Ramsey yang Harusnya Selalu Menang

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Ramsey yang Harusnya Selalu Menang

Oleh: Munandar Harits Wicaksono*

Aaron James Ramsey. Begitu pria itu bernama lengkap. 17 tahun yang lalu, setahun usai era orde baru tumbang lewat revolusi sosial di negeriku, sesuatu juga terjadi pada seorang bocah ingusan di negara kecil persemakmuran Britania Raya.

Konon, kita akan menemui seorang anak kecil yang gemar sekali bermain rugby. Olahraga itu hampir saja menjadikannya pemain profesional. Namun ternyata, Tuhan berkehendak lain.

Sebuah turnamen dengan pertandingan hebat membuat namanya terendus oleh kesebelasan semenjana, Cardiff City. Sungguh beruntung klub kecil ini, ia mampu mengalahkan Newcastle United yang kala itu jauh lebih besar dan jauh lebih segalanya demi seorang bakat muda.

Bakat muda itu bernama Ramsey. Ya, panggil dia Aaron Ramsey. Menghabiskan masa kecilnya di Akademi Cardiff, ia akhirnya mendapatkan panggung debutnya pada pertandingan terakhir Divisi Championsip 2006/2007 melawan Hull City. Meski berakhir dengan kekalahan, ia berhasil membuat rekor dengan debutan termuda untuk Cardiff City, melewati John Toshack dengan usia 16 Tahun 124 hari.

Ramsey muda kian matang kian berkembang. Tak ayal, ia menarik minat para manajer berbagai kesebelasan. Sang penguasa Theater of Dream, Sir Alex Ferguson telah berbicara dengan bos Cardiff City untuk meminangnya. Namun sekali lagi, takdir Tuhan berkata lain.

*

“Terima kasih, Ramsey.” Begitulah kiranya ungkapan Gareth Bale seusai laga tim nasional Wales melawan Rusia pada matchday ketiga Piala Eropa 2016, di Stade de Toulouse, Prancis. Kini, pria itu tak muda lagi. Ia hampir mencapai kematangan usia seorang pesepakbola. Ibarat sebuah mangga, ia sudah mulai menguning, indah lagi menggoda.

Manisnya mangga Ramsey nyatanya sudah dirasakan oleh tim nasional yang ia bela. Secara mengejutkan Wales berhasil mencapai babak perempat final perhelatan Piala Eropa. Dengan gagahnya, naga itu terbang bahkan mengangkangi induknya, Inggris.

Ramsey menjadi sosok protagonis sejati Wales. Umpan-umpan cerdasnya mampu membuat pertahanan Rusia kalang kabut. Tidak hanya itu, satu gol indahnya membuatnya kian tak ternilai.

Gol yang tidak pernah terbayangkan bagi kita. Mengingat ia nyaris mengakhiri kariernya enam tahun lalu. Maklum, tekel horor Ryan Shawcross sempat membuatnya shock dan kehilangan kepercayaan diri.

Miliki Ramsey dan Milikilah segalanya

Transfer musim panas tahun ini belum cukup panas. Pemberitaan media masih saja berkutat pada panasnya upaya Manchester United memulangkan anak buangan mereka. Tidak tanggung-tunggung, 125 juta euro coba ditawarkan. Sementara itu, satu klub di London utara begitu adem ayem, tanpa merasa memiliki dosa.

Adalah Ramsey yang seharusnya pantas selalu dipanaskan rumornya. Adalah Ramsey yang seharusnya mendapatkan nilai transfer sefantastis itu. Tidak percaya?

Arsenal benar-benar beruntung kala itu membeli seorang Ramsey dari Cardiff City seharga hanya lima juta euro. Ramsey adalah segalanya. Ramsey bisa apa saja.

Mengawali karir sebagai pemain sayap, Ramsey nyatanya punya banyak keistimewaan. Di pos sayap, ia bisa menjadi seorang sayap murni yang akan mengirimkan umpan-umpan silang berbahaya. Terkadang pula, ia bisa menjadi pusat permainan meskipun ia beroperasi di sayap. Lihatlah kelihaiannya menjalankan perannya di timnas Wales.

Selain memerankan sayap murni maupun pusat permainan, Ramsey juga diberi anugerah tak terkira yang tak banyak disadari orang. Jika Anda melihat pertandingan Arsenal melawan Tottenham pada paruh kedua musim lalu, Anda akan menemukannya. Anda akan melihat bagaimana Ramsey dengan cerdasnya bisa berada di posisi terdepan berhadapan dengan seorang bek dan kiper. Ia adalah Thomas Muller-nya Wales, penafsir ruang yang tidak disadari orang.

Meskipun demikian, posisi favoritnya adalah gelandang tengah. Dengan status gelandang tengah ini pula ia bisa memerankan peran yang beraneka ragam. Daya imajinasi magisnya membuat ia cukup bisa dimaklumi andai ia dipasang di belakang striker. Selain itu, keberaniannya melakukan tendangan jarak jauh bisa menjadikannya nilai plus.

Bila terpaksa harus dijadikan gelandang bertahan pun ia tetap tidak buruk. Rataan tekelnya terbilang cukup tinggi di kompetisi Liga Primer Inggris. Ia juga tercatat cukup akurat dalam membagikan bola sehingga cukup menjanjikan sebagai deep-lying midfielder.

Tapi.......

Entah ilmiah atau tidak, kerapkali Ramsey dijadikan kambing hitam. Suatu momentum di mana andai ia mencetak gol penting, maka akan ada tumbal nyawa yang melayang.

Pada 6 Maret 2016, Nancy Reagan, istri mantan presiden AS, Ronald Reagan, meninggal sehari sebelum Ramsey mencetak gol indah ke gawang Tottenham Hotspur lewat tumitnya pada derby London Utara. Yang paling fenomenal tentu saja kematian Osama Bin Laden, pada tanggal 2 Mei 2011. Sehari sebelumnya, Ramsey membuat gol ke gawang Manchester United. Selain kedua tokoh di atas, masih ada beberapa nama beken lain semisalkan Paul Walker yang juga dikambinghitamkan pada Ramsey.

Sepakbola sebenarnya hanyalah sebuah kegiatan inderawi yang seharusnya tidak disangkutkan pada rohani. Hanya mata yang melihat, hanya telinga yang mendengar. Tidak ada interaksi dengan hal gaib lagi takhayul semacam kutukan. Akan tetapi kalaulah Anda percaya dengan kutukan itu, maka biarkan Ramsey, dan berikan Arsenal kemenangan tanpa perlu gol dari Ramsey.

*Penulis adalah alumnus MAPK Surakarta. Twiter : @munandar1

Komentar