Berakhirnya Masa Bakti Schweinsteiger dan Keane untuk Timnas

Cerita

by Redaksi 34

Redaksi 34

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Berakhirnya Masa Bakti Schweinsteiger dan Keane untuk Timnas

Situasi di Borussia Park, Rabu (31/8) malam waktu setempat, tampak ramai seperti halnya stadion lain ketika ada gelaran pertandingan sepakbola. Yang berbeda malam itu, hanya penonton yang hadir.

Tidak tampak atribut kesebelasan yang menghuni stadion tersebut, Borussia Monchengladbach. Paling banyak yang terlihat tentu saja adalah atribut timnas Jerman, kesebelasan yang malam itu yang menjadikan Borussia Park sebagai kandang mereka, dan Finlandia, kesebelasan yang malam itu menjadi lawan Jerman.

Situasi meriah menyambut laga perdana Jerman usai Piala Eropa 2016, justru berubah menjadi kesedihan ketika memasuki dalam stadion. Pasalnya, pertandingan tersebut dijadwalkan bakal menjadi pertandingan terakhir kapten kesebelasan timnas Jerman, Bastian Schweinsteiger, untuk timnas yang memenangkan Piala Dunia 2014 tersebut.

Di salah satu sudut stadion, tampak spanduk bertuliskan “Servus Basti” atau “Selamat Tinggal Basti” yang di bawahnya terdapat foto Schweini ketika bermain untuk timnas Jerman. Tampak pula banyak orang yang mengenakan jersey ber-name-set Schweinsteiger untuk memberikan penghormatan.

Kesedihan semakin menjadi manakala pemain yang akrab disapa Schweini tersebut memimpin rekan-rekannya untuk masuk ke dalam lapangan. Tak seberapa lama, Schweini maju beberapa langkah bersama anak kecil yang mengenakan kaus bertuliskan “Servus Basti” atau “Selamat Tinggal Basti” dan “Basti, Wir Sagen Danke” atau “Kami Berterima Kasih, Basti”, untuk mengucapkan ucapan perpisahan.

Schweini lalu memulai ucapan perpisahannya. Berselimutkan lautan applause, pemain bernomor punggung tujuh tersebut akhirnya tidak mampu menyembunyikan air matanya. Tangisan tersebut menjadi bukti bahwa ia begitu mencintai Die Mannschaft. Pemberian piagam penghargaan pada akhirnya menjadi penutup ucapan perpisahan Schweini.

Tampil sebagai gelandang bertahan satu-satunya yang ditampilkan oleh Joachim Loew di laga tersebut, penampilan Schweini tak bisa lepas dari applause. Beberapa kali pujian mengudara di stadion berkapasitas 50.000 lebih tersebut. Bahkan tidak jarang, penonton memberikan penghormatan sambil berdiri ketika Schweini menerima maupun membawa bola.

Schweini tampaknya tidak ingin laga tersebut menjadi penutup yang buruk untuk kariernya di timnas Jerman. Selain bermain baik di lapangan, ia juga begitu hangat menanggapi penerobos yang masuk ke dalam lapangan untuk mendapatkan fotonya.

Penonton yang mengenakan kaus timnas Jerman dengan nama Schweinsteiger dan nomor punggung tujuh ini, pada akhirnya mendapatkan sebuah foto yang mungkin hanya bisa ia dapatkan sekali seumur hidup.

Masuknya Julian Weigl menit ke-67, menjadi bab penutup dalam perjalanan Schweini untuk timnas Jerman di lapangan. Keluarnya Schweini diiringi oleh ribuan tepuk tangan penonton yang hadir.

Dengan mencatatkan caps di laga tersebut, Schweini pun berhasil mencatatkan namanya sebagai salah satu pesepakbola terbaik di Jerman. Total 12 tahun berseragam timnas Jerman, ia berhasil membuat 121 pertandingan, 24 gol, dan menghasilkan satu gelar Piala Dunia.

Situasi menyedihkan tidak hanya hadir di Monchengladbach. Di Stadion Aviva, Dublin, situasi sedih juga mewarnai pertandingan internasional antara Republik Irlandia ketika menghadapi Oman, pada malam yang sama dengan laga Jerman menghadapi Finlandia.

Kesedihan di Aviva muncul usai salah satu legenda hidup sepakbola Irlandia, Robbie Keane, memutuskan pensiun dari pertandingan internasional.

Sama seperti halnya Schweini yang masuk ke lapangan dengan penghormatan sambil berdiri sebagai sambutannya, Keane juga merasakan hal yang sama. Sambil menggendong anaknya, Keane memasuki lapangan.

Tak hanya sama soal sambutan dari penonton, Keane juga membuat catatan baik dari penampilannya di laga ini. Di saat Schweini berhasil tampil luar biasa lewat pergerakan tanpa bola serta penampilan sebagai dirigen permainan timnas Jerman, Keane mampu menorehkan sebuah gol lewat aksi individu yang cantik pada menit ke-30.

Keane juga merasakan hal yang sama dengan Schweini soal menit bermain di laga terakhirnya bersama timnas. Menit ke-57, Keane harus ke luar lapangan setelah ia digantikan oleh Wes Hoolahan, sekaligus mengakhiri 18 tahun kariernya di timnas Republik Irlandia.

***

Dua laga tersebut sama-sama mengajarkan kita sesuatu; setiap orang memiliki masanya masing-masing. Dan tidak selamanya kita akan berada di puncak.

Mereka kini tidak perlu repot-repot menghabiskan masa libur kompetisi untuk pertandingan internasional. Tugas mereka kini hanya satu; berdoa agar semua kerja keras mereka selama membela timnas tidak terlupakan.

Komentar