Marko Pjaca, "Peniru" Ronaldinho yang Diperebutkan AC Milan dan Juventus

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Marko Pjaca, "Peniru" Ronaldinho yang Diperebutkan AC Milan dan Juventus

Selalu ada yang nama yang melejit dari tim nasional Kroasia di setiap turnamen sepakbola antarnegara. Hal itu sudah berlaku sejak zaman Zvonimir Boban dkk. Begitu juga dengan Piala Eropa 2016 yang baru digelar beberapa waktu lalu di mana Kroasia membawa beberapa pemain muda dan Marko Pjaca menjadi salah satu yang disorot di dalam skuat itu.

Ia dipanggil Kroasia bersama pemain-pemain muda lain seperti Mateo Kovacic, Marko Rog, dan Ante Koric. Pjaca sendiri adalah wonderkid yang sudah diperhitungkan sejak musim lalu. Potensinya mulai diperhitungkan ketika membela Dinamo Zagreb di Liga Champions 2015/2016.

Pjaca dikenal karena kecepatannya. Ia mampu mendribel bola sambil berlari cepat dengan baik dan terampil. Aksi dribelnya selalu menunjukan berbagai trik sehingga bisa mendapatkan celah untuk menendang bola ke gawang atau melepaskan umpan. Selain itu, penguasaan bolanya sering memancing dua bahkan tiga lawan untuk merebutnya.

Aksinya itu membantu rekan-rekannya mendapatkan ruang di wilayah lawan. Hebatnya, Pjaca selalu melakukan aksi-aksinya dengan ketenangan yang seolah menunjukkan bahwa ia adalah pemain berpengalaman. Kendati demikian, Pjaca memiliki kekurangan yaitu terkadang terlalu lama menguasai bola hingga terebut, atau umpan-umpannya bisa terbaca lawan.

Pjaca bermain seperti demikian karena terinspirasi Ronaldinho yang merupakan pemain idolanya. Ia pun mengakui banyak trik-trik dribel Ronaldinho yang ditiru selama bermain sepakbola. "Ronaldinho adalah pemain favorit saya untuk tumbuh dewasa. Dia bermain sepakbola yang nyata. Gaya permainannya dihormati dan bermain dengan senyuman di wajahnya. Itulah mengapa saya memilih olahraga ini," ungkapnya seperti dikutip dari Tribal Football.

Kendati belum sesempurna Ronaldinho, tapi banyak klub-klub yang sudah mengincar dirinya sejak musim lalu. Sebab, Kendati gagal meloloskan Zagreb dari fase grup, Pjaca tetap dianggap memiliki potensi besar, dan akan melakukan hal-hal besar di dalam sepakbola. Awalnya AC Milan dan Bayern Munich mengintainya, kemudian Borussia Dortmund, Internazionale Milan, Manchester United, dan Manchester City, ikut tertarik kepadanya.

Tawaran-tawaran sudah menghampiri sejak bursa transfer Januari 2016. Tapi ia menolak kesempatan itu karena waktu itu masih merasa belum tepat meninggalkan Zagreb. Harga jual pemain bernomor "20" di Piala Eropa 2016 itu pun terus meningkat. Awalnya ia dibanderol delapan juta euro, kemudian naik menjadi 12 juta euro dan bisa lebih mahal lagi pada bursa transfer musim panas ini.

Perkiraan itu terbukti karena Piala Eropa 2016. Pjaca cuma tampil tiga kali namun masih membuat Milan dan Inter tetap mengintainya. Bahkan Milan bersedia membayar 25 juta euro sudah termasuk bonus untuk mendapatkannya. Kemudian Juventus ikut-ikutan memburunya dengan harga yang sama dengan gaji dua juta euro per musim.

Dikabarkan jika Pjaca lebih berminat memperkuat Juventus karena akan berlaga di Liga Champions 2016/2017. Tapi ia tidak dijamin menjadi pemain inti jika bergabung bersama Juventus karena persaingan di sana ketat. Pjaca akan saling sikut dengan Miralem Pjanic, Paul Pogba, Hernanes, Mario Lemina, Kwadwo Asamoah, Roberto Pereyra, dan pemain lainnya, untuk menjadi pemain inti.

Sementara Milan menjanjikan posisi inti, namun mereka tidak tampil di kompetisi Eropa. Hal tersebutlah yang belakangan membuat Napoli mencoba mendekati Pjaca. Ia bisa saja menyingkirkan Jose Callejon dari susunan pemain utama.

Soal kariernya, kesukaan kepada dunia olahraga sudah mengalir di dalam darahnya. Sebab ia dibesarkan di dalam keluarga yang menjalani profesi olahragawan. Ibunya adalah juara judo dan ayahnya pegulat yang sukses. Tapi Pjaca memilih jalur olahraga lain, yaitu sebagai pesepakbola.

Orang tuanya tidak kecewa karena Pjaca tidak mengikuti jejak di bidang olahraga persilatan. Justru ayahnya selalu menjadi kritikus terbesar Pjaca ketika bermain buruk di lapangan. "Orang tua saya bersimpati dengan pilihan saya dan tidak pernah menunjukkan kekecewaan bahwa saya tidak mengikuti jejak mereka. Meskipun banyak di sekitar keluarga saya yang mengharapkannya, tapi saya selalu ingin menjadi pesepakbola," celoteh Pjaca.

Pilihan Pjaca tentang profesi olahraganya memang tidak salah. Sekarang ia digadang-gadang sebagai salah satu winger muda yang paling didambakan di Eropa, dan itu suda dibuktikannya selama Piala Eropa 2016. Jika Pjaca terus berkembang, bukan tidak mungkin ia akan menjadi bintang sepakbola di Eropa dari Kroasia, layaknya Luka Modric atau Mario Mandzukic saat ini.


Sumber lain: UEFA dan SB Nation

Komentar