Rasa Terima Kasih Jerman Pernah Dikalahkan Slovakia di Masa Lalu

Analisis

by Redaksi 33

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Rasa Terima Kasih Jerman Pernah Dikalahkan Slovakia di Masa Lalu

Slovakia harus menerima kenyataan. Setelah mampu lolos secara dramatis dari Grup B bersama Wales dan Inggris dengan status peringkat ketiga terbaik, dalam pertandingan babak 16 besar Piala Eropa melawan Jerman, mereka benar-benar tidak mampu berbuat apa-apa dan takluk dari Jerman dengan skor 0-3.

Padahal, empat bulan sebelumnya, Slovakia berhasil menang atas Jerman dengan skor 3-1 dalam pertandingan yang dilangsungkan di Jerman. Namun, pertandingan yang berlabel uji tanding tersebut memang tidak bisa menjadi patokan ukuran penampilan dari timnas Jerman kala itu yang masih meraba-raba skuat dan juga formasi dasar yang akan dipakai dalam ajang Piala Eropa.

Saat Slovakia mampu mengalahkan Jerman 3-1, Slovakia memanfaatkan cacat yang ada dalam formasi 3-5-2 yang saat itu sedang diujikan oleh seorang Joachim Loew. Dengan formasi dasar yang belum pasti sehingga mengakibatkan adanya beberapa micro tactic yang tidak lancar. Belum lagi ditambah dengan blunder yang diciptakan oleh kiper Jerman kala itu, Marc-Andre ter-Stegen, membuat Jerman harus takluk dari Slovakia. Slovakia, yang juga akan berlaga dalam ajang Piala Eropa 2016, langsung meningkat kepercayaan dirinya.

Dalam fase grup Piala Eropa 2016, Slovakia berhasil lolos setelah menahan gempuran dari Inggris dalam pertandingan terakhir Grup B. Slovakia lolos ke babak 16 besar setelah menahan gempuran dari Inggris dalam pertandingan terakhir Grup B.

Tapi, menghadapi Jerman, yang sebenarnya tampil angin-anginan dalam fase grup (menang 2-0 lawan Ukraina, seri lawan Polandia, dan menang tipis 1-0 atas Irlandia Utara), Slovakia seolah tidak bisa apa-apa. Perubahan taktikal yang dilakukan oleh seorang Loew membuat Slovakia kelabakan.

Apalagi, dalam pertandingan kali ini, Slovakia mengubah permainan dengan memainkan seorang Juraj Kucka, yang pada fase grup banyak bermain sebagai gelandang bertahan, menjadi seorang gelandang kanan, bahkan maju sampai menjadi winger kanan; sesuatu yang pada akhirnya menjadi sebuah blunder bagi Slovakia sendiri.

Dengan adanya Kucka di sayap kanan, serangan Slovakia pun terfokus ke sayap kanan sebesar 46%. Bersama dengan Patrik Hrosovsky dan Peter Pekarik, beberapa kali mereka mampu mengancam pertahanan Jerman dari sebelah kiri.

Namun Kucka pada akhirnya kesulitan untuk menyaingi Draxler yang beroperasi di sayap kiri. Dirinya yang kerap terlalu maju, pun juga dengan Hrovovsky dan Pekarik, malah memberikan ruang bagi Draxler untuk berkreasi di sayap kiri, yang pada akhirnya pemain ini mencetak satu asis dan satu gol untuk kemenangan Jerman.

Membabi butanya Draxler di sayap kiri ini juga diperlihatkan oleh statistik yang dirilis Whoscored bahwa serangan Jerman terfokus di sisi kiri sebanyak 39%. Draxler sendiri dinobatkan menjadi man of the match dalam pertandingan tersebut.

Pelatih Slovakia, Jan Kozak, juga mengakui bahwa timnya dalam pertandingan kali ini benar-benar kalah kualitas dari Jerman. Ia juga menganggap para pemainnya kalah gebrak dari Jerman yang bermain sangat fokus.

“Saya bisa mengatakan kalau pemain saya menghadapi pertandingan ini dengan sedikit rasa takut. Tapi, memang tak bisa dipungkiri kalau Jerman juga bermain sangat fokus dalam pertandingan kali ini. Jika Jerman sudah seperti itu, tidak ada lagi yang bisa kita lakukan,” ujar Kozak.

Hal senada juga diucapkan oleh Marek Hamsik. Ia menuturkan bahwa perbedaan kualitas lah yang membuat Slovakia kalah dari Jerman. “Apakah kita bisa berbuat lebih? Sebenarnya bisa saja. Tapi, kami tetaplah Slovakia, negara kecil yang harus melawan negara besar seperti Jerman. Setidaknya, kami masih bisa tersenyum karena kami lolos babak 16 besar,” ujar Hamsik.

Di samping memang kualitas Jerman yang lebih baik, sebenarnya Kozak pun menyayangkan ada beberapa pemain yang tidak menjalankan instruksi taktikal yang ia berikan. Hal ini berakibat fatal, utamanya dalam penciptaan peluang bagi tim Slovakia sendiri.

Titik awal serangan yang diserahkan kepada seorang Milan Skriniar, dan juga motor serangan yang dijalankan oleh Marek Hamsik, tidak berjalan dengan mulus. Hamsik dan Skriniar tidak mendapatkan sokongan yang baik dalam pemain lain, dan hal ini diamini oleh Kozak.

“Ketika ada dua atau tiga pemain yang tidak bisa menjalankan instruksi taktikal dengan baik dalam pertandingan seperti ini, maka jangan harap Anda bisa memenangkan pertandingan,” ujar Kozak.

Akibat dari Hamsik dan Skriniar yang tidak mendapatkan dukungan yang baik, maka serangan Slovakia ke pertahanan Jerman pun menjadi tidak terlalu berbahaya. Total mereka hanya mencatatkan tujuh tendangan ke arah gawang dengan hanya dua tendangan yang mengarah ke gawang. Penguasaan bola mereka pun kalah jauh 31% berbanding 69%.

Maka, bisa dibilang kalau Slovakia dalam pertandingan ini membiarkan Jerman berterima kasih kepada dirinya; Berterima kasih atas kekalahan pada masa lalu, yang membuat mereka akhirnya dapat melangkah ke depan dan kembali menjadi kekuatan sepakbola dunia.

ed: fva

Komentar