Penebusan Benteke di Crystal Palace

Taktik

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Penebusan Benteke di Crystal Palace

Debut Christian Benteke di Liga Primer Inggris adalah teror yang diciptakannya. Benteke mencetak 19 gol dari 34 laganya bersama Aston Villa. Bersama kesebelasan itulah ia dikenal sebagai salah satu penyerang berbahaya di Liga Primer Inggris. Sebab Benteke tidak pernah mencetak kurang dari 10 gol dalam tiga musim bersama Aston Villa sejak 2012/2013. Gol paling sedikit dicetak pada musim keduanya karena cuma menorehkan 10 gol. Tapi bisa diwajarkan pada Liga Primer Inggris 2013/2014 itu, ia lebih banyak berkutat dengan cedera.

Setelah kesuburannya pulih pada musim ketiganya di Aston Villa, kemudian Benteke hengkang ke Liverpool era manajer Brendan Rodgers. Kariernya bersama kesebelasan berjuluk The Reds itu justru merosot. Sebetulnya, Benteke sering dimainkan di Liverpool di era Rodgers, maupun ketika sudah ditangani Juergen Klopp sejak Oktober lalu. Total, Benteke dimainkan sebanyak 29 kali dengan rincian 14 kali diturunkan sejak awal dan sisanya sebagai pemain pengganti.

Tapi masalah bagi penyerang asal Belgia itu adalah perannya di lapangan yang tidak cocok dengan Liverpool. Ketika era Rodgers, arahannnya memang mengistimewakan karakter permainan Benteke, yaitu dengan cara melepaskan umpan-umpan silang kepadanya. Tapi yang berbeda adalah peran Benteke itu sendiri. Sebab ia menerima umpan silang bukan diprioritaskan untuk mencetak gol, namun menjadi pemantul bola di lini depan memanfaatkan keunggulannya dalam duel udara.

Maka dari itu lebih sering gelandang serang yang mencetak gol ketika Rodgers. Bola-bola pantulan dari Benteke sering dimanfaatkan oleh pemain-pemain seperti Daniel Sturridge, Divock Origi, Philippe Coutinho, dan lainnya. Ketika Klopp mulai mengambil alih Liverpool, skema permainan yang diterapkannya berbeda dengan Rodgers. Permainan Klopp jarang melepaskan umpan silang dari sisi lapangan, melainkan memanfaatkan kolektivitas antar lininya. Seluruh pemain Liverpool dipaksa lebih banyak berlari untuk mendistribusikan bola.

Pada permainan era Klopp ini pun berpengaruh dengan gaya bermain Benteke. Sebab Klopp mewajibkan para pemain depan untuk bermain fleksibel yang bisa melakukan free role dengan pemain lain. Sementara Benteke yang lebih nyaman sebagai predator di kotak penalti, tidak bisa menjalankan intruksi tersebut, "Saya pikir saya harus lebih sering berlari dan saya bisa berada bersama rekan-rekan saya," ungkap Benteke seperti yang dikutip dari Express.

Tentunya dua peran yang dilakoni Benteke baik bersama Rogers dan Klopp. Berbeda sewaktu masih memperkuat Villa di mana ia mampu mencetak 19 gol per musim. Sebab saat itu Benteke bermain sesuai dengan gaya disukainya, yaitu sebagai target man di kotak penalti. Hal itulah yang tidak didapatkan dari Liverpool sehingga penyerang berkualitas sepertinya malah terdepak.

Simak saja gol-golnya ketika masih memperkuat Liverpool musim lalu.

Solusi Tepat bagi Crystal Palace

Ketika Benteke terpuruk di Liverpool pun masih banyak kesebelasan yang meminatinya. Selain dari Liga Inggris, AC Milan dan Juventus pun sempat meminatinya pada bursa transfer musim panas saat ini. Tapi nyatanya Benteke semakin dekat dengan Crystal Palace dengan harga 32 juta paun. Banderol itu cuma turun tujuh juta paun atas harga yang didapatkan Liverpool dari Villa. Rasanya Liverpool terlalu pelit untuk menurunkan harga Benteke yang penampilannya pada musim lalu di luar ekspetasi.

Tapi Palace tetap berani mengeluarkan kocek 32 juta paun karena Benteke dianggap sebagai solusi untuk masalahnya saat ini. Harga Benteke sebesar 32 juta paun dianggap layak oleh Palace karena sedang membutuhkan penyerang baru. Sebab para penyerang tengah Palace musim lalu sangat minim mencetak gol. Penyerang tersubur Palace pada musim lalu adalah Connor Wickham dengan lima gol. Sementara Emanuele Adebayor cuma mencetak satu gol, sementara Maroune Chamakh dan Fraizer Campbell tidak mencetak gol sama sekali.

Masalahnya bertambah parah karena Yannick Bolasie dan Dwight Gayle yang mencetak lima gol pada musim lalu justru hengkang. Alhasil tersisa Wickham, Yohan Cabaye, dan Scott Dann, yang musim lalu mencetak lima gol. Cabaye serta Dann pun bukanlah pemain depan, melainkan gelandang dan bek tengah. Maka dari itu Benteke diharapkan akan menjadi penyerang utama Palace yang bisa mengatasi kemandulan di lini depan.

Apalagi jika melihat gaya permainan Palace bisa mendukung pundi-pundi gol penyerang 25 tehun itu. Sebab Palace sering melepaskan umpan silang di dalam permainannya. Musim lalu pun mereka menjadi kesebelasan ke lima paling sering melepaskan umpan silang. Dan Alan Pardew, manajer Palace, adalah tipikal peracik strategi yang mengandalkan serangan dari sayap. Maka dari itu, Bolasie dan Gayle begitu agresif pada musim lalu.

Kepergian dua pemain itu pun tidak akan mengurangi kemanjaan kepada Benteke. Sebab Palace masih memiliki winger lain yang berkualitas seperti Wilfried Zaha, Jason Puncheon, Bakary Sako, dan Andros Townsend yang baru didatangkan dari Newcastle United. Pada intinya Benteke adalah tipikal pemain yang berpotensi akan bersinar di kesebelasan-kesebelasan kuda hitam. Maka dari itulah keputusan Benteke untuk pindah ke Palace sangatlah tepat. Selain bisa mengasah pundi-pundi golnya lagi, ia bisa menemukan sinarnya kembali.

Sumber lain:Transfermarkt, Whoscored.

Komentar