Spurs Tampil Memble di Wembley

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Spurs Tampil Memble di Wembley

Stadion Wembley merupakan stadion internasional utama Inggris. Selain menjadi kandang utama tim nasional Inggris, Stadion Wembley diperuntukkan untuk pertandingan fase-fase akhir sistem turnamen sepakbola pada beberapa tahun terakhir ini. Di sana menjadi tempat diselenggarakannya semi-final dan final Piala FA, serta final Piala Liga Inggris (EFL Cup). Bahkan dua kali dijadikan tempat final Liga Champions (2011 dan 2013) sejak stadion tersebut selesai direnovasi.

Tapi saat ini Stadion Wembley menjadi kandang baru Tottenham Hotspur khusus di Liga Champions. Hal itu karena kandangnya di Stadion White Hart Lane sedang direnovasi. Diperkirakan Tottenham menghabiskan dana sampai 400 juta euro untuk membuat kapasitasnya lebih besar. Pertandingan Liga Champions bisa menyedot para pendukung Tottenham lebih banyak ke stadion. Sementara di Stadion White Hart Line cuma sanggup menampung kurang dari 40 ribu penonton, berbeda dengan Stadion Wembley yang berkapasitas 90 ribu penonton.

Diperkirakan Tottenham akan menggunakan Stadion Wembley selama 20 bulan ke depan. Arsenal pun pernah mengalami hal serupa sehingga harus hijrah ke Stadion Wembley sejak 1998 sampai 2000. Saat itu Stadion Highbury tidak sanggup menampung penonton Liga Champions lebih banyak. Selain itu, UEFA juga menilai papan iklan Stadion Highbury kurang tinggi.

Baca juga: Di Mana Saja Ada Iklan Saat Liga Champions?

Penggunaan Stadion Wembley terbukti efektif ketika debutnya menghadapi AS Monaco pada 15 September lalu. Tottenham mencetak rekor dengan dihadiri sekitar 85 ribu penonton. Para pendukung Tottenham pun menyambutnya dengan suka cita. Tagar #SpursAtWembley pun banyak bermunculan di media sosial mereka.

Tapi suka cita para pendukung Tottenham saat itu harus berakhir dengan kekecewaan. Tottenham justru takluk 2-1 dari Monaco saat debutnya menggunakan Stadion Wembley sebagai kandangnya. Begitu pun kekalahan kembali ditelan di Stadion Wembley ketika menjamu Bayer Leverkusen Kamis (3/11) dini hari. Tottenham harus mengakui keunggulan Leverkusen dengan skor 1-0 atas gol semata wayang Kevin Kampl pada menit ke-65.

Kursi Daniel Levy, Ketua Umum Tottenham, di Royal Box Stadion Wembley mungkin terlihat nyaman, tapi atas dua kekalahan itu membuatnya menemukan pekerjaan rumah. Dua kekalahan itu semakin menyulitkan Tottenham lolos dari Grup E Liga Champions 2016/2017. Kembali jatuh ke Liga Europa pun bukanlah bagian dari rencananya.

Ketika menghadapi Leverkusen, para pemain Tottenham yang garang di White Hart Lane seolah kesulitan. Dele Alli dan Christian misalnya, tidak seperti saat di White Hart Lane, mereka berdua tidak bisa memberikan dampak bagi kesebelasan asal London Utara tersebut.

Tottenham Hotspur Homesick

Ketika bermain di White Hart Lane, Tottenham bermain dengan operan cepat yang akurat dan tajam, seperti ketika mengalahkan Manchester City. Tapi sekali lagi, itu terjadi di White Hart Lane. Di mana luas permukaan lapangannya lebih sempit ketimbang Stadion Wembley. Di White Hart Lane, luas permukaan tanahnya 545 m2 lebih sempit dari Stadion Wembley dengan ukuran 7.245 m2. Padahal, sebelumnya Pochettinho berharap skuatnya bisa bermain di lapangan lebih besar dan bermanfaat untuk strateginya.

"Gaya kami menjelaskan bahwa kami membutuhkan ruang yang lebih besar untuk bermain karena kami bermain untuk menguasai permainan. Memang betul bahwa White Hart Lane sedikit lebih sempit dan itu lebih baik bagi lawan ketika mereka bermain lebih dalam," ujarnya seperti yang kami kutip dari BBC.

Tapi buktinya Stadion Wembley tidak mendukung teorinya itu. Kesebelasan berjuluk The Lily White (Si Lili Putih) itu seperti bermain kehabisan tenaga meskipun Harry Kane dan Toby Alderweireld absen karena cedera. Padahal para pendukung Tottenham sudah melakukan yang terbaik untuk menciptakan suasana seperti di White Hart Lane. Jelang sepak mula, mereka sudah membanjiri stadion dengan cahaya dari telepon genggam agar membuat Wembley seperti White Hart Line.

Sebuah bendera raksasa Tottenham menggantung dan menjulang di salah satu tribun stadion. Kebisingan dari dukungan suporter merekapun tidak berkurang sebelum kebobolan. Setelah kebobolan, Tottenham memang seperti jauh dari suara dukungan. Sebagian kursi Stadion Wembley kembali bewarna merah karena ditinggalkan pendukung Tottenham. Alhasil, Stadion Wembley terasa lebih cepat dingin ketimbang White Hart Lane.

Situasi berbeda dengan 2.000 pendukung Leverkusen yang datang saat itu. Mereka berhasil mengirimkan energi mereka walau datang jauh dari Jerman. Para pendukung Leverkusen terlihat lebih menginspirasi. Mereka menyita seluruh sudut stadion karena berisiknya dukungan yang diberikan. Tentu saja, mereka menikmati malam di bawah lengkungan Stadion Wembley saat itu. Mungkin hal itulah yang menjadi gambaran dari perkataan Mauricio Pochettino sebagai manajer Tottenham.

Menurutnya, Stadion Wembley selalu menjadi motivasi bagi lawannya. Ia pernah merasakannya ketika memperkuat timnas Argentina yang bertandang ke Stadion Wembley menghadapi Inggris, "White Hart Lane adalah rumah kami dan itu selalu menyulitkan lawan yang datang ke White Hart Lane dan mendapatkan hasil yang positif. Memang benar bahwa itu adalah motivasi besar bagi lawan untuk datang ke Inggris dan bermain di Wembley. Saya pikir itu menarik," ujar Pochettino seperti dikutip dari Mirror.

Stadion Wembley menawarkan potensi massa yang lebih besar dari kemewahan fasilitasnya. Tapi Tottenham seperti bermusuhan dengan suasana di sana. Di Stadion White Harte Line, kondisi tribun lebih curam dan sangat dekat dengan touchline. Di sana para pendukungnya hampir bisa menjangkau dan menyentuh pemain. Mereka hampir bisa merasakan intensitas dan kecepatan permainannya. Di Stadion Wembley, tidak ada suara-suara yang familier seperti di White Hart Lane.

Mungkin Bernd Leno, kiper Leverkusen, bisa saja berurusan dengan segala macam komentar dan nyanyian yang mengganggu dari para pendukung Tottenham di tribun belakang gawangnya jika kedua kesebelasan bermain di White Hart Lane. Gangguan-gangguan tersebut hampir pasti bisa mengalihkan perhatiannya. Tapi pada laga ini, ia seperti berada di alam mimpinya karena jauhnya jaraknya dengan pendukung Tottenham di belakang gawangnya. Konsentrasinya tidak sedikit pun terpengaruh dan itu pun dialami rekan satu kesebelasannya.

"Mungkin itu sedikit keuntungan untuk bermain di sini (Stadion Wembley) daripada di Tottenham (White Hart Lane) karena itu bukan stadion mereka," ujar Roger Schmidt, Pelatih Leverkusen, seperti dikutip dari Telegraph.

Stadion Wembley

Situasi Tottenham saat ini hampir persis seperti yang dialami West Ham United, sama-sama berjuang untuk beradaptasi dengan rumah merekayang baru. Tottenham wajib mencari tahu secara persis apa yang pernah dialami oleh Arsenal pada 1999 sampai 2000 ketika Arsene Wenger, manajer Arsenal, menganggap Stadion Wembley adalah mimpi buruk dan tidak cocok bagi kesebelasan Liga Inggris.

Baca juga: West Ham, Keuntungan Status Tuan Rumah, dan Anomali Stadion Baru

"Kami memutuskan untuk pergi ke Wembley tapi tidak merasa seperti di rumah. Lapangan itu lebih besar, tanahnya berbeda. Untuk pemain Inggris, itu sesuatu yang sama sekali tidak biasa. Kami menggunakan Highbury dengan lapangan yang lebih sempit," imbuhnya.

Sekarang, Stadion Wembley tidak terasa seperti rumah bagi Tottenham di Liga Champions. Terakhir mereka menang di sana terjadi ketika mengalahkan Chelsea pada final Piala Liga 2008. Kendati mengatakan masalahnya adalah soal psikologis, Pochettino tidak menyalahkan Stadion Wembley. Tapi baginya, kekalahan di hadapan 85 ribu penonton itu tetap saja memalukan.

"Anda tidak bisa menyalahkan Wembley. Kami harus lebih banyak menunjukannya. Kami perlu bercermin dan berkata: Ayolah, kita harus meningkatkan [permainan]," tegas Pochettino. "Pasti ada yang salah dan kami perlu mencari tahu apa itu. Kami berada di momen yang buruk dan kami harus kritis dan jujur. Masalahnya bukan sikap, kami tidak menunjukan kualitas," sambungnya seperti dikutip dari The Guardian.

Memang benar Tottenham tidak bisa menyalahkan suasana di dalam Wembley dari masalah ini. Masalah muncul dari penampilan Tottenham sendiri. Walau bagaimanapun, tanggung jawab terletak kepada Pochettino dan pemainnya. Sementara soal suasana dan kegembiraan yang lebih baik, itu adalah hal lain.

Sumber: Mirror, Tottenham Hotspur.

Komentar