La Liga Merajai Liga Champions, Liga Top Lain Merana

Berita

by Redaksi 32

Redaksi 32

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

La Liga Merajai Liga Champions, Liga Top Lain Merana

Lolosnya Atletico Madrid dan Real Madrid ke babak final Liga Champions 2015/2016 semakin mengukuhkan dominasi Spanyol di ajang paling bergengsi seantero Eropa tersebut. Dalam tujuh musim terakhir, Negeri Matador berhasil merengkuh empat trofi, tiga diperoleh Barcelona sedangkan Real Madrid meraihnya sekali. Sementara sisanya diraih oleh Inter Milan, Chelsea dan Bayern Muenchen.

Prestasi tersebut cukup membuktikan hegemoni klub Spanyol di Eropa. Sementara bagi liga top lain seperti Liga Primer, Serie A dan Bundesliga, apa yang terjadi dengan kompetisi domestik membuat mereka merana di Liga Champions Eropa.

Liga Primer

Liga yang terkenal paling kompetitif di dunia itu ternyata gagal menghasilkan klub yang bisa merajai Eropa. Sebelumnya mereka memiliki Liverpool, Manchester United dan Chelsea yang mampu menjuarai Liga Champions dalam sepuluh tahun terakhir.

Namun ketiga klub tersebut sedang mengalami performa jeblok. Liverpool tak berlaga di Liga Champions musim ini. Manchester United harus gugur di fase grup dan terlempar ke Liga Europa. Sementara Chelsea, tersingkir di babak 16 besar dan terseok-seok di Liga Primer. Selain itu Arsenal juga masih berperan sebagai pemanis di fase gugur.

Hal berbeda ditunjukkan oleh Manchester City. Skuat besutan Manuel Pellegrini tersebut mencatatkan sejarah dengan melangkah ke babak semifinal untuk pertama kalinya bagi mereka. Hanya saja langkahnya terhenti oleh Real Madrid. Dari laga melawan Real Madrid, Man City terlihat kurang pengalaman untuk menghadapi atmosfer babak semifinal Liga Champions.

Bahkan kelima klub tersebut tak ada yang mampu menembus posisi dua teratas, yang terjadi karena banyak faktor seperti padatnya jadwal Liga Primer. Seperti yang diketahui Liga Primer sendiri kini sedang dikudeta oleh Leicester City dan Tottenham Hotspur yang mampu merangsek di posisi pertama dan kedua.

Fenomena tersebut tentu berbeda dengan yang terjadi di La Liga. Barca, Real Madrid dan Atletico merupakan penguasa dari Liga Spanyol dalam beberapa tahun terakhir. Tercatat semenjak semenjak musim 2005/2006, trofi Liga Spanyol tak pernah berpindah ke klub lain. Meski banyak yang beranggapan bahwa La Liga tidak lagi kompetitif, namun hal tersebut menunjukkan konsistensi kekuatan mereka.

Serie A

Liga Italia tak mampu bersaing di Eropa seperti pada satu dekade ke belakang. Tercatat Inter Milan merupakan klub terakhir yang mampu menjuarai Liga Champions enam tahun silam. AC Milan yang meraih titel terbanyak Liga Champions dari Italia, belum lagi mampu bersaing bahkan di Serie A sekalipun.

Dulu Serie A dihuni oleh bintang-bintang kelas dunia. Nama-nama seperti Andriy Shevchenko, Rivaldo, Ronaldo, Samuel Eto`o, Gabriel Batistuta, Clarence Seedorf, Edgar Davids, Pavel Nedved menghiasi Serie A. Jumlah tersebut juga belum dikalkulasi dengan para pemain berbakat Italia.

Namun kini pemain-pemain top mulai berpikir dua kali untuk hijrah ke Italia, terlebih krisis finansial sempat menimpa kesebelasan-kesebelasan Italia. Ditambah lagi dengan regenerasi pemain muda Gli Azzurri pun tak seperti yang diharapkan. Meski bukan hal yang mutlak, akan tetapi kedalaman skuat merupakan faktor penting untuk bersaing di kancah Liga Champions.

Secara harfiah, hanya Juventus yang memiliki skuat yang kompeten untuk bersaing di ajang Liga Champions. Sementara Napoli dan AS Roma hanya memiliki sedikit pemain yang sanggup bersaing di Eropa. Maka tak dapat dimungkiri bahwa hanya Juventus-lah yang mampu mengibarkan panji Italia dalam beberapa musim terakhir. Karena hal tersebut kuota kesebelasan Italia di Liga Champions masih belum beranjak dari tiga kesebelasan.

Apa yang terjadi di Serie A berbanding terbalik dengan yang terjadi di La Liga. Sejak awal 2000-an, La Liga telah diramaikan banyak pemain bintang. Hanya beberapa tim memang; Real Madrid dengan Los Galacticos-nya, Barcelona dengan pembelian pemain top serta pemain berbakat dari akademi La Masia, serta Atletico Madrid yang tak henti-hentinya menelurkan bakat-bakat baru. Kekuatan finansial Real Madrid dan Barcelona serta kualitas akademi Atletico merupakan hal yang tidak dimiliki kesebelasan Serie A manapun.

Meski pada akhirnya hanya tiga kesebelasan yang bersaing di papan atas La Liga, tapi kekuatan ketiga kesebelasan tersebut tetap terjaga untuk bersaing di Liga Champions. Belum lagi dengan kejeniusan para pelatih yang mereka miliki, seperti musim ini misalnya Diego Simeone dan Zinedine Zidane yang telah membuktikan kapasitasnya. La Liga pun bisa terus menyumbang lima wakil di Liga Champions, termasuk satu dari juara Liga Europa yang dalam dua musim terakhir diraih oleh Sevilla.

Bundesliga

Meski memiliki koefisien lebih tinggi dari Liga Italia, namun Jerman hanya bertumpu pada Bayern Muenchen sebagai utusan mereka di Eropa. Sementara itu Borussia Dortmund hanya mampu sekali menembus partai final di musim 2012/2013. Klub-klub seperti Leverkusen dan Wolfsburg merupakan pion yang berperan sebagai kuda hitam di ajang Liga Champions.

Dortmund yang dalam empat musim terakhir berkompetisi di Liga Champions, hanya sekali masuk final dan musim ini terlempar ke Liga Europa. Leverkusen tumbang di fase grup. Wolfsburg yang tampil mengejutkan tak kuasa menghadapi ketangguhan Cristiano Ronaldo. Bayern Muenchen yang awalnya tampil meyakinkan, apalagi dengan mengalahkan finalis musim lalu, Juventus, tak berdaya dengan permainan yang ditunjukkan Atletico Madrid.

Tapi hal tersebut memang tak terlalu mengejutkan. Dengan komposisi pemain yang ada, praktis Bayern merupakan kandidat terkuat dari Jerman untuk menjuarai Liga Champions. Berbeda dengan Spanyol yang memiliki tiga opsi. Pasalnya ketiga klub tersebut memiliki kemampuan setara yang tentu semakin memperbesar kemungkinan mereka untuk menjuarai Liga Champions.

Foto: wallpapercave, gazzettaworld, publimetro

Komentar