Merasa Depresi Karena Disanksi FIFA, Emmanuel Eboue Sempat Ingin Bunuh Diri

Berita

by Redaksi 26

Redaksi 26

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Merasa Depresi Karena Disanksi FIFA, Emmanuel Eboue Sempat Ingin Bunuh Diri

Lama tidak terdengar, bek yang pernah membela Arsenal, Emmanuel Eboue, tiba-tiba mengeluarkan pernyataan mengejutkan. Eboue mengatakan jika dirinya sempat ingin melakukan bunuh diri karena merasa depresi dengan sanksi larangan beraktivitas dalam sepakbola profesional selama satu tahun yang diberikan oleh FIFA.

Sanksi itu diberikan setelah FIFA mendapat laporan dari mantan agennya, Sebastian Boisseau, yang mengatakan jika Eboue tidak membayar hak dirinya yang berkisar satu juta paun, dari dana transfer Eboue dari Arsenal ke Galatasaray pada 2011 silam.

Eboue, yang baru didatangkan oleh Sunderland pada awal bulan Maret lalu pun akhirnya diputus kontrak kembali 22 hari kemudian pasca dirinya bergabung. Eboue bahkan tidak pernah sekali pun mencicipi pertandingan bersama Sunderland dalam laga resmi. Hal inilah yang lantas membuat mentalnya menurun dan bahkan sampai ingin mengakhiri hidupnya sendiri.

“Ada banyak hari di mana saya tak ingin bangkit dari tempat tidur. Pada satu hari, saya bahkan ingin mengakhiri hidup saya sendiri. Tetapi keluarga terus memberikan dorongan agar saya tetap kuat, mereka jugalah yang harus saya pikirkan. Tetapi jika saya sendirian, saya khawatir tentang apa yang bisa saya lakukan pada diri saya sendiri.”

"Ada juga masa di mana saya hanya berdiam diri di kamar dan tak ingin keluar. Satu hingga dua hari di sana, sendirian. Saya mengunci pintu dan hanya merenung. Saya menghabiskan banyak waktu dengan membaca Alkitab dan berkata `Emmanuel, mengapa kamu melakukan ini? Ini tidak baik bagi keluargamu`,” ujar Eboue seperti yang dilansir The Telegraph.

Eboue pun menuturkan jika dirinya merasa lebih tertekan ketika orang-orang bertanya mengenai situasi dirinya saat ini.

"Putra saya, Mathis masih berusia tujuh tahun dan bermain untuk akademi Arsenal. Setiap kali saya pergi ke sana dengannya, orang-orang bertanya apa yang terjadi dan itu membuat saya semakin terpuruk.`Emmanuel, apakah Anda telah pensiun? Jadi saya harus menjelaskan situasi yang ada, itu membuat saya kian depresi. Orang-orang yang mengenal saya, ketika melihat wajah saya, mereka bisa tahu bahwa saya sedang tidak bahagia. Momen tersebut merupakan titik terendah dalam karier saya, ini menjadi situasi yang buruk.”

Ia juga mengungkapkan sedikit kekecewaan terhadap mantan-mantan rekannya yang kurang memberikan dukungan terhadapnya, terutama Kolo Toure. Menurut Eboue, hanya Didier Drogba dan Romaric lah, mantan pemain timnas Pantai Gading, yang selalu memberikan perhatian terhadapnya.

“Ketika Kolo mendapatkan hukuman karena terbukti gagal tes doping pada 2011 lalu, saya selalu berbicara kepadanya. Dia mungkin memiliki kesibukan di Celtic, jadi saya harus mengerti (kenapa dia tidak menghubungiku). Saya tidak akan mengatakan sesuatu yang buruk. Mereka semua adalah saudara saya. Saya tahu mereka mengetahui masalah yang menimpaku, tapi saya harap mereka dapat menghubungiku satu hari nanti. Tentu saja ini mengecewakan, karena saya pikir persahabatan kami begitu kuat. Anda harus menjadi teman di masa-masa sulit. Tapi itulah hidup,” ungkap Eboue.

Walau demikian, Eboue masih memiliki tekad untuk kembali bermain dan enggan untuk segera pensiun. Saat ini, Eboue hampir berlatih selama lebih dari dua jam setiap harinya. Guna menjaga kebugarannya itu, ia pun ikut bergabung dengan tim semi-profesional yang berada di London.

foto: chronicles.co.uk

Komentar