Pergantian di Akhir Menit Pertandingan

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Pergantian di Akhir Menit Pertandingan

Penyematan trofi Liga Primer Inggris musim 2015/2016 memang menjadi salah satu momen bersejarah karena Leicester City, tim semenjana, bisa menjadi juara. Namun, bukan itu yang akan ditelaah kali ini, melainkan digantikannya Riyad Mahrez pada pertandingan menghadapi Everton tersebut, pada menit ke-91.

Mahrez, sang peraih PFA Player of the Year, digantikan oleh Demarai Gray. Dalam momen tersebut, tepuk tangan penonton pun terdengar riuh sebagai bentuk apresiasi yang mengiringi Mahrez melangkah keluar lapangan hijau. Ranieri pun memeluk Mahrez sebagai bentuk apresiasi darinya. Satu pertanyaan muncul di kepala saya, apakah alasan Ranieri mengganti Mahrez?

Dalam Bab 3 pada peraturan sepakbola FIFA, telah diatur prosedur-prosedur tentang pergantian pemain. Para pemain dan manajer profesional pun umumnya sudah benar-benar paham dan mengenali peraturan dasar tersebut. Tapi, jika melihat dari sisi manajer, orang yang berwenang dalam pergantian pemain sebuah tim, melakukan pergantian pemain bukan hanya harus mematuhi peraturan tapi harus memiliki alasan yang kuat sehingga pergantian pemain yang dilakukan tidak sia-sia.

Pergantian pemain umumnya dilakukan untuk mengganti pemain yang cedera, kelelahan, pemain dengan performa kurang maksimal, menghindari cedera da kartu kuning kedua, pergantian taktik yang mengharuskan seorang manajer mengubah formasi atau peran para pemainnya, memberi kesempatan bermain untuk pemain yang akan masuk, serta terkadang digunakan untuk mengulur waktu ketika tim dalam keadaan menang. Tapi jika ditelusuri lebih dalam, terkadang manajer-manajer di liga ternama di Eropa melakukan pergantian pemain di sisa waktu yang sangat sedikit, di bawah lima menit atau bahkan pada masa injury time yang secara sekilas tidak masuk ke alasan di atas.

Kasus Mahrez di atas adalah salah satu contohnya. Kala itu Mahrez tidak dalam keadaan cedera. Kelelahan pun bukan menjadi hal yang harus dipertimbangkan mengingat Leicester memilki waktu istirahat seminggu sebelum pertandingan selanjutnya. Performanya tidak perlu ditanyakan. Mahrez mencatatkan 81% umpan sukses dan seringkali merepotkan pemain bertahan Everton meskipun ia tidak mencetak gol dan assist.

Alasan Ranieri juga dipastikan bukan mengganti taktik mengingat pergantian tersebut terjadi pada menit ke-91 dengan keadaan Leicester unggul dua gol atas Everton. Gray memang seorang pemain muda yang masuk akal jika Ranieri memasukkannya ke lapangan untuk memberi pengalaman bermain dan kesempatan mencicipi tim utama. Namun, dengan dua menit sisa waktu, tampaknya Gray tidak akan mendapat banyak pengalaman. Mengulur waktu juga tampaknya bukan alasan melihat keunggulan Leicester sangat sulit dijangkau Everton dengan sisa waktu yang ada. Apalagi dengan status The Foxes sebagai juara liga, sebenarnya apapun hasil yang didapat, tidak akan mengubah banyak hal.

Contoh lain adalah ketika Sergio Aguero yang mencetak hattrick saat melawan Chelsea, ditarik keluar lapangan dan digantikan oleh Kelechi Iheanacho pada menit ke-85. Dan lagi, alasan teknis dan taktik bukan merupakan alasan Pellegrini memutuskan untuk mengganti pemain asal Argentina tersebut.

Selain dari alasan-alasan di atas, ada alasan lain dari seorang manajer melakukan pergantian pemain. Hal ini memang tidak sering terjadi mengingat kondisi yang membuat manajer melakukan pergantian tanpa alasan-alasan utama tersebut jarang ditemui. Manajer-manajer kelas atas di Eropa tentu tidak melakukan pergantian tanpa alasan yang jelas atau sekedar “iseng”. Setelah diteliti lebih dalam, ternyata memang ada alasan seorang manajer mengganti pemainnya selain alasan-alasan di atas.

Appearance Fee

Dalam kesepatakan kontrak antara pemain dan klub, biasanya bukan cuma gaji yang dibahas, tetapi ada klausul terkait bonus-bonus lain. Salah satu contohnya adalah appearance fee yang kalau diartikan secara harfiah kurang lebih adalah upah bermain. Klausul ini aktif jika pemain tersebut secara resmi bermain di pertandingan. Uang yang dibayarkan klub menjadi gaji ditambah dengan klausul ini dan mungkin beberapa klausul lainnya.

Tapi jika ini menjadi alasan manajer mengganti pemain di menit akhir, kenapa dilakukan? Bukannya malah merugikan klub? Mungkin secara finansial memang akan merugikan klub tapi jika pergantian tidak dilakukan dan pemain tidak mendapat upah bermain ini, maka bukan tidak mungkin pemain tersebut berpikir bahwa klub yang ia bela memang menghindari klausul itu, sehingga klub tersebut dapat dikatakan kurang profesional karena mereka memberikan klausul kontrak tapi malah menghindarinya. Hal ini juga dilakukan demi kenyamanan pemain, yang mana mereka lebih senang jika ia mendapat uang lebih banyak yang salah satunya berasal dari appearance fee ini.

Player on Loan

Klub yang meminjam dan meminjamkan pemainnya juga memiliki kesepakatan lain selain kontribusi gaji dan monthly fee. Kesepakatan tersebut adalah jumlah menit minimal pemain tersebut menginjakkan kaki di rumput hijau. Dan lagi, alasan etika sebuah klub profesional dipertaruhkan jika mereka melanggar kesepakatan ini. Hubungan antara kedua klub bisa jadi akan terancam sehingga tidak menutup kemungkinan klub yang meminjamkan pemain akan kapok untuk meminjamkan pemainnya lagi.

Competition Medal

Selain sebuah trofi, hadiah yang diberikan untuk tim yang menjuarai sebuah kompetisi adalah medali sebagai bentuk penghargaan terhadap kontribusi individu. Di Liga Primer Inggris, regulasinya adalah medali tersebut baru akan diberikan kepada pemain yang bermain minimal 5 kali. Maksud pemain tersebut bermain adalah ketika pemain itu resmi memasuki lapangan hijau, tidak peduli berapa menit ia bermain, ia menyentuh bola atau tidak, yang penting pemain tersebut tercatat sebagai pemain yang bermain dalam sebuah pertandingan.

Meskipun sebenarnya medali tersebut diberikan terlebih dahulu kepada sang arsitek, lalu ialah yang menentukan pemain mana yang berhak mendapat medali tanpa harus memedulikan lima kali minimal bermain. Alasan ini mungkin menjadi alasan kenapa pergantian di menit akhir terjadi, meskipun seorang pemain yang mencatatkan penampilan di bawah lima kali tetap bisa mendapat medali, namun akan lebih etis jika pemain tersebut mendapat medali karena memenuhi kriteria, bukan hanya karena kedermawanan seorang manajer.

Standing Ovation for In-Form Player in a Match

Ada kalanya ketika seorang pemain yang menunjukkan performa brilian dalam sebuah pertandingan ditarik keluar lapangan di menit akhir. Perjalanan mereka ke luar lapangan biasanya diiringi oleh tepuk tangan penonton sebagai bentuk apresiasi atas kinerja pemain tersebut. Hal ini dapat menjadi alasan pergantian di menit akhir.

Seorang manajer mengganti pemain yang berkontribusi besar dalam kemanangan tim agar pemain tersebut diberi standing ovation. Meskipun terdengar lucu namun hal tersebut dapat menaikkan moral dan memberikan sebuah momen spesial kepada pemain tersebut. Pergantian Mahrez dan Aguero yang sudah dibahas di atas bisa jadi adalah salah satu contoh alasan ini digunakan. Mahrez dan Aguero jelas akan mendapat kebahagiaan tersendiri saat dihadiahi tepuk tangan setelah mereka bermain luar biasa.

Standing Ovation for Former Player

Jika standing ovation kepada seorang pemain yang bermain baik biasanya diberikan oleh fans dari tim yang dibela pemain tersebut, ada standing ovation lain yang diberikan justru oleh fans tim lawan. Salah satunya adalah ketika si X bermain untuk klub A pada pertandingan melawan klub B. X adalah mantan pemain klub B dan ia berkontribusi banyak untuk klub B pada masanya serta ia juga sudah menjadi idola banyak penggemar klub B. Pada pertandingan antara klub A dan B, meskipun X tidak bermain baik, biasanya jika ia ditarik keluar di menit berapapun, ia akan diberi standing ovation oleh fans klub A tentunya dan tidak terkecuali fans klub B sebagai bentuk apresiasi terhadap X atas jasanya yang telah membela klub B di masa lampau.

Contohnya adalah ketika Chelsea menjamu Manchester United di Stamford Bridge musim ini. Juan mata ditarik keluar digantikan oleh Ander Herrera pada menit ke-94. Sesaat setelah wasit mengindikasikan adanya pergantian dan asisten wasit di pinggir lapangan mengindikasikan bahwa pemain yang diganti adalah Juan Mata, para fans Chelsea berdiri dan tepuk tangan sembari Mata berjalan keluar lapangan. Kontribusi Mata di Chelsea dapat dikatakan cukup baik. Selama tiga musim di Chelsea ia berhasil mempersembahkan trofi FA Cup dan Liga Champions di musim pertamanya serta Liga Europa di musim keduanya. Ia juga menjadi pemain terbaik Chelsea di dua musim pertamanya. Lagi, alasan untuk menciptakan momen spesial melatarbelakangi hal ini terjadi.

**

Kelima contoh di atas mungkin menjadi alasan lain seorang manajer melakukan pergantian pemain selain alasan-alasan taktis dan teknis. Pergantian Mahrez, Aguero, dan Mata, hanyalah beberapa contoh, masih banyak pergantian pemain lain yang memiliki latar belakang salah satu dari kelima hal yang sudah disebutkan. Alasan-alasan tersebut cenderung menjadi alasan etika dan tidak banyak hubungannya dengan sepakbola. Memang terlihat unik dan lucu alasan-alasan tersebut dilakukan tapi jika digali lebih dalam, alasan-alasan tersebut memiliki manfaatnya masing-masing. Sisi lain dari sepakbola tersebut lah yang menjadi salah satu keindahan olahraga terfavorit di jagat raya ini.

Catatan redaksi: pergantian pemain juga dilakukan saat pemain akan pensiun di akhir musim, atau tak bermain lagi di klub tersebut. Hal ini yang terjadi pada David Beckham di PSG, serta Zlatan Ibrahimovic yang tak akan lagi berkostum PSG musim depan.

ed: fva

Komentar