Cara Bertahan dan Menyerang Italia Saat Kalahkan Belgia

Analisis

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Cara Bertahan dan Menyerang Italia Saat Kalahkan Belgia

Italia menunjukkan kelasnya sebagai salah satu kekuatan sepakbola Eropa. Pada laga pertama mereka di Piala Eropa 2016 yang digelar Selasa (14/6), dini hari WIB, Belgia yang diprediksikan bisa memberikan kejutan ternyata berhasil dikalahkan Italia dengan skor 2-0.

Italia mencetak gol pertama melalui tendangan jarak dekat Emanuele Giaccherini pada menit ke-32. Gol kedua baru dicetak jelang pertandingan berakhir, tepatnya pada menit ke-92, melalui tendangan voli Graziano Pelle, sekaligus mengunci kemenangan Italia.

Italia yang pada turnamen ini bermain tanpa Marco Verratti dan Claudio Marchisio, tetap menggunakan formasi dasar 3-5-2 untuk menghadapi Belgia yang bermain dengan formasi andalannya, 4-2-3-1. Posisi Verratti dan Marchisio pada laga ini diisi oleh Marco Parolo dan Giaccherini.

Yang menjadi menarik adalah bagaimana bentuk pertahanan dan penyerangan Italia berhasil merepotkan Belgia. Para pemain seperti Eden Hazard, Kevin De Bruyne, Romelu Lukaku, Radja Nainggolan, dan Marouane Fellaini pun tak mampu menembus kuatnya pertahanan Italia.

Saat bertahan, Italia tak memainkan garis pertahanan rendah. Italia lebih memfokuskan jarak antar pemain yang harus tetap terjaga dengan mempertahankan formasi 5-3-2 ketika tak menguasai bola. Citadin Eder dan Graziano Pelle yang menjadi pemain terdepan Italia bertugas sebagai pemberi pressing pertama pada pemain Belgia yang menguasai bola. Pressing sendiri baru diberikan jika bola serangan Belgia telah melewati garis tengah lapangan.

Salah satu situasi yang mencerminkan bentuk pertahanan Italia (gambar via: @AnalyseVid)

Pada gambar di atas terlihat bagaimana Italia menjaga jarak antar pemainnya. Ketika bola serangan digulirkan ke sayap (gambar 2), lima pemain di baris pertahanan terakhir tetap pada posisinya, sementara tiga gelandang dan dua penyerang bergerak mengikuti bola.

Hal ini membuat Belgia kesulitan mengalirkan bola. Pada situasi di atas, Laurent Ciman yang menguasai bola sulit memberikan bola ke tengah ataupun melakukan penetrasi ke area kotak penalti. Karenanya umpan-umpan silang lebih sering diperagakan Belgia (total 34 umpan silang dengan delapan kali yang berhasil disambut).

Dengan jarak antar pemain yang rapat ini, Belgia kesulitan mendapatkan peluang terbuka. Tembakan jarak jauh pun lebih sering dilepaskan. Dari total 18 tembakan yang dilepaskan anak asuh Marc Wilmots tersebut, sembilan di antaranya berhasil diblok para pemain Italia.

Grafis tembakan Belgia mayoritas dari luar kotak penalti

Sementara itu ketika menyerang, Italia melakukannya dengan serangan balik cepat. Mereka tak berlama-lama menguasai bola di lini pertahanan ataupun di lini tengah. Tempo cepat memang diperagakan Italia sepanjang pertandingan.

Jika saat bertahan Italia membentuk formasi 5-3-2, ketika menyerang Italia membentuk 3-3-4 bahkan 1-3-2-4. Ketika melakukan transisi dari bertahan ke menyerang, kedua wing-back Italia, Matteo Darmian dan Antonio Candreva, langsung berada di sepertiga akhir Italia.

Darmian dan Candreva memang terlihat lebih sering menunggu di depan ketika Italia menguasai bola. Hal ini membuat Belgia yang merapatkan jarak antar pemain di tengah menjadi sia-sia karena Italia bermain lewat flank bahkan direct ball.

Gol yang diciptakan Giaccherini pun merupakan hasil dari permainan direct yang diperagakan Italia. Saat gol ini tercipta, lini pertahanan Belgia tampak tak menduga bola akan digulirkan langsung ke kotak penalti, terlebih kedua sayap Italia sudah berada di sepertiga akhir.

Belgia sempat merespon strategi Italia ini dengan mengubah formasi 4-2-3-1 menjadi 3-4-3 dengan memasukkan Yannick Ferreira Carrasco untuk menggantikan Ciman. Namun perubahan ini justru melahirkan celah yang bisa dimanfaatkan Italia.

Lewat skema serangan balik, Italia berhasil mencetak gol kedua. Berawal dari Giaccherini, alur serangan kemudian dipindahkan ke sisi kiri pertahanan Belgia. Para pemain Belgia yang pun terpancing mengikuti bola. Dengan skema tiga bek yang belum padu, di situlah Pelle menemukan ruang di mana penyerang Southampton ini bisa melepaskan tendangan voli tanpa pengawalan berarti dari pemain bertahan Belgia.

Conte sendiri memang berusaha menjaga skuat asuhannya bermain dengan tempo cepat. Pergantian pemain yang dilakukan pun pemain yang berposisi sama. Dimulai dari Matteo Darmian oleh Mattia De Sciglio, lalu Daniele De Rossi oleh Thiago Motta, kemudian terakhir Citadin Eder oleh Ciro Immobile. Dengan penyegaran pemain, Conte ingin anak asuhnya tetap bisa menjaga stamina, khususnya ketika bertahan, dan tetap bermain cepat saat melancarkan serangan balik.

Dengan kemenangan ini, disertai penampilan yang mengesankan, Italia tampaknya bakal kembali menjadi salah satu kesebelasan yang diperhitungkan di Piala Eropa 2016 ini. Apalagi dua lawan Italia berikutnya relatif lebih mudah, yakni Irlandia dan Swedia. Kans untuk lolos sebagai juara grup dan menghadapi peringkat ketiga cukup terbuka.

Komentar