??Song of Myself? untuk Sepakbola Britania Raya

Cerita

by Redaksi 33

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

“Song of Myself” untuk Sepakbola Britania Raya

Palu sudah diketuk. Hasil dari referendum Brexit menunjukkan bahwa sebagian besar dari warga Britania Raya (mencakup Irlandia Utara dan Rep. Irlandia), setuju kalau Britania Raya keluar dari Uni Eropa. Meski memang bukan keputusan final dan banyak juga pihak yang tidak menginginkan hal ini terjadi, setidaknya Britania Raya sudah menentukan nasib mereka untuk ke depan.

Dengan (hampir) terpisahnya Britania Raya dari Uni Eropa, maka Britania Raya akan mengulangi masa-masanya dahulu yang banyak diisi oleh kesendirian. Saat masa kesendirian itu, secara luar biasa Britania Raya (utamanya Inggris) melakukan ekspansi besar-besaran ke berbagai wilayah di dunia. Negara-negara yang pernah berada dalam jajahan Inggris itu sekarang menjadi Negara Persemakmuran (Commonwealth) di bawah pimpinan Sang Ratu.

Dalam bidang sepakbola, mereka juga pernah mengadakan sebuah turnamen yang hanya diikuti oleh negara-negara Britania Raya, turnamen itu bernama British Home Championship. Turnamen yang berlangsung sejak 1883/1884 dan baru berakhir musim 1983/1984 karena minat masyarakat Britania Raya yang mulai berpindah ke ajang bercakupan lebih luas seperti Piala Dunia ataupun Piala Eropa.

Namun, dengan referendum Brexit yang sekarang tinggal menanti persetujuan dari Uni Eropa, bukan tidak mungkin kenangan-kenangan masa lalu tentang Britania Raya yang selalu sendiri dan jarang terlibat dalam percaturan politik maupun sepakbola Eropa (uang saja sampai sekarang masih pakai poundsterling), maka bukan tidak mungkin akan ada sebuah rasa chauvinis yang muncul dari diri para orang Inggris.

Jika mengamati kejadian Brexit ini, tiba-tiba saja teringat satu puisi dari Walt Whitman, penyair asal Amerika Serikat yang terkenal akan O’Captain My Captain nya. Ia mengeluarkan sebuah puisi bernada satir sekaligus chauvinis. Sebuah puisi berjudul Song of Myself.

I celebrate myself, and sing myself

And what I assume you shall assume

For every atom belonging to me as good belongs to you

Jika melihat kompetisi sepakbola di Britania Raya, utamanya Liga Primer Inggris, kita bisa lihat bagaimana sebuah rasa kedaerahan yang sangat kuat. Hal ini tercermin dalam lirik puisi di atas, bahwa I celebrate myself, and sing myself. Mereka kerap bernyanyi-nyanyi dengan bangga, meneriakkan chant-chant tim kesayangan, tak peduli di manapun mereka berada.

Tentunya kita ingat bukan suporter Inggris yang bernyanyi-nyanyi saat tandang ke Jerman, begitu juga suporter Inggris yang bernyanyi-nyanyi di Rusia. Pun dengan suporter Rep. Irlandia, Irlandia Utara, ataupun Wales yang nyanyiannya cukup membahana di stadion. Yah, itulah orang-orang Britania Raya, orang yang bangga akan dirinya sendiri.

Mereka juga kerap berasumsi bahwa segala apa yang mereka lakukan, utamanya hal-hal yang mereka lakukan di atas (bernyanyi-nyanyi dan bersenang-senang), adalah hal yang luar biasa.



“Bagi saya, hal ini hanya bagian dari atmosfer sepakbola yang berusaha mereka (suporter Britania Raya) ciptakan. Warga sekitar sini mungkin tidak terbiasa, tapi, percayalah, mereka tidak ingin cari ribut. Mereka ingin bersenang-senang saja,” ujar salah satu suporter Inggris yang sekarang sedang menonton ke Prancis, Phil Parker.

Selain itu, karena memang suka membanggakan diri, mereka akhirnya memilih untuk mengasumsikan bahwa merekalah yang terbaik. Budaya chant dan hooliganisme ditiru oleh banyak suporter di negara lain, utamanya Amerika Serikat, karena dianggap keren. Indonesia pun tak luput dari itu dengan membentuk basis-basis suporter klub Britania Raya sambil melakukan chant-chant tiap kali acara nonbar.

Selain itu, kompetisi di Britania Raya pun mempersolek diri agar tampak seperti kompetisi paling kompetitif. Lagi-lagi mari ambil contoh Liga Primer Inggris. Lihatlah bagaimana Liga Primer Inggris mempersolek diri mereka dengan iklan-iklan yang menarik, dengan promosi-promosi yang gencar sehingga banyak sekali orang mau menonton Liga Primer Inggris.

Seperti kata lirik puisi Song of Myself yang berbunyi For what I assume you shall assume// For every atom belonging to me as good belongs to you. Liga Primer Inggris pun tampak menarik dengan pengemasan yang hebat.

Padahal, jika dibandingkan dengan Serie A Italia, Bundesliga Jerman, ataupun La Liga Spanyol, Liga Primer Inggris ini tidak bisa juga dibilang liga yang bagus. Mari kita lihat prestasi klub Inggris dalam ajang Liga Champions Eropa beberapa tahun ke belakang. Jarang dari tim Inggris ini yang melenggang jauh sampai ke babak final. Terakhir, hanya Manchester City semata yang berhasil mencapai babak semifinal Liga Champions Eropa musim 2015/2016.

Namun, jika dinilai dari segi ke-kompetitif-an, liga ini bisa dibilang kompetitif karena anda tidak akan bisa menebak hasil yang terjadi pada minggu depan. Gesekan antar tim terasa jelas, utamanya ketika akhir musim, masa ketika tim papan bawah menghindari degradasi dan tim papan atas berebut juara.

Karena aspek-aspek di atas lah, para pemain Britania Raya, salah satunya adalah pemain Inggris, merasa betah bermain di liga sendiri. Toh, memang mereka bermain di tanah kelahiran sendiri, tanah tempat mereka dibesarkan, seperti digambarkan oleh lirik puisi Song of Myself di bawah ini.

My tongue, every atom of my blood, form’d from this soil, this air,

Born here of parents born here from parents the same, and their parents the same,

I, now thirty-seven years old in perfect health begin,

Hoping to cease not till death.

***

Yah, sekarang ini Britania Raya, termasuk Inggris di dalamnya, sudah mendeklarasikan diri akan meninggalkan Uni Eropa, meski keputusan ini belum final karena harus menanti persetujuan negara Eropa yang lain. Namun, inilah langkah yang sudah diambil Britania Raya, negara yang memang cukup dikenal sombong, sedikit chauvinis, dan bangga akan milik mereka sendiri. Semoga, mereka bangga atas pilihan mereka ini, dan lirik puisi dari Song for Myself ini mungkin akan mewakili perasaan dari para orang Britania Raya.

I harbor for good or bad, I permit to speak at every hazard,

Nature without check with original energy.

foto: Wikipedia

Komentar