidak ada pemain yang lebih besar daripada kesebelasan.

Kalau Bingung, Bola Panjang atau Umpan Silang Saja

Klopp jelas tidak senang dengan pendekatan Jose Mourinho di akhir pertandingan: masukkan Marouane Fellaini dan kirim bola panjang. Ia bahkan menyebut taktik semacam itu bukanlah sepakbola (lantas apa, dong?). Tapi Mourinho tidak peduli.

Meskipun Mourinho tidak puas dengan satu poin yang dihasilkan dari hasil imbang 1-1 melawan Liverpool malam tersebut, tapi memang cara ini sudah menjadi senjata andalan bagi siapa saja ketika kebingungan, apalagi sedang ketinggalan.

Pada kenyataannya, Manchester United dan Liverpool sama-sama merupakan kesebelasan yang jarang memainkan bola panjang dan umpan silang. Tepatnya, United berada pada peringkat ke-17 dengan 10,37% operan mereka adalah bola panjang (1141 operan), sedangkan Liverpool... ternyata lebih banyak lagi, yaitu 1260 operan bola panjang.

Mengandalkan fisik Fellaini dan Zlatan Ibrahimovic untuk duel bola udara dari bola panjang atau umpan silang sebenarnya bukan merupakan sebuah dosa di sepakbola. Klopp juga pernah melakukannya dengan Steven Caulker musim lalu. Kemudian kalau kita mau merunut Liga Primer, kita akan menemukan lebih banyak lagi umpan silang yang tidak tepat sasaran. Tapi memang apapun taktiknya, sepakbola tetaplah sepakbola.

Komentar