Carlo Ancelotti Khawatir Para Penggawa Bayern München Kecanduan Media Sosial dan Smartphone

Berita

by Redaksi 33

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Carlo Ancelotti Khawatir Para Penggawa Bayern München Kecanduan Media Sosial dan Smartphone

Pelatih Bayern München, Carlo Ancelotti, mengungkapkan salah satu kekhawatirannya akan apa yang dialami oleh para pemain Bayern München. Ia menyebut bahwa para pemainnya sekarang mengalami sebuah kecanduan berselancar di media sosial dan bermain smartphone.

Perkembangan sepakbola zaman sekarang memang tidak bisa dilepaskan dari media sosial dan smartphone sebagai alat untuk mengakses media sosial tersebut. Melalui media sosial, klub dapat mempromosikan apa yang sedang mereka jual, memberikan informasi-informasi terkait keadaan klub, serta membentuk sebuah kedekatan personal antara pemain dengan suporter. Banyak hal positif yang bisa didapatkan oleh klub melalui media sosial ini.

Tapi di sisi lain, Ancelotti melihat bahwa apa yang dialami oleh para pemainnya di Bayern ini merupakan efek negatif dari media sosial dan smartphone. Ia merasa bahwa para pemainnya jarang berinteraksi satu sama lain dan menjadi pribadi yang lebih individualis karena lebih suka bermain dengan smartphone sembari berselancar di media sosial daripada bercakap-cakap satu sama lain.

"Para pemain mengisolasi dirinya sendiri dengan cara seperti itu (bermain smartphone dan berselancar di media sosial). Bahkan dalam sehari mereka mampu berdiam menatap layar smartphone mereka selama tiga jam penuh," ujar Ancelotti seperti dikutip ESPN FC.

Akibat dari perilaku para pemainnya ini, ia pun menerapkan kebijakan sesi latihan yang tidak terlalu lama. Ia lebih memilih memulangkan para pemainnya agar mereka bercakap-cakap dengan istri dan anak di rumah karena di tempat latihan pun mereka lebih sibuk bermain dengan smartphone mereka.

"Jika para pemain berada di rumah, mereka akan banyak berbincang dengan istri dan anak-anaknya. Zaman sudah berubah sekarang daripada zaman ketika saya masih menjadi pemain dahulu," ungkapnya.

"Dahulu, para pemain banyak melakukan hal bersama-sama seperti main kartu, tenis meja, ataupun table football. Semua permainan tersebut merancang kita untuk berbicara satu sama lain. Berbeda dengan sekarang, seperti yang dialami pemain-pemain saya. Bahkan kami hanya berbincang ketika makan malam saja," tambahnya.

Efek dari media sosial dan gawai memang tidak selamanya positif. Sudah banyak terjadi kasus-kasus yang berkaitan dengan kicauan para pemain sepakbola di media sosial. Contohnya adalah interaksi yang menjurus ke arah seksual yang dilakukan oleh Adam Johnson dengan seorang gadis di bawah umur. Ada juga Rio Ferdinand yang mencuitkan kata-kata kasar di akun Twitter, serta Ashley Cole yang menghina FA (federasi sepakbola Inggris) di status Twitter-nya.

Di Inggris, FA tidak segan untuk menghukum pemain, ofisial, ataupun manajer yang mengeluarkan komentar negatif dan menyinggung di media sosial. Total sejak 2011 sampai sekarang, FA sudah mengumpulkan uang denda sebanyak 350 ribu paun. Uang itu didapat dari para pemain, manajer, atau ofisial klub yang dihukum akibat komentar negatif dan menyinggung mereka di media sosial.

Baca Juga: Perkembangan Sepakbola dan Media Sosial

Media sosial dan smartphone, di balik segala kecanggihan yang mereka miliki, ternyata memiliki dampak negatif yang tak kalah besar untuk orang-orang. Ia dapat mencerdaskan orang-orang, tapi di sisi lain dapat membuat seseorang menjadi sangat individualis dan tidak peduli akan lingkungan sekitar.

foto: @FCBayernEN

Komentar