Mobilitas Luka Modric Bantu Kroasia Menangkan Lini Tengah

Analisis

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Mobilitas Luka Modric Bantu Kroasia Menangkan Lini Tengah

Turki gagal memulai come-backnya di Piala Eropa dengan manis. Mereka harus ditaklukkan Kroasia dengan skor 1-0 di Stadion Parc des Princes, Paris, Minggu (12/6). Satu-satunya gol itu dicetak Luka Modric pada menit ke-41. Golnya tersebut hasil dari tendangan jarak jauh dari luar kotak penalti.

Kroasia sendiri layak memenangkan pertandingan pertamanya di grup D Piala Eropa 2016 ini. Sebab tim nasional besutan Ante Cacic tersebut lebih menguasai pertandingan. Sementara Turki tidak mampu berbuat banyak pada laga tersebut.

Kemenangan tersebut menjadikan Kroasia sebagai pemimpin klasemen sementara grup D. Sementara peserta lain, yaitu Spanyol dan Republik Ceko akan bertanding besok, Senin (13/6).

Formasi dan Susunan Pemain

Turki bermain dengan formasi dasar 4-1-4-1. Pelatih Turki, Fatih Terim, menurunkan Arda Turan dan Hakan Calhanoglu secara bersamaan sebagai winger. Nuri Sahin disimpan di bangku cadangan. Terim lebih memilih trio Selcuk Inan, Ozan Tufan dan Oguzhan Ozyakup di lini tengah.

Sementara Kroasia menurunkan hampir seluruh pemain terbaiknya, terutama di lini tengah dalam formasi 4-2-3-1. Modric menemani Milan Badelj sebagai double pivot. Di belakang Mario Mandzukic, terdapat Ivan Rakitic, Ivan Perisic, dan Marcelo Brozovic.

Tekanan Kroasia Lebih Baik Ketimbang Turki

Kedua kesebelasan sama-sama bermain dengan tekanan tinggi ketika bertahan. Apalagi Turki cenderung bermain lebih bertahan pada laga ini, dua full-back yang diperankan Caner Erkin (kiri) dan Gohkan Gonul (kanan), jarang naik membantu serangan. Mereka lebih menjaga dua sisi pertahanannya karena Kroasia mengandalkan serangan dari sayap.

Sementara serangan yang dibangun Turki mengandalkan trio gelandang tengahnya. Tapi tiga pemain tengah Turki tidak bisa berbuat banyak karena tekanan dari gelandang Kroasia begitu hebat. Ozyakup dan Tufan tidak bisa lepas dari penjagaan Milan Badelj dan Modric. Ivan Rakitic pun kerap turun untuk melancarkan tekanan kepada gelandang lawan.

Beberapa usaha operan mereka menuju winger jarang sampai. Sehingga usaha serangan Turki lebih sering balik lagi ke belakang. Hal tersebut terlihat dari Ozyakup lebih memilih mengembalikan bola kepada Inan yang menjadi gelandang bertahan. Atau Inan memberikan bola kepada kedua full-back untuk melancarkan umpan-umpan panjang ke depan.

Alternatif Lain dari Agresivitas Dua Sayap Kroasia

Selain soal pressing, hal menarik yang ditunjukkan Kroasia adalah pola serangannya. Kecenderungan serangan mereka dilancarkan melalui sisi lapangan, terutama sayap kiri. Tapi Mario Mandzukic dan Rakitic memegang andil penting pada pola serangan sayap Kroasia. Mandzukic bermain melebar, baik ke kanan maupun kiri. Ia menjadi pemantul bola untuk Rakitic, Perisic, atau terkadang kepada Marcelo Brozovic di sisi kanan. Tapi yang jelas bola lebih sering dialirkan kepada Perisic.

Perisic sebenarnya cenderung bermain sendiri di serangan sayap kiri Kroasia. Ivan Strinic, full-back kiri, cenderung lebih bertahan. Pola tersebut hampir mirip di sisi kanan. Brozovic yang ditempatkan sebagai winger kanan tidak ditugaskan menyisir sisi lapangan, melainkan bergerak ke half-space untuk menyambut bola dari Mandzukic. Sementara penyisiran sisi kanan lapangan dilakukan Darijo Srna, full-back kanan. Pos yang ditinggalkan Srna akan ditutupi oleh Badelj.

Atas pola tersebutlah Gonul cenderung menjadi defensive full-back di sebelah kanan. Sehingga seringkali terjadi duel antara Perisic dengan Gonul. Duel itu cukup berimbang karena terkadang Perisic bisa mengatasinya melalui kecepatan larinya, atau ia justru mengembalikan bola kepada Rakitic. Bahkan Perisic sempat beberapa kali pindah menjadi winger kanan.

Tapi atas kesulitan serangan sayap itulah Kroasia bisa mencetak gol. Sebab kebuntuan itu yang membuat Modric diberi keleluasaan bergerak di lini tengah lawan. Dalam pertandingan ini, Modric memang sangat luar biasa.

Luka Modric is Magic!

Baiknya penampilan Modric pada laga ini bukan sekadar dari gol indahnya saja. Melainkan penampilannya memang menjadi kunci kemenangan Kroasia, terutama dari lini tengah. Ia bergerak di mana-mana tanpa lelah di lini tengah. Ketika area depan kotak penalti dikuasai Rakitic, Modric bergerak dari depan kotak penalti Kroasia sampai setengah lapangan Parc de Princes.

Modric juga bergerak ke kanan. Apalagi ketika Kroasia mendapatkan serangan balik dari sektor tersebut. Modric menjadi orang pertama yang mencegat Turan. Pergerakannya itu membantu Srna yang sering membangun serangan, atau meringankan Badelj yang sering mengisi kekosongan Srna.

Soal menyerang, Modric selalu berada di situasi yang tepat. Rakitic pun tidak terlalu khawatir ketika kehilangan bola, sebab Modric selalu berada di belakangnya untuk membantu mendapatkan bola kembali. Modric pulalah yang menyegarkan kecenderungan serangan Kroasia yang menemui kesulitan di sisi kiri. Sebab ia menjadi pembagi bola kepada Srna di sisi kanan. Sehingga Srna memiliki kesempatan melepaskan umpan silang sebanyak 12 kali dari situasi open play.

Komentar