Evolusi Samir Nasri

Taktik

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Evolusi Samir Nasri

Ditinggalkan Samir Nasri yang hengkang ke Sevilla, justru menjadi keuntungan tersendiri bagi Manchester City. Padahal, Nasri sempat yakin bakal berperan sentral dalam revolusi Josep "Pep" Guardiola yang baru menukangi City pada musim panas lalu. Tapi nyatanya, Pep justru memerintahkan Nasri agar mengurangi berat badannya dengan berlatih secara terpisah pada pra-musim. Merasa disisihkan, 15 menit kemudian Nasri menyelesaikan kepindahannya ke Sevilla setelah menghadapi West Ham United.

Kekelaman Nasri sudah terjadi sejak musim lalu karena cedera pangkal paha. Musibah itu membuatnya cuma dimainkan 12 kali di ajang Liga Primer Inggris 2015/2016. Kendati demikian, City tetaplah menggoreskan kenangan baginya karena meraih dua gelar Liga Primer Inggris dan satu Piala Liga. Selain cedera, faktor yang menentukan dalam penurunan karirnya tidak lepas dari sifatnya yang tempramental.

Nasri dikenal terlalu meledak-ledak di ruang ganti. Tingkahnya itulah yang membuatnya diabaikan Didier Deschamps yang melatih Prancis sejak 2012. Nasri pun diabaikannya menjelang Piala Dunia 2014. Alhasil, Nasri tidak merasa bahagia di Prancis dan dianggap selalu bermasalah dengan timnas dan Deschamps. Alhasil, ia memutuskan pensiun dari timnas pada usia 27 tahun.

Tapi saat ini Nasri justru melejit bersama kesebelasan barunya, Sevilla. Total, Nasri sudah mencetak tiga gol dan satu asis dalam seluruh pertandingannya bersama Sevilla di berbagai ajang. Gol pertama disarangkan ketika menghadapi Athletic Bilbao pada 24 September lalu. Kemudian Nasri mencetak gol keduanya untuk Sevilla ketika mengalahkan Leganes pada 15 Oktober lalu.

Tidak hanya di liga domestik, Nasri juga mencetak gol semata wayang Sevilla ketika mengalahkan Dinamo Zagreb pada 19 Oktober lalu. Gol penentuannya itu semakin mendekatkan Sevilla dengan babak 16 besar Liga Champions 2016/2017. Permainan Nasri bersama Sevilla sejauh ini menunjukkan kebangkitannya, meninggalkan pra-musim yang tidak baik bersama City sehingga disisihkan.

Penampilan gemilangnya itu diakui hanya soal kepercayaan dari pelatihnya. Sebab pemain 29 tahun tersebut hanya ingin bermain di setiap pertandingan. Di situlah ia bisa menikmati dirinya sendiri untuk menemukan kesenangannya, terutama setelah musim lalu absen selama enam bulan karena cedera. Setelah musim yang hilang, Nasri tahu harus meninggalkannya dan membuat kesan di tempat lain. Sebab ia tidak ingin membuang-buang waktunya setelah kembali dari cedera.

"Musim lalu saya enam bulan cedera. Saya tahu apa yang diinginkan ketika waktu bermain dan ada di sini. Saya berharap bisa memberikan klub ini semua kepercayaan mereka yang diberikan kepada saya. Semua yang saya inginkan adalah membantu tim dan jika melakukannya dengan mencetak gol, membuat saya bahagia," ujarnya seperti dikutip dari ESPN FC.

Kembali Menjadi Gelandang Serang

Nasri memiliki catatan tidak akur dengan para pelatihnya. Mulai dari Arsene Wenger, Deschamps dan Pep. Tapi sekarang ia telah bersinergi dengan Jorge Sampaoli yang melatihnya di Sevilla. Hubungan yang dibangun atas dasar kepercayaan dan itu sangat berharga baginya. Alhasil kepercayaan itu telah menghidupkan kembali karirnya yang sempat terlupakan. Kepercayaan yang paling penting diberikan Sampaoli kepadanya adalah mengembalikan posisi sebagai gelandang di belakang penyerang.

"Di Marseille saya selalu bermain sebagai gelandang tengah, terkadang deep-lying dan terkadang lebih ke depan lagi. Hanya ketika saya pindah ke Manchester City dan Arsenal saya bermain di Sayap. Saya tidak suka bermain di sayap dan jika saya bermain di sana itu karena pelatih menempatkan di sana karena dia pikir itu yang terbaik," aku Nasri seperti dikutip dari The Sun.

Pemain bernomor punggung 10 itu menjalani peran itu pada formasi 4-2-3-1 a la Sampaoli. Bahkan tetap memainkan peran yang sama ketika Sampaoli menggunakan formasi 3-3-3-1. Nasri diberikan kebebasan untuk muncul di seluruh lapangan. Ia mengambil bola, kemudian menggebrak pertahanan lawan walau berjarak bermeter-meter. Apalagi Nasri menjadi kombinasi yang baik dengan Steven N`Zonzi. Begitu pun dengan Pablo Sarabria dan Vicente Iborra, bahkan kepada Mariano sekalipun.

"Tim bernafas ketika ia menguasai bola. Dia memiliki begitu banyak kualitas yang mampu meredakan tekanan lawan," puji Sampaoli seperti dikutip dari Mirror.

Nasri menjadi pengendali permainan Sevilla dan kembali menunjukkan tingkat kematangannya. Ia telah berkembang di bawah salah satu pelatih paling agresif di dunia sepakbola. Maka Sevilla yang dijadikan tujuan tempat tamasya-nya di Spanyol adalah pilihan tepat. Sebab rasa laparnya itu ternyata tidak cukup untuk Pep. Justru Nasri mendapatkan perubahan yang benar-benar dibutuhkannya, melalui kepercayaan yang didapatkan dari dukungan Sampaoli.

Sumber lain: Daily Mail, SB Nations, Sky Sports, Squawka, Sports Illustrated, The Sun.

Komentar