Hubungan Kausalitas dalam Hidup Mario Balotelli

Cerita

by Redaksi 33

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Hubungan Kausalitas dalam Hidup Mario Balotelli

You get what you pay for. No less no more. Ucapan ini sampai sekarang masih terngiang-ngiang di kepala saya, meski saya sudah lulus dari tempat di mana saya pertama kali mendengarkan kata-kata tersebut. Kata-kata ini terlontar dari mulut salah satu dosen saya di kampus, ditujukan untuk memberi semangat kepada mahasiswa sekaligus mengajarkan satu hal yang cukup dasar dalam hidup; hubungan kausalitas.

Jika dalam istilah Inggrisnya seperti yang sudah diucapkan di atas, maka, istilah Indonesianya begini; Apa yang kau tanam, itulah yang kau tuai. Kalau pada masa lalu kita pernah berlaku buruk, maka, jangan heran jika sekarang atau di masa depan kelak, kita akan menerima perlakuan buruk dari seseorang, atau sebaliknya. Itulah hubungan kausalitas, hubungan sebab-akibat. Nama kerennya, hukum karma.

Konsep hubungan kausalitas ini sungguh terjadi dalam hidup. Sudah banyak orang yang mengalami apa yang pernah mereka tanam pada masa lampau. Orang menanam hal baik, sekarang ia bergelimang akan hal-hal baik. Orang yang menanam hal buruk, sekarang ia dihujani oleh hal-hal buruk dalam hidup. Untuk contoh orang yang bergelimang hal-hal buruk, anda bisa melihat kehidupan penyerang asal Italia, Mario Balotelli.

Pada masa mudanya, Balotelli adalah pemain yang begitu dipuja. Kemampuannya yang mumpuni saat ia membela Inter Milan, ketika usia muda, bahkan sempat digadang-gadang sebagai penyerang masa depan timnas Italia. Namun, dari situ pulalah, tampak kelakuan-kelakuan negatif muncul dari seorang Balotelli.

Di Inter, ia pernah bermasalah dengan seorang Jose Mourinho. Hal ini yang membuat ia jarang diturunkan oleh pelatih asal Portugal itu dalam beberapa pertandingan Inter. Kelakuan Balotelli semakin aneh ketika ia pindah dari Inter Milan menuju ke Inggris, Manchester City. Meski berhasil mencetak beberapa gol krusial, ia tidak pernah luput dari masalah.

Salah satu kehebohan yang ia ciptakan ketika membela Manchester City adalah back heel nya yang "luar biasa" saat pertandingan pramusim melawan LA Galaxy. Bukan hanya itu, ia juga menciptakan keriuhan usai salah mengenakan rompi dalam sesi latihan Manchester City.

Ini belum terhitung dengan perilakunya aneh lainnya seperti bermain kembang api di rumah sendiri, meski akhirnya ia mengakui bahwa yang bermain kembang api itu adalah temannya. Yang paling dikenang? Tentu saja saat ia menunjukkan tulisan dalam base layer nya usai mencetak gol lawan United. Tulisan "Why Always Me" yang akan selalu diingat pecinta sepakbola manapun di dunia.



Perilaku anehnya sempat mereda (atau tidak terendus?) saat ia membela AC Milan dan Liverpool. Sedikit kabar perilaku negatif Balotelli yang menguap ke media massa. Ketika di Liverpool, Balotelli "hanya" pernah tertangkap merokok di Melwood (tempat latihan Liverpool) dan pura-pura cedera supaya dapat membeli IPhone 6. Sisanya mungkin masih banyak kelakukan negatif Balotelli yang lain.

Ketika melakukannya, entah apa yang dipikirkan ataupun dirasakan oleh Balotelli. Apa ia merasa senang? Apa ia melakukan ini semua dengan suka rela atau semata-mata hanya untuk mendongkrak popularitas? Yang jelas, segala kelakuan negatifnya di masa lalu, berdampak pada kehidupannya sekarang ini. Di sinilah hukum sebab-akibat, hubungan kausalitas, bekerja.

Semua berawal dari perkataan manajer Liverpool, Juergen Klopp, yang secara tidak langsung mengungkapkan bahwa ia tidak akan menggunakan jasa Balotelli, dan ia mempersilakan Balotelli untuk pergi meski Klopp mengakui bahwa Balotelli masih memiliki "sentuhan a la pemain dunia".

Baca Juga: Mario Balotelli, Lanjut atau Berhenti

Namun menjelang bursa transfer berakhir, Balotelli masih belum menemukan klub baru. Bahkan ketika Liverpool sudah menjalani dua pertandingan Liga Primer Inggris, ia hanya berlatih dengan kesebelasan U21 Liverpool. Hal seperti ini dilakukan tentu saja sebagai salah satu cara untuk mengusir pemain.

Banyak juga klub yang dengan terang-terangan menolak Balotelli. Seperti yang diberitakan oleh beberapa media, Mino Raiola selaku agen Balotelli sudah menawarkan pemain ini ke beberapa klub, namun, hampir semua menolaknya. Ajax Amsterdam, klub yang kabarnya juga akan menyelamatkan karier Balotelli, tidak terdengar lagi beritanya.

Selain itu, Sassuolo, Bologna, dan Pescara adalah klub-klub yang menolak kehadiran Balotelli dalam klubnya. Alasan mereka pun bermacam-macam, tapi, pada intinya, mereka tentunya tidak ingin kelak berurusan dengan hal-hal negatif yang kerap dilakukan Balotelli dalam klub yang ia bela. Terlebih Balotelli merupakan salah satu pemain yang bergaji mahal.

Melihat respon-respon yang diberikan oleh klub terhadap Balotelli, terlihat jelas bahwa itu adalah hasil dari yang pernah ia tanam pada masa lampau. Pernah berada dalam kesuksesan, karier Balotelli mulai menurun karena hal-hal negatif yang ia lakukan. Hal-hal negatif ini juga menjadi sebuah sebab dari akibat yang Balotelli terima sekarang; tak ada klub yang meminati jasanya meski ia adalah pemain berbakat.

Hubungan kausalitas yang cukup menyedihkan bagi pemain kelahiran Palermo ini. Tapi, itulah kehidupan. Selain roda yang terus berputar, hidup akan memberikan hasil dari apa yang pernah kita tanam pada masa lampau. Balotelli menanam hal negatif dalam perilaku-perilaku anehnya pada masa lalu. Sekarang, ia merasakan akibat dari hal-hal negatifnya itu.

Yah, mau dikata apa lagi. Nasi sudah menjadi bubur. Masa lalu sudah berubah menjadi sejarah. Yang bisa Balo lakukan sekarang hanya introspeksi diri, banyak melakukan muhasabah, berpikir mengenai segala kesalahannya di masa lalu, dan mulai sebuah hal yang baru. Sekarang, ia masih berada di Liverpool, dan berlatih bersama tim U-21 Liverpool sembari menanti klub yang mau mengontrak dirinya.

Setidaknya, sekarang ia sudah menjadi jinak berkat pengalaman yang ia lalui. Ia tidak banyak tingkah seperti dulu (apa mungkin kita tidak tahu?). Semoga saja, ia akan mampu kembali membangun karier, dan meraih hasil positif di masa depan akibat dari apa yang ia lakukan kali ini. Hubungan kausalitas memang kejam. .

Komentar