Senjata Manchester United Itu Bernama Umpan Pendek

Analisis

by Redaksi 33

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Senjata Manchester United Itu Bernama Umpan Pendek

Manchester United akhirnya berhasil mengakhiri rentetan hasil buruk dalam ajang Liga Primer Inggris 2016/2017. Melawan juara bertahan, Leicester City, mereka berhasil menang dengan skor yang cukup mencolok, 4-1. Gol-gol dalam pertandingan ini dicetak oleh Chris Smalling, Juan Mata, Marcus Rashford, dan Paul Pogba untuk United yang hanya mampu dibalas satu oleh Leicester lewat gol dari Demarai Gray. Bagi Pogba, ini adalah gol pertamanya untuk Manchester United.

Selain Pogba yang mencetak gol, pertandingan ini juga semakin menarik karena kapten tim, Wayne Rooney, memulai pertandingan dari bangku cadangan. Hal ini memang sudah pernah dikatakan oleh Mou bahwa tidak ada pemain yang spesial dalam timnya, meski itu adalah pemain paling penting di Inggris dan Manchester United. Ia menganggap semua pemain dalam skuatnya sama.

Dalam pertandingan melawan Leicester ini, United benar-benar menguasai pertandingan dengan catatan penguasaan bola 67% berbanding 33% milik Leicester. Selain benar-benar menguasai pertandingan, United juga mampu menampilkan permainan ciamik dengan umpan-umpan pendek yang mereka terapkan dalam pertandingan kali ini.

Leicester City adalah tim yang terkenal dengan pertahanannya yang kokoh. Club Brugge sudah merasakannya kala mereka sulit menembus pertahanan Leicester yang mengutamakan kerapatan jarak antar pemain serta dua fullback yang siap sedia turun ketika The Foxes diserang oleh lawan, membuat pertahanan Leicester seperti penuh dan sesak dengan pemain.

Mou yang menyadari hal ini pun langsung menerapkan strateginya. Dalam pertandingan kemarin, ia memerintahkan para pemainnya untuk mengacak-acak daerah sepertiga lapangan akhir Leicester lewat permainan umpan-umpan pendek. Tugas pengaturan aliran umpan-umpan pendek ini ditugaskan kepada dua pemain, yaitu Paul Pogba dan Juan Mata.

Pogba yang ditempatkan sebagai double pivot bersama Ander Herrera dan Juan Mata yang diplot sebagai gelandang serang di belakang penyerang pun mampu menjalankan tugas ini dengan baik. Pogba yang berperan sebagai gelandang box-to-box bahkan mampu beberapa kali mengirimkan umpan yang cukup baik ke arah pertahanan Leicester.

Pemain yang sempat menerima kritik dari Mou agar segera melupakan label pemain bintangnya langsung menunjukkan kemampuannya dalam pertandingan tersebut. Beberapa umpan Pogba berbuah kesempatan untuk mencetak gol bagi United, seperti umpannya kepada Zlatan Ibrahimovic pada pertengahan babak pertama. Jika ada kesempatan, ia juga tidak ragu melancarkan tembakan jarak jauh.

Sementara itu, Juan Mata berperan sebagai gelandang serang yang sifatnya lebih mengacak-acak. Meski ditempatkan sebagai gelandang serang, ia tak jarang turun ke tengah (utamanya ketika Pogba maju), bergerak ke sayap dan memberikan ruang kepada Lingard dan Rashford untuk masuk ke dalam pertahanan Leicester, sehingga serangan United lebih mengalir dan tidak terpusat di satu titik.

Grafis permainan Mata (kiri) dan Pogba (kanan). (Sumber: FourFourTwo StatsZone)

Dengan permainan umpan-umpan pendek ini, pertahanan Leicester pun tercerai-berai. Tercerai-berainya pertahanan The Foxes ini dapat terlihat dari gol yang diciptakan oleh Juan Mata. Pergerakan Mata yang dinamis, disertai dengan kerjasamanya dengan Lingard yang masuk ke dalam pertahanan Leicester membuat pemain asal Spanyol itu mampu mencetak gol kedua.

Ini pun tak lepas dari Huth dan Morgan yang terpancing dengan pergerakan Lingard, serta jarak antara Morgan dan Simpson di kanan yang jauh, serta Amartey yang tidak mewaspadai pergerakan Mata. Hal tersebut membuat Mata mampu bergerak bebas masuk ke dalam kotak penalti dan melepas tendangan yang gagal dihalau Ron-Robert Zieler.

Ilustrasi gol kedua. Akibat tercerai-berainya pertahanan Leicester, ada ruang yang tercipta di dalam kotak penalti yang mampu dimanfaatkan Juan Mata

Lancarnya Manchester United dalam melakukan operan-operan ini juga dilatarbelakangi oleh faktor lini tengah Leicester yang tidak sekuat musim lalu. Masalah kepergian Kante memang belum terselesaikan sejauh ini. Pertandingan melawan Manchester United ini adalah contoh dari bagaimana kehilangannya Leicester akan sosok Kante.

Pogba dapat maju sampai kotak penalti lawan dan menguasai bola berlama-lama adalah karena tidak adanya tekanan yang diberikan oleh para pemain tengah The Foxes. Daniel Amartey yang mendapat tugas sebagai penghalau serangan malah mundur terlalu dalam ke kotak penalti sehingga memberikan Pogba waktu lama menguasai bola. Drinkwater juga lebih fokus dalam membagi bola dan jarang membantu pertahanan.

Mahrez dan Vardy juga tidak terlalu terlibat dalam permainan. Vardy terlalu sering berdiam di depan dan tidak membantu lini tengah yang jelas-jelas kalah jumlah. Keahlian Mahrez dalam serangan yang kerap melakukan cut inside ke kotak penalti pun tidak terlihat sama sekali. Inilah kenapa umpan-umpan pendek United dapat berlangsung, karena di lini tengah pun, United sudah menang dalam segi jumlah pemain yang berkolaborasi di tengah.

Ranieri pun akhirnya menyadari hal ini pada babak kedua. Vardy yang jarang turun ke tengah akhirnya digantikan Andy King. Mahrez yang tidak terlihat lagi kemampuan dribelnya digantikan Demarai Gray. Justru, sesudah masuknya kedua pemain ini, serangan dan pertahanan The Foxes menjadi lebih hidup.

Sumbangan gol Gray pada menit ke-59 mencerminkan improvisasi yang dilakukan oleh pemain ini di tengah mandegnya serangan Leicester. Sementara itu Andy King menjadi pembantu Amartey menghadapi ganasnya lini tengah United yang menjadi pengalir serangan. Babak kedua pun Leicester akhirnya mampu bermain lebih baik. Tapi, itu semua terlambat karena United sudah mencetak banyak gol pada babak pertama.

***

Berkat permainan umpan pendek ini, United berhasil meraih kemenangan sekaligus tetap mengamankan posisi mereka sebagai salah satu kandidat juara Liga Primer Inggris musim 2016/2017 ini. Hasil positif ini juga setidaknya mengamankan tempat Mourinho, sekaligus melepaskan timnya dari kritikan yang mendera.

foto: @ManUtd

Komentar