Gazzaniga, Pergilah Dalam Damai

Berita

by Redaksi 33

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Gazzaniga, Pergilah Dalam Damai

Milan diselimuti duka. Salah seorang warga mereka, yang juga adalah pemahat dari trofi Piala Dunia, Silvio Gazzaniga, meninggal dunia. Ia meninggal di rumahnya yang terletak di Milan, Italia, dalam usia 95 tahun.

Anaknya, Giorgio Gazzaniga, mengungkapkan kebenaran kabar ini. Ia mengatakan bahwa sang ayah meninggal ketika ia sedang tertidur di rumahnya. Giorgio juga menyebutkan bahwa sang ayah pergi dengan tenang, tanpa terusik apapun.

"Ayah benar-benar meninggal dengan tenang. Semalam ia tidur, dan pagi ini kami menemukan di kamarnya bahwa ia tidur untuk selamanya. Benar-benar kematian yang damai," ujar Giorgio seperti dilansir NBC Sports.

Silvio Gazzaniga adalah orang yang merancang trofi Piala Dunia edisi terbaru. Trofi ini mulai diperkenalkan pada 1971, atau setahun setelah Brasil kembali menjuarai Piala Dunia pada 1970, gelar ketiga mereka setelah 1958 dan 1962. Trofi ini sendiri, menurut presiden FIFA Gianni Infantino, adalah sebuah benda spesial bagi para pemain, pelatih, dan juga pecinta sepakbola dunia.

"Trofi ini (trofi Piala Dunia) adalah obyek yang spesial bagi seluruh pemain dan pecinta sepakbola dunia. Kami bersyukur beliau (Gazzaniga) sudah mau memberikan desain baru untuk trofi ini dulu. Kami turut berduka cita atas meninggalnya beliau," ujar Infantino.

Trofi berlapiskan emas 18 karat ini memiliki berat kurang lebih enam kilogram (setara 13 paun). Trofi ini melambangkan sebuah momen kebahagiaan; dua pemain sedang membuka tangannya lebar-lebar. Mereka memangku bola dunia di balik punggungnya, sebuah cerminan bahwa dunia sedang berada dalam genggaman mereka.

"Berawal dari dasar, perlahan naik secara spiral, lalu kemudian menerima dunia dengan punggung dan tangan mereka. Dari bentuk yang rumit dan penuh ketelitian tersebut tergambar potret dari dua pemain yang sedang larut dalam momen kebahagiaan. Secara bentuk, saya mendedikasikan ini untuk perjuangan para pemain dalam ajang Piala Dunia, dedikasi untuk heroisme yang acap muncul juga dalam Piala Dunia," ujar Gazzaniga.

Bersaing dengan Model-Model yang Lain

Sebelum akhirnya FIFA menerima model trofi dari Gazzaniga ini, FIFA sudah menerima 53 model trofi baru dari pemahat-pemahat yang berasail dari tujuh negara berbeda di dunia. Tapi akhirnya model dari Gazzaniga inilah yang terpilih. Giorgio mengisahkan bagaimana pada akhirnya model trofi dari ayahnya ini akhirnya diterima oleh FIFA.

"Para juri akhirnya paham bahwa model trofi dari ayah adalah model trofi yang fotogenik. Namun bukan hanya fotogenik. Trofi ini memang enak, sekaligus juga indah ketika diangkat tinggi-tinggi ke angkasa. Ayah sudah membuat model trofi yang universal," ujar Giorgio.

Berkat model trofi Piala Dunia ini, meski tidak menerima keuntungan secara finansial dari FIFA, Gazzaniga jadi terkenal dan menerima banyak pesanan untuk membuat trofi-trofi lain. Ia pernah membuat model trofi untuk Piala UEFA, Piala Super Eropa, dan berbagai trofi berskala internasional lainnya.

Tapi tetap, Gazzaniga akan dikenang karena model trofi Piala Dunia yang ia keluarkan ini. Seperti yang Giorgio ucapkan, Gazzaniga telah menciptakan trofi yang universal. Trofi yang sekaligus mencoba untuk menyampaikan bahwa, sepakbola adalah milik semua orang, tidak terbatas pada satu kalangan tertentu.

Selamat jalan, Gazzaniga. Beristirahatlah dalam damai.

Komentar