Tumbal-tumbal yang Menjadi Korban Kesuksesan Kuda Hitam

Cerita

by Redaksi 32

Redaksi 32

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Tumbal-tumbal yang Menjadi Korban Kesuksesan Kuda Hitam

Kesuksesan sebuah tim kuda hitam selalu mengundang decak kagum. Mental dan konsistensi serta kegigihan dan rasa percaya diri yang tinggi mampu membuahkan gelar juara yang berada di luar ekspektasi. Aksi mereka memecah dominasi selalu mendapatkan apresiasi tersendiri karena pada umumnya berada dalam situasi dan kondisi yang tak semudah tim-tim mapan.

Sementara di sisi lain, beberapa kesebelasan besar yang sarat akan gelar sejarah harus menjadi tumbal kesuksesan mereka. Mereka seakan harus berkorban untuk turun ke level kedua untuk membayar lunas sebuah keajaiban yang telah ditorehkan oleh sebuah kesebelasan semenjana yang kemudian menjadi raja.

Berikut merupakan bukti bahwa kesuksesan sebuah klub kuda hitam selalu menumbalkan tim besar.

Bologna (Sampdoria 1990/1991)

Bermodalkan pemain muda yang menjanjikan seperti Gianluca Pagliuca, Gianluca Vialli dan Roberto Mancini, Sampdoria berhasil menyabet scudetto pertama dan satu-satunya yang pernah diraih oleh mereka. Tampil impresif dengan hanya menelan tiga kali kekalahan dari 34 laga, mereka juga mengukuhkan diri sebagai kesebalasan paling agresif di musim itu dengan mengemas 57 gol. Selain itu I Blucerchiati juga berhasil mengungguli duo Milan yang berada di posisi kedua dan ketiga.

Sementara itu Bologna harus menerima kenyataan pahit ketika harus menjadi tumbal dari kesuksesan Sampdoria. Kesebelasan dengan tujuh titel Serie A dan dua trofi Copa Italia itu dipastikan terdegradasi setelah hanya finis di posisi juru kunci dengan hanya mengemas 18 poin. Ironisnya mereka juga mencatatkan hasil buruk dengan peserta yang paling banyak kebobolan dengan 63 gol.

Ipswich Town (Blackburn Rovers 1994/1995)

Persepakbolaan di Tanah Inggris sempat heboh di musim 1994/1995 akibat ulah Blackburn Rovers. Pasalnya Rovers yang berpredikat sebagai kuda hitam secara mengejutkan berhasil menjadi juara Liga Primer. Baru tiga musim promosi ke Liga Primer, mereka berhasil merusak dominasi Manchester United yang meraih trofi di dua kesempatan sebelumnya.

Namun kesuksesan mereka harus memakan korban, Ipswich Town yang kala itu finis di posisi paling buncit, harus terlempar ke Divisi Championship. Kesebelasan berjuluk The Tractor Boys itu bukanlah tim semenjana yang tanpa gelar, selain pernah menjuarai Liga Inggris dalam format lama di musim 1961/1962, mereka juga sempat mengharumkan nama Inggris ketika merengkuh trofi Piala UEFA pada periode 1980/1981.

Atletico Madrid (Deportivo La Coruna 1999/2000)

Deportivo La Coruna di luar perkiraan berhasil menjadi juara La Liga untuk pertama kalinya di musim 1999/2000. Torehan itu di luar ekspektasi banyak pihak karena Real Madrid dan Barcelona merupakan dua klub yang mendominasi La Liga khususnya dalam satu dekade terakhir. Selain itu dalam dua musim sebelumnya Super Depor juga hanya bercokol di papan tengah. Akan tetapi entrenador Javier Irureta berhasil membawa kesebelasan yang bermarkas di Riazor itu meraih masa keemasan mereka.

Di sisi lain, Atletico Madrid menjadi tim pesakitan kala itu. Sebagai peraih titel La Liga terbanyak ketiga di Spanyol, mereka harus menerima kenyataan pahit ketika harus terdegradasi ke Segunda Division. Sukses menembus babak keempat Piala UEFA, Los Colchoneros justru memperoleh rekor buruk dengan finis di posisi 19 pada klasemen akhir.

AS Monaco (LOSC Lille 2010/2011)

Lille secara mengejutkan berhasil meraih trofi Ligue 1 ketiga setelah puasa gelar selama 57 tahun lamanya. Divisi teratas Liga Prancis kala itu bisa dibilang sedang dalam kekosongan hegemoni setelah pudarnya dominasi Olympique Lyon. Dalam tiga musim sebelumnya Ligue 1 dijuarai oleh tiga tim yang berbeda. Meski begitu Lille bukan merupakan kandidat terkuat menjadi juara, mereka mampu mengungguli Olympique Marseille dan Lyon menjadi duo favorit juara kala itu.

Di sisi lain AS Monaco mendapatkan hasil yang buruk di musim tersebut. Setelah lebih banyak berkutat di papan tengah usai kesuksesan mereka menjadi runner-up Liga Champions 2004, mereka mencapai titik terburuk. Kesebelasan dengan tujuh trofi Ligue 1, lima Coupe de France tersebut terlempar ke Ligue 2 pasca terdampar di urutan 18 di klasemen akhir.

AJ Auxerre (Montpellier HSC 2011/2012)

Ligue 1 kembali menghadirkan kejutan, kali ini giliran Montpellier yang menjadi aktornya. Mereka berhasil meraih gelar juara untuk pertama kalinya setelah satu musim yang lalu berjuang untuk lolos dari zona degradasi. Diperkuat oleh Olivier Giroud, Rémy Cabella dan Mapou Yanga-Mbiwa, mereka sukses mengungguli PSG yang baru saja diakusisi oleh milyuner asal Qatar Nasser Al-Khelaïfi.

Auxerre yang merupakan salah satu kesebelasan yang diperhitungkan di Prancis menjadi tumbal atas prestasi gemilang Montpellier. Klub yang identik dengan warna putih biru itu menjalani musim yang buruk dan menjadi posisi juru kunci. Meski baru sekali merengkuh trofi Ligue 1, mereka pernah empat kali menyabet Coupe de France. Tak hanya dalam kancah domestik, Auxerre juga pernah ditasbihkan menjadi juara Piala Intertoto sebanyak dua kali.

Aston Villa, Newcastle United (Leicester City 2015/2016)

Leicester City merupakan fenomena terbaru dari kesuksesan tim medioker. The Foxes berhasil merengkuh mahkota Liga Primer di musim keduanya pasca promosi dari Divisi Championship. Berada di bawah arahan Clauidio Ranieri, mereka berhasil menunjukan performa yang apik dan sukses mengukir sejarah manis klub dengan meraih trofi paling prestisius di Inggris tersebut.

Sementara itu dibalik keajaiban yang ditunjukan Leicester di musim ini harus memakan korban. Tak tanggung-tanggung dua kesebelasan harus menjadi tumbal kesuksesan mereka. Aston Villa dan Newcastle United yang merupakan klub tradisional di Inggris harus terdegradasi ke level kedua Liga Inggris. Villa yang berada di posisi paling buncit harus menerima kenyataan terlempar dari Liga Primer untuk pertama kalinya. Sementara itu Newcastle gagal berjuang untuk lolos dari zona degradasi meski memiliki skuat yang diperhitungkan.

Foto: Wikipedia, Pinterest, Pixabay

Komentar