Oase Kecil Brasil di Tengah Keringnya Prestasi

Cerita

by redaksi

Oase Kecil Brasil di Tengah Keringnya Prestasi

Brasil berhasil meraih medali emas cabang sepakbola putra Olimpiade 2016. Pada partai final yang berlangsung di stadion Maracana (21/8/2016) tersebut, mereka mengalahkan Jerman melalui adu penalti.

Laga harus diakhiri dengan adu penalti karena kedua kesebelasan bermain imbang 1-1 hingga babak tambahan. Brasil terlebih dahulu membuka keunggulan melalui tendangan bebas sang kapten Neymar pada menit ke-27. Sepakannya ke pojok gawang gagal dihalau kiper Jerman, Timo Horn.

Keadaan tertinggal membuat Jerman terus menggempur pertahanan Brasil. Berbagai serangan masih belum mampu membobol gawang tuan rumah yang dijaga Weverton. Bahkan tendangan Jerman sampai membentur tiang gawang total tiga kali.

Jerman kemudian baru bisa membalas saat pertandingan memasuki menit ke-59 juga oleh kapten mereka. Menyambut umpan silang datar dari sisi kanan, hanya dengan satu sentuhan, Max Meyer kemudian berhasil menyamakan kedudukan menjadi 1-1.

Skor 1-1 bertahan hingga 90 menit waktu normal. Pada babak tambahan gol yang ditunggu masih belum juga terjadi. Pertandingan akhirnya harus diakhiri dengan adu penalti.

Adu penalti yang terjadi ternyata juga berlangsung dengan ketat. Hasil akhir baru bisa ditentukan sampai penendang terakhir. Kiper Brasil, Weverton, kemudian mampu menahan sepakan Nils Petersen yang menjadi penendang kelima Jerman. Neymar menjadi pahlawan kemudian, menjadi penendang penentu, penyerang Barcelona tersebut menendang dengan sempurna.

Medali emas di ajang sepakbola pria Olimpiade ini adalah yang pertama kali didapat oleh Brasil. Prestasi terbaik yang pernah didapat tim Samba sebelumnya adalah medali perak pada 1984,1988, dan 2012.

Gelar ini adalah oase kecil di tengah keringnya prestasi Brasil beberapa tahun belakangan. Bahkan di Olimpiade ini mereka sempat mendapat kritik keras karena bermain buruk di laga-laga awal.

Sebagai kesebelasan negara dengan jumlah trofi Piala Dunia terbanyak (5) nama Brasil memang masih diperhitungkan di persepakbolaan dunia. Namun prestasinya mulai menurun sebelum ini. Piala Dunia terakhir yang didapat terjadi pada 2002 lalu, sedangkan Copa America pada 2007.

Brasil sebenarnya sempat mendapat gelar hiburan dengan menjadi juara di Piala Konfederasi tiga edisi terakhir. Namun turnamen tersebut bukanlah termasuk gelar bergengsi. Bahkan jika boleh menyebut sesungguhnya Olimpiade ini juga bukan turnamen besar yang diperhitungkan.

Semua kemenangan memang patut untuk dirayakan, tetapi sekali lagi ini hanyalah Olimpiade. Meski statusnya kejuaraan dunia, sepakbola di Olimpiade tak berisi skuat terbaik sebuah negara. Tiap kesebelasan hanya bisa menyertakan maksimal tiga pemain yang berusia lebih dari 23 tahun.

Bahkan kehadiran Neymar di Olimpiade sempat mendapat sindiran berbagai pihak. Brasil dianggap hanya ingin menyelamatkan muka di depan pendukungnya sendiri. Pemain terbaik yang dimiliki sekarang justru tak disertakan di Copa America dan didelegasikan di turnamen dengan gengsi lebih kecil.

(amp)

Komentar