Akankah Riedl Lebih Sukses dari AFF 2010?

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Akankah Riedl Lebih Sukses dari AFF 2010?

Artikel #AyoIndonesia Karya Muhammad Wildan

Sebelum menyambut Piala AFF 2016 digelar, mari menengok ke belakang terlebih dahulu, khususnya pada gelaran Piala AFF 2010. Pada edisi ini, berbagai warna menghiasi ajang dua tahunan yang berlangsung di Indonesia dan Vietnam itu; mulai dari lautan merah setiap kali tim Garuda bertanding, sinar laser, tuan rumah semi-final, Thailand yang mencatatkan hasil terburuk dalam sejarah Piala AFF, hingga isu suap yang dilepas oleh orang tidak jelas identitasnya.

Bagi Indonesia, Piala AFF 2010 ini sarat makna. Juara menjadi target yang wajib dipenuhi oleh tim besutan Alfred Riedl itu. Tak heran bila ekspektasi ini membuat animo masyarakat sangat tinggi, dan laga Indonesia selalu membuat Stadion Utama Gelora Bung Karno menjadi lautan merah.

Nurdin Halid berusaha memulihkan citranya sebagai ketua umum PSSI yang sedang digoyang banyak pihak, karena dianggap paling gagal dibandingkan pemimpin sebelumnya. Kegagalan menjadi juara pun menjadi puncak keruntuhan dinasti Nurdin di kursi PSSI.

Tapi bukan itu saja. Pasca kegagalan di final usai dibekap Malaysia dengan skor agregat 4-2 pun memunculkan isu suap yang dilempar seseorang tak jelas identitasnya, menggunakan nama Eli Cohen, seorang mata-mata Israel yang dihukum mati di Suriah pada 1965.

Menjadi tuan rumah, Indonesia dan Vietnam pun menargetkan gelar juara, dan memulai fase grup dengan mulus. Indonesia yang dibesut pelatih Alfred Riedl berada di Grup A bersama tim tangguh Malaysia, Thailand, dan kuda hitam Laos.

Indonesia mengawali laga perdana dengan meyakinkan usai menggebuk Malaysia 5-1. Selanjutnya, tim Merah Putih membalas kekalahan di SEA Games 2009 dengan menggilas Laos enam gol tanpa balas. Di pertandingan terakhir Grup A, Indonesia menekuk Thailand 2-1. Piala AFF ini juga menjadi catatan terburuk bagi Thailand, karena mereka tak pernah mendapatkan kemenangan.

Sementara di Grup B, Vietnam membuka laga dengan meyakinkan usai meraih kemenangan telak 7-1 atas Myanmar. Namun performa Vietnam mulai mengalami penurunan. Di laga kedua, mereka mengalahkan Filipina 2-0, dan gol tunggal Nguyen Vu Phong di menit ke-32 ke gawang Singapura memberikan angka penuh bagi tuan rumah.

Semi-final Piala AFF 2010 mempertemukan Indonesia yang menjadi juara Grup A dengan Filipina. Sedangkan Vietnam melawan Malaysia. Sejumlah peristiwa pun mewarnai pagelaran empat besar yang menggunakan sistem kandang-tandang.

Indonesia mendapat keuntungan besar setelah federasi sepakbola ASEAN (AFF) memutuskan dua laga semi-final melawan Filipina digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta. Hal ini disebabkan AFF menganggap stadion di Filipina tidak layak untuk menggelar laga turnamen dua tahunan se-Asia Tenggara ini. Satu gol Christian Gonzales ke gawang Neil Etheridge di masing-masing leg meloloskan Indonesia ke final.

Insiden juga terjadi di semi-final lainnya antara Malaysia dan Vietnam. Sepasang gol Safee Sali memberikan Malaysia kemenangan di Bukit Jalil. Kedua tim bermain imbang tanpa gol saat bertanding di Hanoi. Namun Malaysia dan Vietnam saling tuding para pemain mereka telah disorot sinar laser oleh fans dari masing-masing negara.

Di partai puncak, Indonesia berhadapan dengan Malaysia. Tim Merah Putih lebih diunggulkan di final, karena hanya kebobolan dua gol, dan melesakkan 13 gol dari lima laga.

Tapi Bambang Pamungkas yang terlihat superior di penyisihan grup hingga semi-final justru menelan kekalahan telak 3-0 di Bukit Jalil pada leg pertama, melalui sepasang gol Safee Sali pada menit ke-61 dan 73, serta Mohd Ashaari Shamsuddin (68).

Indonesia berusaha membalas kekalahan itu di leg kedua yang berlangsung di Stadion Utama, dan disaksikan 88 ribu penonton. Sempat tertinggal lewat gol Safee di menit ke-54, M. Nasuha dan M Ridwan menumbuhkan asa tuan rumah di menit ke-73 dan 87. Namun minimnya waktu tersisa membuat Indonesia gagal mengejar ketertinggalan agregat 4-2, sehingga hanya bisa menyaksikan Malaysia mengangkat trofi Piala AFF di Jakarta.

Dan sekarang, dengan segala perubahan dan persiapan timnas dalam menghadapi Piala AFF 2016 ini, apa kalian yakin Alfred Riedl bisa memenangkan trofi ini? Mari berdoa bersama...

foto: affsuzukicup.com

Penulis berasal dari Nusa Tenggara Barat, bisa dihubungi via Facebook: Muhammad Wildan Baharun. Tulisan ini merupakan bagian dari #AyoIndonesia, mendukung timnas lewat karya tulis. Isi tulisan merupakan tanggung jawab penulis. Selengkapnya baca di sini: Ayo Mendukung Timnas Lewat Karya Tulis.

Komentar