Korban Selamat Tragedi Chapecoense Uraikan Detik-detik Terjadinya Kecelakaan

Berita

by redaksi

Korban Selamat Tragedi Chapecoense Uraikan Detik-detik Terjadinya Kecelakaan

Kecelakaan pesawat yang menimpa kesebelasan asal Brasil, Chapecoense, mulai terungkap setelah ditemukannya kotak hitam pesawat yang merekam pembicaraan terakhir pilot dengan pihak bandara. Namun beberapa pihak masih terus menginvestigasi untuk mendapatkan lebih detil kejelasan kecelakaan ini.

Salah seorang yang menjadi korban selamat pun sudah mulai buka suara mengenai hal ini. Korban selamat tersebut merupakan pramugara pesawat asal Bolivia bernama Erwin Tumiri. Tumiri menjadi salah satu dari enam korban yang selamat, jumlah sendiri korban meninggal mencapai 76 jiwa.

Tumiri menceritakan bagaimana detik-detik terakhir sebelum pesawat menabrak perbukitan di Medellin, Kolombia. Awalnya ia diberitahu bahwa masalah yang menimpa pesawat tidak-lah buruk meski pesawat memang harus mendarat darurat.

"Kami diberitahu akan mendarat dengan normal," ujar Tumiri saat diwawancarai Globo TV pada Minggu (4/12/2016). "Saya saat itu sedang berbicara dengan pelatih Chapecoense, Caio Junior. Ia mengajarkan saya berbahasa Portugis. Saya kemudian memberitahu semuanya untuk memakai sabuk pengaman karena akan mendarat."

"Semua orang berada di tempat duduk masing-masing. Tapi lampu mulai padam dan pesawat mulai bergoncang. Saya pikir itu hanya getaran yang biasanya terjadi pada pendaratan biasa, tapi ternyata tidak. Saya mendengar suara `vroom vroom`. Saya tidak mengingat apa yang terjadi setelahnya karena setelah saya bangun, saya berada di tanah," sambungnya.

Tumiri juga mengonfirmasi apa yang sudah diberitakan berbagai media jika pesawat memang hendak berhenti untuk mengisi bahan bakar. Namun keterlambatan penerbangan dari Santa Cruz membuat pengisian tak bisa dilakukan karena bandara Cobija yang hendak menjadi tempat pengisian tidak beroperasi pada malam hari.

Miguel Quiroga yang menjadi pilot pesawat ini menjadi salah satu korban tewas. Meskipun begitu, Tumiri tidak menyalahkan pilot pesawat atas kejadian ini. Menurutnya, seharusnya sejak awal sudah diberitahukan situasi yang akan terjadi sebelum penerbangan dilakukan.

"Saya pikir keputusan yang diambil pilot bukan keputusan buruk. Mereka [LaMia] harusnya didengar. Sekarang inilah yang terjadi karena hal seperti ini sejak awal akan terjadi. Keputusan seperti itu tidak bisa diambil oleh keputusan individu. Dan ini seharusnya dikomunikasikan; ke mana kita akan berangkat, ke mana kita akan mengisi bahan bakar dan sebagainya," tutur Tumiri.

"Staf penerbangan harus mengetahuinya. Tanggung jawab harus dibagikan, barulah kemudian pimpinan seorang mengambil keputusan," tutupnya.

Kini segalanya sudah menjadi penyesalan berbagai pihak. Investigasi kecelakaan ini pun masih dilakukan hingga beberapa bulan ke depan. Sejumlah misteri masih tersimpan dalam tragedi yang menimpa kesebelasan Chapecoense ini. Sementara di Bolivia, maskapai penerbangan LaMia langsung dicabut izin penerbangannya.

Komentar