Mewajarkan Inggris yang Mengecewakan

Analisis

by Dex Glenniza

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Mewajarkan Inggris yang Mengecewakan

Sebuah gol tendangan bebas spektakuler dari Eric Dier harus buyar di injury time karena gol balasan Rusia yang dicetak oleh Vasili Berezutski. Inggris bermain imbang 1-1 menghadapi Rusia di pertandingan pertama Grup B Piala Eropa 2016 di Stade Vélodrome, Marseille.

Inggris yang memakai 4-3-3 dengan kecepatan di sayap yang didukung oleh kedua full-back mereka, berhasil melakukan 23 dribel sukses dari 31 usaha dribel mereka (74%). Kyle Walker menjadi pemain yang paling sering melakukan dribel dengan 6 kali.

Pendekatan Inggris dalam melakukan serangan adalah melalui sayap untuk kemudian mengoper ataupun melakukan dribel ke tengah.

Pada akhirnya Inggris berhasil mencetak 15 tembakan dengan 5 yang on target. Ini berbanding jauh dengan Rusia yang hanya berhasil mencetak 5 tembakan dengan satu saja yang tepat sasaran.

Jika bukan karena ketenangan Igor Akinfeev yang mencetak 4 buah penyelamatan, gawang Rusia bisa saja kebobolan sampai setidaknya tiga gol.

Inggris bisa melakukan hal ini karena peran Kane yang sering melebar, yang seperti tidak terlihat, tapi sebenarnya ia lah yang kerap kali membuka ruang bagi rekan-rekannya untuk bisa masuk dari wilayah sayap ke wilayah tengah, terutama untuk Adam Lallana yang semalam berhasil mencetak 3 tembakan dari pergerakannya di sebelah kanan.

Selain itu, kemampuannya untuk menahan permainan dan pemahaman yang baik dengan beberapa pemain kunci dalam penyerangan seperti kedua full-back, Dele Alli, dan Rooney, akan semakin membuat Inggris bisa terus menemukan ruang di depan.

Didukung dengan sistem yang tepat, dalam hal ini adalah 4-3-3 alih-alih 4-4-2 berlian, permainan Inggris bisa menjadi lebih cair dan alami untuk para pemain, terutama yang bisa kita sama-sama lihat di babak pertama. Dengan sistem ini juga Hodgson tidak perlu kepusingan mencari posisi terbaik Rooney, jika memang ia tidak mau mencadangkannya, tanpa harus mengorbankan pemain lain seperti Alli dan Dier.

Kemudian untuk pertanyaan pamungkas: Bagaimana Hodgson memainkan Rooney di timnya? Hodgson sepertinya sudah mendapatkan jawabannya dengan memainkan Rooney di posisi gelandang dengan ditemani oleh Alli di sampingnya dan Dier di belakangnya.

Kemampuan operan pemain berusia 30 tahun ini untuk menyambungkan permainan dari sayap ke sayap sangat terlihat membahayakan. Perannya juga sangat terasa dari posisi yang lebih dalam dengan 85% operan sukses (47 operan tepat sasaran dari 55) dan menghasilkan dua operan kunci.

Saat ia tidak sedang menguasai bola juga patut disorot dengan kinerjanya untuk senantiasa melakukan track-back. Hal ini lah yang kemudian membantu Dier untuk mencetak 4 sapuan, 3 intersep, dan 89% operan sukses. Permainan Rooney secara tidak langsung membuat Dier mendapatkan salah satu penampilan terbaiknya sepanjang kariernya.

Berbanding terbalik dengan Inggris, Rusia sebenarnya tidak memiliki formula yang tepat terutama soal membangun serangan. Mereka mudah sekali didikte oleh lini tengah Inggris, terutama Dier yang bertindak sebagai gelandang bertahan tunggal.

Praktis dengan tertinggal dan pertandingan sudah mencapai akhir, mereka hanya harus mengirimkan bola sesering mungkin ke mulut gawang Joe Hart, dan mereka mendapatkan hasilnya di menit ke-92.

Smalling dan Cahill terlihat terlalu terdistraksi dan mulai kelelahan di akhir laga. Mereka malah lupa untuk menjaga salah satu pemain yang berbadan tinggi (Berezutski) pada situasi set piece.

Hasil 1-1 sejujurnya terasa seperti kekalahan bagi Inggris. Tapi kita harus mewajarkan semuanya, karena Inggris memang ahlinya mengecewakan ekspektasi.

Komentar