Formasi Diego Simeone yang Berbeda Berhasil Imbangi Barcelona

Analisis

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Formasi Diego Simeone yang Berbeda Berhasil Imbangi Barcelona

Untuk kedua kalinya Barcelona tidak mampu memenangkan laga sebagai tuan rumah di Stadion Camp Nou. Mereka ditahan imbang 1-1 oleh Atletico Madrid pada pertandingan pekan ke-5 La Liga 2016/2017 yang berlangsung dini hari tadi, Kamis (22/9). Padahal Barcelona sempat unggul terlebih dahulu melalui gol Ivan Rakitic pada menit ke-41 setelah menyambut umpan Andres Iniesta. Kemudian Atletico berhasil membalasnya pada menit ke-61 melalui gol Angel Correa. Ia berhasil memanfaatkan umpan dari Fernando Torres dan menaklukan kelengahan Gerard Pique dan Javier Mascherano.

Kesalahan individual Pique dan Mascherano itu karena terburu-buru menghadapi situasi bola mati Atletico. Padahal dua bek tengah Barcelona itu tampil cukup baik pada pertandingan tersebut. Mascherano menjadi pengganti Samuel Umtiti yang tidak bisa bermain karena cedera. Sementara Sergi Roberto lebih dipilih Luis Enrique, Pelatih Barcelona, ketimbang Aleix Vidal sebagai full-back kanan pada formasi 4-3-3.

Di sisi lain, Atletico bermain dengan skuat terbaiknya. Cedera Angel Moya dan Tiago Mendes tidak terlalu bermasalah bagi susunan pemain utama. Tapi Diego Simeone, Pelatih Atletico, menurunkan formasi yang berbeda dengan biasanya. Kali ini ia menerapkan formasi 4-2-3-1 ketimbang 4-4-2 yang biasa diinstruksikannya. Formasi yang dipakai itu semakin membuktikan jika Simeone ingin menumpuk pemainnya di lini tengah untuk meredam para gelandang Barcelona.



Intruksi yang Berbeda Bagi Lionel Messi

Selain formasi, gaya permainan Atletico sedikit berubah pada laga ini. Dominasi kedua full-back untuk menyerang, tidak terlalu kelihatan. Juanfran di sebelah kanan dan Filipe Luis di kiri cenderung lebih bertahan. Dan gaya bertahannya itu tidak telalu lebar, melainkan lebih merapat ke dalam. Sebab pertahanan Atletico cenderung lebih rapat ke tengah pada laga tersebut. Dua full-back Atletico bergerak lebar ketika aliran bola Barcelona mulai masuk ke sisi lapangan.

Sistem pertahanan Atletico itu menyulitkan Barcelona untuk masuk ke dalam kotak penalti. Empat bek Atletico selalu bergerak sejajar baik itu bergerak ke dalam, maupun melebar. Hal itu membuat serangan sayap Barcelona tidak terlalu dominan dan lebih mengembalikan bola ke tengah di depan kotak penalti. Tapi Saul Niguez dan Gabi yang menjadi poros ganda Atletico, selalu berjaga di sana.


Grafis operan Barcelona yang sulit masuk ke dalam kotak penalti Atletico Madrid. Sumber: Fourfourtwo.

Hal itu membuat percobaan tendangan Barcelona lebih sering dilakukan di luar kotak penalti. Tujuh percobaan tendangan Barcelona dari jarak itu tidak ada yang menjadi gol. Tapi yang membuat Barcelona bisa mencetak gol adalah mengakali pergerakan Ivan Raktic, Lionel Messi dan Luis Suarez. Messi diinstruksikan agar bergerak turun ke bawah, posisinya di penyerang tengah diisi Suarez. Sementara Rakitic mendapatkan ruang dari pergerakan Suarez dan Messi tersebut. Alhasil ia sering masuk ke dalam kotak penalti untuk mendapatkan peluang.

Strategi itu memang membuat Messi tersendat pada laga ini. Apalagi pergerakannya di luar kotak penalti harus menghadapi menumpuknya pemain tengah Atletico. Tapi pergerakan itu juga yang membuat Rakitic mendapatkan ruang di kotak penalti dan mencetak gol bagi Barcelona. Ia tidak menyia-nyiakan umpan Andres Iniesta setelah melihat ruang yang berhasil diciptakan Rakitic.

Serangan Atletico Madrid Kurang Sokongan Dari Lini Tengah

Atletico sendiri baru menerapkan pressing agresif sejak tertinggal gol Rakitic. sebelumnya tekanan mereka tidak terlalu agresif, dengan kata lain lebih sabar untuk merebut bola dari lawan. Mereka lebih menjaga areanya untuk membayang-bayangi pemain Barcelona dan melakukan intersepsi, kemudian melancarkan serangan balik ketika bola berhasil dikuasai. Melalui umpan jarak jauhlah Atletico melancarkan serangan baliknya.

Umpan-umpan jauh itu cenderung diarahkan ke sisi kiri, tempat Yannick Carrasco berada. Ia mengeksploitasi area tersebut karena Sergio Roberto aktif membantu serangan Barcelona. Tapi Carrasco cenderung lebih mengandalkan kecepatan dan kemampuan gocek bolanya untuk menaklukan pertahanan Barcelona. Padahal Pique dan Mascherano sendiri tampil sabar pada laga itu. Mereka tidak terburu-buru merebut bola dengan tujuan bisa memblokade percobaan tendangan lawan.

Alhasil Carrasco pun lebih memilih melepaskan percobaan tendangan dari luar kotak penalti, hal yang sama dilakukan Kevin Gameiro dan Antoine Griezmann. Sementara tiga pemain yang sering berada di sepertiga akhir lawan itu jarang mendapatkan dukungan dari lini kedua. Sebab lini tengah Atletico tidak terlalu aktif membantu serangan, mereka lebih mengantisipasi jika kegagalan peluang bisa dijadikan serangan balik bagi Barcelona. Maka dari itu transisi menyerang dari lini tengah Atletico maupun kedua full-back jarang terlihat pada laga ini.

Grafis tekel Atletico Madrid. Sumber: Squawka.


Kesimpulan

Instruksi Simeone kepada para anak asuhnya cukup berhasil pada laga ini. Dengan menumpuk pemain di tengah dan tidak terlalu agresifnya Juanfran dan Filipe Luis membantu serangan, membuat Barcelona kesulitan mencetak gol. Tapi perubahan strategi Enrique terkait tugas Messi lebih kepada pembuka ruang di depan kotak penalti telah berhasil. Hanya saja peran Messi agak kurang terlihat pada laga ini dan risikonya ia lebih sering mendapat tekanan sehingga cedera dan ditarik keluar pada pertengahan babak kedua.

Komentar