Awas, Anjing (Jalanan) Galak!

Analisis

by Dex Glenniza

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Awas, Anjing (Jalanan) Galak!

Dari tiga perhelatan Piala AFF terakhir, Filipina selalu berhasil menembus semi-final. Ini adalah prestasi yang cukup membanggakan bagi negara yang pernah dibantai 13-1 oleh Indonesia pada Piala AFF 2002 (saat itu masih bernama Piala Tiger).

Di Grup A nanti, Filipina akan bertindak sebagai tuan rumah sekaligus lawan kedua Indonesia setelah Thailand dan sebelum Singapura. Pada pertemuan terakhir antara Indonesia dan Filipina, timnas kita memiliki kenangan buruk karena dihajar 4-0 di Hanoi, Vietnam, pada gelaran Piala AFF 2014.

Baca juga: Mengenal Phillipine Sports Stadium

Sudah lama Filipina tidak lagi dianggap sebagai anak bawang di Asia Tenggara. Tim berjuluk The Azkals (“Anjing Jalanan”) ini sudah bertransformasi menjadi kekuatan utama di Asia Tenggara. Bahkan di antara seluruh peserta Piala AFF 2016, Filipina memiliki peringkat FIFA tertinggi, yaitu peringkat 124 (Oktober 2016).

Masih mengandalkan pemain asing

Salah satu perubahan yang dilakukan Filipina untuk memperbaiki sepakbola mereka adalah dengan mengandalkan dan memaksimalkan para pemain naturalisasi. Dari daftar terakhir skuat 23 pemain “Anjing Jalanan” di Piala AFF 2016, hanya ada 7 pemain yang benar-benar merupakan kelahiran asli Filipina.

Tujuh pemain tersebut adalah Patrick Deyto, Amani Aguinaldo, Shirmar Felongco, Marco Casambre, Daniel Gadia, Misagh Bahadoran, dan Daisuke Sato. Khusus untuk nama terakhir, Sato tidak jadi dipanggil karena tidak diizinkan oleh kesebelasannya, CSM Politehnica Iași di Liga I Rumania (divisi teratas).

Beberapa nama pemain naturalisasi berhasil menghiasi skuat Filipina, mulai dari Iain Ramsay, Manuel Ott, Dennis Villanueva, Stephan Schröck, dan masih banyak nama lainnya terutama duet kakak-beradik James dan Phillip Younghusband.

Hal ini membuat rakyat Filipina, yang sebelumnya kebanyakan menggemari olahraga bola basket, mulai menggemari sepakbola dan mengidolakan para pemainnya.

Pada kenyataannya, bukan hanya pemain, ada dua nama di balik kesuksesan Filipina dalam membentuk tim nasional sepakbolanya ini. Mereka adalah manajer Dan Palami serta pelatih kepala Thomas Dooley.

Namun kekuatan Filipina akan sedikit berkurang karena Sato dan Javier Patino tidak bisa membela Filipina karena tidak diizinkan oleh kesebelasan mereka masing-masing. Sato masih dibutuhkan oleh Politehnica Iași karena jadwal Piala AFF berbentrokan dengan Liga Rumania.

Baca juga: Kekuatan Filipina pada Piala AFF 2016 Berkurang

Sementara Patino tidak diizinkan oleh kesebelasan Liga Super Tiongkok, Henan Jianye, meskipun Liga Super Tiongkok sudah selesai.

Bermain sebagai unit karena sering bersama di liga domestik

Harus menghadapi Singapura di pertandingan ke pembuka nanti, Dooley pastinya sudah menyiapkan timnya sebaik-baiknya meskipun tanpa Sato dan Patino. Sebelumnya Singapura pernah menyingkirkan The Azkals di semi-final Piala AFF 2012 dengan agregat 1-0.

Namun sejak kekalahan itu, Filipina telah bermain lebih baik sebagai sebuah unit. Mereka tidak lagi hanya mengandalkan kekuatan bertahan untuk bisa menang, tapi sekarang mereka juga sudah bisa menyerang dengan lebih dinamis.

Buktinya adalah “Anjing Jalanan” berhasil mencetak 8 gol dari 7 pertandingan mereka di tahun 2016. Salah satu kemenangan membanggakan berhasil mereka catatkan ketika Filipina mengalahkan Korea Utara dengan skor 3-2 di babak kedua kualifikasi Piala Dunia 2018.

Kebangkitan liga sepakbola Filipina, United Football League (UFL) juga memberikan banyak dampak positif kepada timnas mereka.

Ini artinya para pemain mereka bisa lebih sering bermain bersama, seperti Ott, Kevin Ingreso, Schröck, Martin Steuble, dan Jeffrey Christiaens di kesebelasan Ceres FC; Casambre, Villanueva, dan Bahadoran di Global FC; Gadia dan duet Younghusband di loyola Meralco Sparks FC; serta deretan pemain bertahan mereka asal Kaya FC, yaitu Junior Muñoz, Felongco, dan Kenshiro Daniels (bisa bermain sebagai penyerang sayap juga).

Pertahanan yang belum stabil

Jangan percaya catatan di atas kertas Filipina di Piala AFF. Sesuai dengan gambar di bawah ini, mereka lebih banyak kalahnya (25 kali) daripada menang (6) dan imbangnya (5). Tapi catatan total itu sudah berhasil mereka bersihkan sejauh ini sejak Piala AFF 2010 di mana mereka berhasil mencatatkan 5 kemenangan.

Menjadi tuan rumah babak grup, berada pada peringkat FIFA tertinggi di antara seluruh kesebelasan partisipan Piala AFF 2016, dan pemain-pemain mereka yang mulai menyatu, ini adalah saat yang tepat bagi Filipina untuk menunjukkan keunggulan mereka di tingkat Asia Tenggara, mumpung belum ada Australia juga.

Pelatih Dooley asal Amerika Serikat sudah menginjak tahun ketiganya memimpin The Azkals, serta kapten Phil Younghusband sedang dalam kondisi prima dan sudah banyak berpengalaman untuk menginspirasi rekan-rekannya.

Kapten Global dan penyerang andalan mereka, Bahadoran, juga sedang on fire di kompetisi domestik dan berpotensi menjadi andalan utama lini serang tim asuhan Dooley.

Namun tidak semua hal positif dibawa Dooley ke Piala AFF 2016. Absennya Sato dan Patino pasti akan menyebabkan Filipina kehilangan kekuatan mereka.

Belum lagi adanya salah satu titik lemah mereka, yaitu pada sektor pertahanan. Bek-bek Filipina yang paling berpengaruh, Rob Gier, Juani Guirado, dan Jerry Lucena sudah memutuskan gantung sepatu dari timnas Filipina awal tahun ini. Hal ini juga akan banyak berpengaruh. Mereka sudah kebobolan 12 kali sejak ketiganya pensiun.

Foto: Tristan Tamayo/INQUIRER.net

Komentar