AC Milan Telah Kembali Menghidupkan Kompetensi Serie-A

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

AC Milan Telah Kembali Menghidupkan Kompetensi Serie-A

AC Milan saat ini berbeda dengan beberapa musim lalu yang identik dengan pemain senior. Jalan yang mereka pilih musim ini berbeda dengan kesebelasan papan atas Serie-A lainnya. Ketika para pesaingnya itu berlomba-lomba mendatangkan pemain bintang, Milan lebih mengarahkan skuatnya untuk masa depan atas pemain-pemain mudanya.

Tidak bisa dimungkiri juga bahwa seluruh elemen skuat ini selalu menginginkan kemenangan. Berbagai gaya permainan dari permainan bertahan catenaccio atau permainan menyerang telah diterapkan untuk mencapai setiap kemenangan.

Sebagai kesebelasan besar dengan sejarah, Milan sudah merasakan berbagai gaya permainan yang berbeda. Era Giuseppe Viani, Nereo Rocco, sampai Arrigo Sacchi adalah patron-patron pengubah permainan Milan yang cukup ekstrem. Mungkin berlaku bagi Vincenzo Montella sebagai pelatih saat ini. Sekarang ia sedang mengembangkan skuatnya dari situasi berbelit-beli dalam beberapa tahun terakhir. Mencoba membawa kesebelasan berjuluk I Rossoneri itu lepas dari bayangan kegagalan pelatih-pelatih sebelumnya.

Hal itu yang menjadi alasan Adriano Galliani memilihnya. Ia percaya bahwa Montella bisa mengeluarkan Milan dari masa-masa sulit melalui sepakbola atraktifnya, mengingat Montella dikenal mampu membuat skuatnya tampil inovatif dan menarik. Umpamaan itu muncul melalui banyaknya pemain muda yang dituntut siap menerapkan sepakbola modern. Para pemain yang dituntut agar siap bermain dengan pressing tinggi sejak di lini depan lawan dan menuntut para pemain belakangnya tampil lebih disiplin.

Montella sudah mempraktikkan permainan itu sejak melatih Fiorentina. Hal ini menunjukkan bahwa para pemainnya bisa cepat beradaptasi ke berbagai sistem strategi yang diarahkannya. Dari waktu ke waktu, ia selalu berkembang melalui berbagai formasi yang diandalkannya.

Montella sudah pernah memakai berbagai macam formasi sejak berada di Fiorentina. Dari awalnya yang selalu mengandalkan 4-2-3-1, ia tidak ragu untuk langsung mengubah formasi tiga bek seperti 3-4-2-1. Begitu pun dengan keberadaannya di Milan saat ini. Kendati mengandalkan formasi 4-3-3, tapi ia sempat bereksperimen menggunakan formasi 4-3-2-1.

Pada intinya Milan menjadi sebuah kesebelasan dengan pemain muda, segar dan enerjik. Itulah persepsi permainan yang diinginkan Montella dan masih bisa ditingkatkan. Montella seolah menjadikan skuatnya sebagai bayi baru dengan kesempatan yang diberikan kepada para pemain mudanya. Sebelumnya sudah ada Alessio Romagnoli, Davide Calabria, Gianluigi Donnarumma, M`Baye Niang. Sekarang, Manuel Locatelli menunjukkan bakatnya dan disukai para pendukung Milan. Mereka semua mampu menyokong pemain lain yang lebih berpengalaman seperti Carlos Bacca.

Identitas Montella bersama Milan telah ditunjukkannya ketika mengalahkan Juventus dengan skor 1-0 di Stadion Giuseppe Meazza, Minggu (29/10). Kemenangan itu penting karena merupakan pertandingan besar setelah beberapa tahun terakhir tidak relevan karena posisi di klasemen. Padahal rivalitas mereka sebetulnya sudah terbudayakan. Milan adalah pengoleksi scudetto terbanyak kedua setelah Juventus. Mereka juga peraih gelar Liga Champions terbanyak kedua setelah Real Madrid.

Bisa dibilang pertemuan terakhir Milan dengan Juventus yang paling antusias yaitu ketika Februari 2012. Saat itu keduanya masih berada di papan atas dan Masimilliano Allegri berstatus pelatih Milan. Saat itu bangku cadangan Milan mengamuk dan mengutuk wasit karena gol `hantu` Sulley Muntari. Kemudian pertemuan akhir pekan lalu kembali menarik. Milan memberikan banyak perlawanan dan tidak bisa disangkal mereka lebih unggul di hampir setiap kategorinya.

Mereka mampu menyusun kemenangan melawan skuat yang berpengalaman, dihuni pemain-pemain seperti Gonzalo Higuain, Sami Khedira, Gianluigi Buffon, Leonadro Bonucci, dan Andrea Barzagli. Sambutan kemenangan itu begitu besar. Sebab kemenangan itu menciptakan kehidupan baru di Serie-A. Menanamkan anti tesis bahwa perburuan gelar di Serie-A membosankan dan dapat diprediksi. Hal itu juga menangkal lebih banyak pertanyaan tentang kurangnya kompetensi di sepakbola Italia, liga yang ditinggalkan banyak penggemarnya dari tahun ke tahun.

Sekarang, Milan bisa membuat ejekan kembali. Mereka telah membuat aspirasi yang menantang dalam perburuan scudetto musim ini. Apalagi mereka bisa memanfaatkan absensinya dari kompetisi Eropa dengan skuat dan pelatih yang masih muda. Tidak perlu Milan terburu-buru mengubah keadaan. Kualitas dan kematangan individu pemain mereka masih di bawah para pesaingnya. Ada begitu banyak yang harus dipompa Montella. Tapi pada era awalnya ini Montella tidak ingin cepat tersandung. Yang jelas, Milan sekarang telah berbeda dan menjanjikan.

Komentar