Ironi Paolo Maldini dan Raul Gonzalez

Cerita

by Redaksi 27 45811

Redaksi 27

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Ironi Paolo Maldini dan Raul Gonzalez

Paolo Maldini dan Raúl González adalah dua pemain yang pernah menjadi simbol dua kesebelasan besar Eropa, AC Milan dan Real Madrid. Mereka pernah menjadi kapten dan pemain yang tak tergantikan di kesebelasannya masing-masing.

Loyalitas mereka kepada kesebelasan juga tidak perlu dipertanyakan lagi. Godaan gaji yang lebih besar dari kesebelasan lainnya tidak dapat menggoyahkan mereka. 24 tahun pengabdian Maldini bagi Milan (1985-2009) dan 16 tahun pengabdian Raúl bagi Madrid (1994-2010) adalah buktinya.

Walaupun selama karier sepakbola profesionalnya Raúl tidak hanya memperkuat Madrid seperti Maldini yang hanya memperkuat Milan, loyalitas Raúl tetap patut dihargai. Kepindahannya dari Madrid lebih karena keterpaksaan, bukan keinginan dari dirinya sendiri.

Selain loyalitas, jiwa kepemimpinan yang mereka miliki juga sangat luar biasa. Hal inilah yang membuat mereka tidak hanya dihormati oleh kawan, tetapi juga oleh lawan.

Paolo Maldini

Nama Maldini sudah sangat identik dengan Milan. Jauh sebelum Paolo Maldini memperkuat Milan, ayahnya, Cesare Maldini, juga sudah memperkuat Milan. Jadi tidak salah jika ada yang menyebut Milan adalah Maldini dan Maldini adalah Milan.

Maldini memulai karier sepakbolanya di akademi Milan dari 1978 sampai 1985. Ia mendapatkan debut di tim utama pada 20 Januari 1985 ketika Milan melawan Udinese. Hal ini menjadi awal dari pengabdian panjang seorang Maldini di Milan.

Selama 24 tahun di Milan, Paolo Maldini menjadi sosok tak tergantikan di lini pertahanan Milan. Ia menjadi bagian dari tiga era besar Milan di bawah Arrigo Sacchi, Fabio Capello, dan Carlo Ancelotti. Ia menjadi tembok di lini belakang yang sulit dilewati oleh para penyerang lawan. Kelugasan dan kedisiplinannya menjadi kunci utama kokohnya ia menjaga pertahanan.

Bahkan ketika usianya semakin menua, staminanya semakin menurun, ia tetap mampu bermain di level tertinggi, pengalaman yang ia miliki mampu menutupi hal tersebut.

Penyerang legendaris Brasil, Ronaldo, mengakui bahwa Maldini merupakan bek paling tangguh yang pernah ia hadapi.

Bersama Milan, Maldini berhasil meraih tujuh gelar juara Serie A, satu gelar juara Coppa Italia, tiga gelar juara Piala Super Italia, lima gelar juara Liga Champions, lima gelar juara Piala Super Eropa, dua gelar juara Piala Interkontinental, dan satu gelar juara Piala Dunia antarklub.

Maldini juga merupakan pemegang penampilan terbanyak Milan dengan 902 penampilan dan mencetak 33 gol selama 24 tahun berkostum Milan.

Maldini merupakan kapten, legenda, dan simbol yang akan terus dirindukan oleh Milan. Dipensiunkannya nomor punggung 3 milik Maldini DI Milan adalah bukti penghargaan terbesar untuk sang legenda.

Raúl González

Saat ini banyak orang mengidentikkan Real Madrid dengan sang mega bintang Cristiano Ronaldo. Hal ini sah-sah saja karena saat ini Ronaldo memang merupakan ikon Real Madrid. Tetapi jika hal ini sampai membuat kita melupakan sang pangeran Madrid, Raúl González Blanco, tentu akan menjadi dosa besar bagi kita. Raúl bukan hanya seorang legenda tetapi juga sosok yang akan selalu menjadi simbol kesebelasan bagi Madrid dan sosok yang akan selalu menjadi idola publik Santiago Bernabeu.

Menyebut Raúl sebagai simbol Real Madrid tentu bukan sembarang ucap. Sang Pangeran Madrid ini adalah pemegang penampilan terbanyak sepanjang masa dengan 741 penampilan untuk Madrid. Dan sempat memegang rekor pencetak gol terbanyak dengan 323 gol sebelum dipecahkan oleh Cristiano Ronaldo.

Prestasi Raúl bersama Real Madrid juga sangat memukau, enam gelar juara La Liga, tiga gelar juara Liga Champions, dua gelar juara Piala Interkontinental, satu gelar juara Piala Super Eropa, dan empat gelar juara Piala Super Spanyol adalah buktinya.

Raúl memang tidak memulai karier juniornya dari Real Madrid. Ia memulai karir sepakbolanya di tim junior San Cristobal. Bahkan sebelum pindah ke tim junior Real Madrid, ia pernah memperkuat tim junior Atletico Madrid.

Ketika masih aktif bermain bagi Madrid, Raúl selalu menjadi pilihan utama bagi setiap pelatih Madrid. Bahkan ketika Florentino membentuk Los Galacticos di Madrid, ia tetap menjadi pilihan utama. Sampai akhirnya ia harus terpaksa pergi dari Real Madrid pada tahun 2010.

Baca juga: Masih Ingatkan dengan Raúl González?

Meski tidak menghabiskan karier sepak bolanya di Madrid, publik Santiago Bernabeu tetap menganggap Raúl sebagai salah satu idola dan legenda terbesar mereka.

Ironi di Tim Nasional

Prestasi Maldini dan Raúl yang sangat luar biasa bersama Milan dan Madrid berbanding terbalik dengan prestasi mereka di timnas. Kedunya tidak dapat mempersembahkan satu pun gelar juara untuk timnas mereka.

Karier Maldini bersama timnas Italia dimulai pada 1988 dan berakhir pada 2002 usai Piala Dunia di Korea Selatan dan Jepang. Bermain sebanyak 126 kali dan mencetak tujuh gol, prestasi terbaik Maldini bersama Italia adalah sebagai runner-up Piala Dunia 1994 dan Euro 2000.

Sementara itu karier Raúl bersama timnas Spanyol berlangsung dari 1996 sampai memutuskan pensiun usai Piala Dunia 2006. Bermainn sebanyak 102 kali dan mencetak 44 gol, prestasi terbaiknya adalah saat Spanyol berhasil menembus perempat-final Euro 2000 dan Piala Dunia 2002.

Ketika kedua pemain tersebut telah pensiun dari timnas, Italia dan Spanyol malah meraih beberapa gelar juara. Italia meraih gelar juara Piala Dunia 2006 ketika Maldini hanya bisa menjadi penonton, dan Spanyol menguasai sepakbola Eropa dan Dunia dari 2008 sampai 2012 ketika Raúl sudah tidak ada di timnas.

Andai saja keduanya masih tergabung ke dalam timnas masing-masing pada saat itu, keduanya mungkin akan juga akan dikenang sebagai simbol timnas mereka. Dan andai saja keduanya bisa mengulang waktu, Maldini mungkin akan menerima ajakan Marcelo Lippi untuk masuk ke dalam skuat Italia di Piala Dunia 2006. Dan Raúl akan menunda keputusan pensiunnya karena dia memang masih pantas bermain untuk timnas saat itu.

Sebuah ironi memang, mereka terlihat seperti “pembawa sial” bagi timnas mereka. Italia dan Spanyol berprestasi setelah mereka tidak bermain lagi. Maldini dan Raúl harus menerima kenyataan pahit tersebut.

Dunia seakan ingin memberikan sedikit noda pada keindahan karier mereka, karena dunia tidak ingin melihat mereka menjadi sosok yang sempurna.

Foto: marca.com

Komentar