Kemenangan Semu Pochettino di Wembley

Cerita

by Dex Glenniza

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Kemenangan Semu Pochettino di Wembley

Mungkin Mauricio Pochettino sudah keburu penasaran kenapa kesebelasan asuhannya, Tottenham Hotspur, sulit sekali menang di Wembley. Sebelumnya, Spurs tidak pernah menang dalam tujuh pertandingan terakhir mereka di Wembley, ditambah dua lagi ketika mereka berlaga di Liga Champions UEFA (Spurs 1-2 AS Monaco, Spurs 0-1 Bayer Leverkusen).

Atas situasi ini, sudah bukan rahasia lagi juga ketika kita berkali-kali melihat Spurs yang hampir selalu menyimpan beberapa pemain andalan mereka ketika berlaga di Liga Champions.

Tapi sekarang, setidaknya Pochettino sudah tidak penasaran lagi. Spurs akhirnya berhasil menang di Wembley pada Kamis (08/12) Waktu Indonesia Barat. Mereka berhasil mengalahkan tamunya, CSKA Moscow, dengan skor 3-1.

Kemenangan tersebut seolah membuat Spurs berada di atas angin, mengingat mereka akan menggunakan Wembley untuk musim depan secara penuh, karena White Hart Lane sedang direnovasi. Namun ternyata tidak demikian juga.

Harga mahal yang harus dibayar dari rotasi pemain yang ekstrem

Untuk pertama kalinya di Liga Champions musim ini, Spurs akhirnya memainkan seluruh pemain utama mereka. Padahal, pada saat melawan CSKA itu, Spurs sudah dipastikan tidak bisa lolos ke babak 16 besar Liga Champions meskipun mereka masih bisa terlempar ke babak 32 besar Liga Europa UEFA.

Memainkan skuat terkuat mereka demi terlempar ke babak 32 besar Liga Europa memang bukan merupakan hal yang membingungkan. Beberapa kesebelasan mungkin melakukan hal yang sama, setidaknya supaya mereka tidak berada di posisi juru kunci dan harus tereliminasi dari kompetisi Eropa.

Akan tetapi, melihat Spurs melakukannya di saat sebelumnya mereka tidak pernah melakukannya (bermain dengan full team di Liga Champions), itu justru menimbulkan pertanyaan besar.

Pochettino jelas senang dengan hasil ini. Ia juga menyatakan jika kemenangan itu membuat mental para pemain dan suporter terhadap Stadion Wembley akhirnya berhasil mendapatkan “perbaikan”. Logis? Lumayan.

Baca kembali: Spurs Tampil Memble di Wembley

Kenapa lumayan logis? Karena sejujurnya akan lebih logis bagi Pochettino jika ia bermain serius saat, misalnya, melawan Monaco di matchday pertama, atau melawan Leverkusen di matchday keempat, atau malah saat bertandang ke Monaco di mana saat itu mereka butuh hasil positif agar bisa menjaga asa mereka untuk lolos ke babak 16 besar.

Saat melawan Monaco di matchday kelima, sebenarnya Spurs hanya butuh hasil imbang. Tapi Pochettino justru mengistirahatkan Kyle Walker dan Jan Vertonghen; Spurs-pun kalah 2-1 dan tersingkir dari kemungkinan lolos lebih jauh di Liga Champions.

“Saya ingin berterimakasih kepada para pendukung kami – 62.000 [penonton yang hadir di Wembley],” kata Pochettino setelah Spurs menang atas CSKA. “Kami sudah tersingkir dari Liga Champions dan itu menunjukkan seberapa besar kesebelasan kami.”

“Penampilan kami bagus. Sangat penting untuk menang di sini dan mengubah perasaan buruk setelah [kekalahan atas] Monaco dan [Bayer] Leverkusen.”

“Kami bermain lebih baik dan bisa menunjukkan kualitas kami yang sesungguhnya,” tutup manajer asal Argentina tersebut.

Salah timing

Pada pertandingan melawan CSKA di matchday keenam, kita bisa melihat jajaran nama utama seperti Harry Kane, Christian Eriksen, dan Vertonghen. Pemain-pemain tersebut adalah pemain yang hampir semuanya sama dengan ketika Spurs mengalahkan Swansea City 5-0 di akhir pekan sebelumnya.

Jujur saja, kalau harus memilih saat yang tepat untuk mengistirahatkan para pemain kunci di Liga Champions, dibandingkan dengan lima pertandingan mereka sebelumnya, pertandingan di matchday keenam itu adalah pertandingan yang tepat, mengingat Spurs sudah tidak mungkin lolos ke babak 16 Liga Champions dan akan menghadapi Manchester United pada Minggu akhir pekan ini (11/12).

Sekarang ujian sesungguhnya hadir bagi Spurs. Apakah mereka bisa menjaga kebugaran ketika menghadapi United?

United sendiri berhasil memenangkan pertandingan mereka 2-0 atas tuan rumah Zorya Luhansk di Liga Europa pada Jumat dini hari (09/12) sekaligus, sama seperti Spurs, memastikan diri lolos ke babak 32 besar Liga Europa.

Kita mungkin akan menganggap Spurs dan United senasib, terutama bahkan lebih merugikan bagi United karena mereka memiliki waktu istirahat yang lebih pendek. Tapi tetap saja, kami bertanya-tanya: Kenapa Pochettino baru mau memakai susunan pemain terkuat mereka di pertandingan terakhir yang “paling tidak penting” (untuk lolos ke 16 besar)?

Semuanya terjadi karena skuat yang kurang dalam

Sebelumnya, saya sempat menghakimi Spurs dengan nilai C+ (nilai yang cukup buruk) untuk kegiatan transfer musim panas mereka secara keseluruhan. Tidak sedikit yang protes dengan salah satu bagian dari tulisan tersebut.

Tiga bulan sudah berlalu sejak deadline jendela transfer musim panas 2016, Spurs ternyata menunjukkan kegagalan transfer mereka melalui kedalaman skuat yang kurang. Pada transfer musim panas ini, Spurs mendatangkan 5 pemain dan kehilangan 7 pemain. Itu tidak menambah kedalaman skuat.

Mereka butuh kedalaman skuat karena mereka bermain di Liga Champions. Skuat mereka memang lebih kuat dengan 5 pemain yang mereka datangkan tersebut (terutama Vincent Janssen, Victor Wanyama, dan Mohamed Sissoko), tapi tidak lebih dalam. Apalagi banyak pemain muda dilepas seperti Ryan Mason, Alex Pritchard, Nabil Bentaleb, dan DeAndre Yedlin.

Jika melihat Spurs sebagai "Spurs yang biasa", nilai C+ memang dirasa cukup kejam. Tapi jika melihat Spurs sebagai "Spurs yang sudah jadi tim papan atas Inggris yang bermain di Eropa", bisnis mereka rasanya tepat untuk dinilai sebagai C+ karena tidak menambah kedalaman skuat.

Tapi jangan khawatir, jika memang Liga Europa sebegitu pentingnya untuk Pochettino sampai-sampai ia baru memainkan susunan pemain terkuat mereka di pertandingan terakhir, Pochettino masih bisa melakukan perbaikan di jendela transfer musim dingin nanti.

Kemudian kembali ke awal tulisan ini mengenai rasa penasaran Pochettino, ia sudah berhasil mengatasi rasa penasarannya: menang di Wembley. Tapi rasa penasarannya itu justru menyoroti kesalahannya di Liga Champions. Sebuah kemenangan atas CSKA di Wembley, yang membuat mereka terlempar ke Liga Europa, akhirnya terasa semu.

Komentar