Tak Akan Ada Final Ideal di Piala Eropa 2016?

Analisis

by Redaksi 32

Redaksi 32

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Tak Akan Ada Final Ideal di Piala Eropa 2016?

Kegagalan Sergio Ramos mengeksekusi tendangan penalti ditambah dengan gol telat Ivan Perišić di pengujung laga antara Kroasia dan Spanyol, mengakibatkan konstelasi "ideal" kesebelasan di fase 16 besar berantakan. Kini kesebelasan-kesebelasan yang pernah merasakan gelar Piala Dunia seperti Jerman, Italia, Spanyol, Inggris, serta Prancis dipastikan akan bertemu sebelum laga final.

Pertemuan dini dari para kesebelasan unggulan tersebut tentu akan menjadi tontonan yang seru. Bahkan, Italia dan Spanyol yang merupakan finalis Piala Eropa 2012 itu akan langsung bertemu di babak 16 besar. Sementara Jerman, Prancis, dan Inggris, masih akan menunggu kesebelasan yang lolos dari peringkat ketiga terbaik.

Jika para mantan juara telah bergumul di Pot Kanan, tentu pot sebaliknya akan dan telah dihuni oleh kesebelasan non-unggulan. Swiss, Polandia, Kroasia, dan Wales, merupakan negara yang telah memastikan satu tempat di Pot Kiri. Sebagai juara grup, Kroasia dan Wales akan menghadapi salah satu dari peringkat ketiga terbaik. Sementara itu, Swiss dan Polandia langsung bentrok di babak 16 besar.

Di Pot Kiri pun akan dihuni oleh dua kesebelasan Grup F yang dianggap sebagai grup yang enteng. Peringkat ketiga terbaik dari grup tersebut, mungkin saja mendapatkan satu spot untuk berhadapan dengan Kroasia. Di Grup F, Hungaria tinggal bermain imbang saat berhadapan dengan Portugal untuk memastikan diri finis sebagai juara grup.

Situasi pelik kini dihadapi oleh Portugal. Cristiano Ronaldo dan rekan-rekan baru mengantongi dua poin dan hanya menempati peringkat ketiga. Selain itu, torehan tersebut belum cukup untuk meloloskan mereka menjadi salah satu dari empat peraih peringkat ketiga terbaik dari enam grup.

Pasalnya, dengan torehan tersebut kini mereka hanya berada di peringkat kelima, di bawah Albania yang telah meraih satu kemenangan. Namun, jika berhasil meraih satu poin, maka Portugal bisa meraih satu tiket ke fase gugur karena unggul selisih gol atas Albania dan Turki.

Sementara yang akan menjadi lawan juara Grup F adalah runner-up Grup E. Belgia bisa dikatakan menjadi kandidat terkuat untuk mengisi pos tersebut. Tim besutan Marc Wilmots itu sudah meraup tiga poin dan hanya membutuhkan hasil imbang untuk merealisasikannya. Kendati demikian, Swedia juga masih memiliki peluang jika bisa mengalahkan Belgia di Allianz Riviera nanti malam.

Selain itu kans Republik Irlandia untuk lolos via peringkat ketiga terbaik juga masih terbuka. The Green Army bisa memanfaatkan keuntungan atas Italia yang sebelumya telah keluar sebagai juara grup. Pasalnya, Antonio Conte kemungkinan besar akan mengistirahatkan beberapa pemain pilarnya agar tampil bugar saat melawan Spanyol. Akan tetapi, dengan syarat mereka harus meraih poin penuh atas Gli Azzurri di laga pamungkas Grup E tersebut.

Dengan beberapa spot yang telah terisi, serta serta berkumpulnya para mantan juara sekaligus tim-tim unggulan pada pot sebelah kanan, akan sedikit menggambarkan jalannya fase gugur pada Piala Eropa kali ini. Lima raksasa Benua Biru akan saling sikut untuk melangkahkan kaki ke babak ke babak final.

Ambil contoh Spanyol atau Italia, jika mereka sanggup lolos dari hadangan lawannya, salah satu dari mereka akan menghadapi langkah yang terjal hanya untuk mencapai babak final. Jika berdasarkan pada kekuatan tim, Jerman merupakan kandidat terkuat sebagai musuh yang harus dihadapi di babak perempat final. Setelah itu salah satu dari mereka harus menyingkirkan Prancis atau Inggris, jika keduanya mulus melaju, di babak selanjutnya.

Di sisi lain, Pot Kiri menjadi medan favorit bagi tim-tim non unggulan. Dengan kekuatan yang hampir setara serta tidak terlalu dibebani oleh target yang menjulang, akan membuat Piala Eropa 2016 ini menjadi penuh kejutan.

Dipastikan salah satu dari mereka yang notabene belum pernah merengkuh trofi Piala Eropa, akan tampil di final untuk menghadapi salah satu dari kandidat tim unggulan yang tersisa. Bukan tak mungkin akan tersaji layaknya laga Jerman versus Belgia di tahun 1980 lalu, atau Denmark melawan Jerman 14 tahun silam.

Bahkan tak menutup kemungkinan juga Piala Eropa kali ini akan melahirkan juara baru seperti Yunani saat mengandaskan Portugal pada Piala Eropa 2004. Yang jelas, Piala Eropa kali ini, tak akan menyajikan final ideal, final yang mempertemukan dua kesebelasan unggulan sarat prestasi.

Komentar