Para Penyerang Tajam Indonesia dalam Sejarah Piala AFF

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Para Penyerang Tajam Indonesia dalam Sejarah Piala AFF

Artikel #AyoIndonesia karya Dimas Andi Shadewo

Sudah 11 kali timnas Indonesia berkiprah di ajang Piala AFF sejak tahun 1996. Meski belum sekalipun menjadi juara, dalam beberapa kesempatan, Indonesia terbukti pernah melahirkan penyerang-penyerang yang tajam di kotak penalti lawan. Di antara mereka bahkan ada yang pernah meraih penghargaan top skor di ajang dua tahunan tersebut.

Siapa sajakah mereka?

Kurniawan Dwi Yulianto

Panggilannya “Ade”. Sering pula ia dijuluki “Kurus”. Ketika masih belia, ia pernah merasakan atmosfer sepak bola Eropa bersama Sampdoria di Italia dan FC Luzern di Swiss.

Kurniawan memang tidak pernah meraih gelar top skor Piala AFF atau yang dulu dikenal sebagai Piala Tiger. Meski begitu, pria yang lahir 40 tahun lalu ini tercatat sebagai pemain Indonesia tersubur sepanjang sejarah gelaran Piala AFF.

Pada gelaran Piala AFF 1996, Kurniawan mampu membobol gawang lawan sebanyak empat kali meski pada saat itu ia masih berusia 20 tahun. Dua tahun berselang, di ajang yang sama ia sukses mencetak gol ke gawang Thailand dalam perebutan juara ketiga.

Sementara itu, di Piala AFF 2000, duetnya bersama Gendut Doni Christiawan mampu menakuti lawan-lawannya. Ia pun sukses mencetak tiga gol selama berlaga di ajang tersebut.

Sempat absen membela timnas pada edisi 2002, nama Kurniawan kembali mencuat pada Piala AFF 2004. Pada saat itu, dirinya sukses mencetak lima gol yang mana dua di antaranya dicetak ke gawang Malaysia, sehingga mengantarkan Indonesia melaju ke partai puncak.

Secara keseluruhan, pria yang kalah dalam kongres pemilihan ketua umum PSSI bulan lalu ini sukses mencetak 13 gol sepanjang kariernya di Piala AFF.

Bambang Pamungkas

Nama Bambang Pamungkas melambung pada perhelatan Piala AFF 2002. Tampil dalam enam laga, pria yang akrab disapa “Bepe” tersebut mampu mencetak delapan gol. Ia bahkan mampu menorehkan hattrick ke gawang Kamboja dan quattrick ke gawang Filipina.

Pemain yang masih aktif membela Persija Jakarta tersebut tidak ambil serta pada Piala AFF 2004. Ia pun gagal mencetak gol pada ajang yang sama di tahun 2007.

Kran gol Bepe di Piala AFF akhirnya kembali mengalir pada tahun 2008. Dua gol berhasil ia cetak ke gawang Myanmar dan Kamboja pada saat itu. Dua tahun berselang, meski tidak menjadi pilihan utama, pemain yang pernah sukses berkarir di Selangor FA, Malaysia, ini mampu mencetak dua gol yang semuanya tercipta kala berjumpa Thailand.

Total 12 gol yang ia cetak memang masih kalah dari Kurniawan Dwi Yulianto. Namun, pria yang kini berusia 36 tahun tersebut sukses mengungguli si “Kurus” sebagai pencetak gol terbanyak timnas sepanjang masa dengan torehan 36 gol.

Ilham Jaya Kusuma

Pemain yang telah pensiun dari dunia sepak bola ini pernah mengharumkan nama Indonesia di kancah Piala AFF 2004. Kala itu, dirinya sukses mengoyak jala lawan sebanyak tujuh kali. Gelar top skor pun disematkan padanya.

Selain di edisi 2004, penyerang kelahiran tahun 1978 ini juga mencetak sebiji gol manakala timnas berlaga di Piala AFF 2007. Total nama Ilham Jaya Kusuma berhasil tercatat di papan skor sebanyak delapan kali.

Catatan tersebut tidaklah mengejutkan. Pasalnya, sepanjang sejarah, pemain yang bersinar bersama Persita Tanggerang ini pernah dua kali mendapat gelar top skor Liga Indonesia pada tahun 2002 dan 2004. Tidak hanya itu, dirinya juga sukses meraih gelar pemain terbaik Liga Indonesia tahun 2002 bersama Persita.

Zaenal Arief

Piala AFF 2002 bisa disebut sebagai kiprah tersukses timnas Indonesia dari segi produktivitas gol. Saat itu, timnas sukses menyarangkan 22 gol ke gawang lawan. Selain Bambang Pamungkas yang menjadi top skor, satu penyerang lainnya, yakni Zaenal Arief, tidak boleh dilupakan begitu saja perannya.

Pemain yang pernah menjadi tandem maut bersama Ilham Jaya Kusuma di Persita ini berhasil mencetak enam gol selama Piala AFF 2002 bergulir. Dari enam gol yang dicetak Zaenal, empat di antaranya dicetak ketika timnas menghajar Filipina dengan skor 13-1.

Sementara itu, pada gelaran Piala AFF 2007, Zaenal mencetak satu gol ke gawang Singapura di babak penyisihan grup. Dengan begitu, sepanjang karirnya di Piala AFF, ia sukses mencetak tujuh gol.

Gendut Doni Christiawan

Nama Gendut Doni Christiawan pertama kali dikenal publik kala ia menjadi pemain terbaik bersama timnas Indonesia U-18 dalam turnamen Asian School Championship 1996.

Di Piala AFF 2000, Gendut Doni yang masih berusia 22 tahun pada saat itu berhasil mencatatkan dirinya sebagai top skor bersama penyerang Thailand, Worrawot Srimaka, dengan gelontoran 5 gol. Hal itu cukup mengejutkan mengingat sosok Gendut Doni sebenarnya diproyeksikan sebagai pelapis Miro Baldo Bento.

Salah satu momen paling spesial dari Gendut Doni adalah waktu ia mencetak dua gol yang berujung pada kemenangan Indonesia kontra Vietnam di babak semi final.

Pada ajang yang sama dua tahun berselang, pemain yang pernah membela Persebaya Surabaya ini berhasil mencetak gol di babak final melawan Thailand, meskipun gagal mengantarkan timnas ke tangga juara.

Budi Sudarsono

Pemain yang dijuluki si “Ular Piton” ini mencetak enam gol sepanjang keikutsertaannya di Piala AFF. Dua gol ia cetak pada turnamen perdananya di Piala AFF 2002.

Penyerang yang berjaya kala membela Persebaya dan Persik Kediri tersebut sukses menjadi top skor Piala AFF 2008. Dari empat gol yang ia cetak pada ajang tersebut, tiga di antaranya bersarang ke gawang Kamboja.

Selama kariernya membela timnas, Budi berhasil membobol gawang lawan sebanyak 16 kali. Catatan gol tersebut sebenarnya cukup menarik. Penyebabnya, pemain yang kini berusia 37 tahun tersebut bukanlah tipikal penyerang ujung tombak. Posisi terbaiknya adalah bermain sebagai penyerang sayap atau second striker.

***

Deretan penyerang haus gol yang disebutkan tadi menjadi catatan positif dalam lembaran sejarah sepak bola nasional.

Lalu, siapakah penerus mereka?

Harus diakui dalam beberapa tahun belakangan, timnas Indonesia tidak memiliki penyerang murni dengan naluri gol tinggi serta performa konsisten. Salah satu penyebabnya adalah minimnya jam terbang yang dimiliki oleh para penyerang muda tanah air akibat banjirnya penyerang asing di Liga Indonesia.

Memang, ada sosok Boaz Solossa yang kini menjabat sebagai kapten timnas di Piala AFF 2016. Penyerang asal Persipura Jayapura ini dikenal garang di kotak pinalti lawan. Buktinya, ia pernah meraih gelar top skor Liga Indonesia sebanyak tiga kali pada musim 2008/2009, 2010/2011, dan 2013.

Karir Boaz bersama timnas pertama kali mencuat pada Piala AFF 2004. Meski masih berusia 18 tahun kala itu, ia sukses merobek jala lawan hingga empat kali. Pada edisi terkini, sejauh ini pria berusia 30 tahun telah mencetak dua gol, masing-masing ke gawang Thailand dan Filipina.

Meski begitu, sejatinya Boaz bukanlah sosok penyerang murni. Ia lebih dikenal sebagai penyerang sayap dalam formasi 4-3-3 atau winger dalam formasi 4-2-3-1.

Namun, publik, termasuk penulis sendiri, tampak sudah terlanjur menggantungkan harapan pada pemain asli Papua tersebut. Setelah Irfan Bachdim cedera, praktis pengalaman dan ketajaman Boaz sangat diperlukan bagi timnas Indonesia dalam perjuangannya di Piala AFF tahun ini.

Ke depannya, semoga saja Boaz atau mungkin penyerang lokal lainnya tidak hanya sukses mengikuti para seniornya menjadi penyerang tersubur, namun juga sukses membawa Indonesia meraih mahkota juara Piala AFF.

Penulis adalah mahasiswa Sastra Indonesia UI. Penyuka Man United dan timnas Indonesia. Dapat dihubungi melalui twitter @dimasandi31. Tulisan ini merupakan bagian dari #AyoIndonesia, mendukung timnas lewat karya tulis. Isi tulisan merupakan tanggung jawab penulis. Selengkapnya baca di sini: Ayo Mendukung Timnas Lewat Karya Tulis.

Komentar