Keberhasilan Edin Dzeko Beradaptasi di Liga Italia

Taktik

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Keberhasilan Edin Dzeko Beradaptasi di Liga Italia

Dua golnya ke gawang Napoli pada 15 Oktober lalu, merupakan awal Edin Dzeko menjadi pencetak gol terbanyak sementara Serie-A 2016/2017 bersama Mauro Icardi. Kemudian pundi-pundi gol Dzeko terus bertambah sampai berjumlah 10 gol dari 12 penampilannya di liga domestik Italia itu. Perolehannya itu masih menjadikannya sebagai pencetak gol terbanyak sementara di Serie-A 2016/2017. Bahkan pencetak gol terbanyak kedua sementara di antara lima liga besar Eropa, yaitu Liga Inggis, Italia, Jerman, Prancis dan Spanyol.

Perolehan Dzeko di antara lima liga besar Eropa hanya di bawah Anthony Modeste dari FC Koeln dan Pierre-Emerick Aubameyang dari Borussia Dortmund. Hal ini terbilang mengejutkan karena Dzeko begitu mengecewakan pada musim sebelumnya dengan hanya delapan gol yang ia cetak selama musim lalu. Tapi sekarang ia telah menampilkan ketajamannya di depan gawang, sama seperti ketika masih memperkuat Manchester City dan VfL Wolfsburg.

Walau tugas utamanya adalah mencetak gol, ia juga menyumbangkan dua asis masing-masing untuk Mohamed salah dan Stephan El Shaarawy. Dzeko mencoba menjawab keinginan Luciano Spalletti sebagai pelatihnya yang menginginkannya berbuat sesuatu lebih banyak bagi Roma. Spalletti tidak akan keberatan berapa banyak tembakan yang diperlukan selama timnya terus mencetak gol.

Dzeko mencetak gol ketika timnya sedang membutuhkannya. Seperti ketika mengalahkan Sassuolo dengan skor 3-1 dan Austria Vienna dengan skor 4-2. Masing-masing kedua laga itu Roma kebobolan terlebih dahulu. Kemudian dibalas oleh Dzeko dan menjadi kemenangan. Di masing-masing pertandingan itu juga Dzeko mencetak dua gol.

Di Serie-A, gol Dzeko membuat Roma menjadi kesebelasan paling produktif dengan total 29 gol. Sementara di Liga Eropa, gol-golnya itu membantu Roma memuncaki klasemen sementara grup E sekaligus menjadi kesebelasan paling produktif di grup tersebut dengan raihan 12 gol.

Peran yang Sama, Kepercayaan yang Berbeda

Harapan dari para pendukungnya telah dibuang dari bahu Dzeko pada musim lal setelah ribuan dari mereka menunggu kedatangannya di Bandara Fiumicino pada Agustus 2015. Maklum, mereka menginginkan pewaris Gabriel Batistuta yang sudah meninggalkan Roma lebih dari satu dekade. Walau para pendukung Roma tahu bahwa Dzeko tidak sebrilian Batistuta.

Tapi ia telah menunjukkan teknik yang baik dalam tingkatan ini. Efisiensi gol pemain asal Bosnia dan Herzegovina itu semakin membaik. Dzeko melepaskan percobaan tendangan 5,5 perlaga, hampir dua kali lebih banyak daripada musim lalu. Hal itu tidak lepas dari kepercayaan kepadanya. Diego Perotti, Francesco Totti, Salah dan El Shaarawy selalu bekerja agar bola bisa didapatkan Dzeko.

Sebetulnya perannya saat ini dengan musim lalu hampir sama, sedikit berbeda ketika masih dilatih Rudi Garcia. Waktu itu, ia lebih ditugaskan sebagai penyerang palsu. Dzeko ditugaskan mencari bola ke bawah agar melayani para wingernya mencetak gol. Ketika mulai dibesut Spalletti, tugas Dzeko masih sama. Hanya saja ia diwajibkan sampai di kotak penalti dengan cepat agar menjadi penyelesai akhir.

Tapi pada waktu itu ia masih canggung dan belum bisa beradaptasi. Ia sering terlalu terburu-buru melepaskan tembakan. Keterlambatan adaptasinya itu membuatnya tersingkir dari skuat utama. Spalletti lebih memilih Perrotti yang aslinya gelandang serang di lini depan. Alhasil, jumlah golnya lebih sedikit. Dzeko pun menganggap jika Serie-A adalah liga yang sulit bagi penyerang yang baru dari kompetisi lain.

"Ya itu adalah yang paling sulit bagi penyerang. Selalu ada dua atau tiga bek dengan Anda. Saya tidak tahu bagaimana bermain melawan tim tahun pertama, tapi saya tahu itu sekarang dan saya pikir itu sudah ditunjukkan di lapangan," ujarnya.

"Saya merasa baik-baik saja sekarang di Roma. Tapi mari kita lihat apa yang terjadi jika saya tidak bisa mencetak gol. Tahun lalu sulit, tapi itu adalah masa lalu dan saya ingin berpikir tentang masa depan," sambung Dzeko seperti dikutip dari Football Italia.

Sekarang, ia telah memahami karakter pertahanan di sepakbola Italia. Kaki pemain 30 tahun itu lebih memiliki sentuhan yang elegan. Dzeko begitu menikmati setiap peluang dan mencetak gol. Memang ia lebih sering membuat marah para pendukungnya selama musim lalu. Tapi sekarang, waktunya pendukung Roma untuk memujinya.

Sumber lain: Daily Mail, ESPN FC, Euro Sport, Soccerway, Squawka, Whoscored.

Komentar