Pengujung Hidup Pentolan Ultras Roma dalam Kematian Ciro Esposito

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Pengujung Hidup Pentolan Ultras Roma dalam Kematian Ciro Esposito

Sekitar hampir dua tahun yang lalu, seorang suporter sepakbola berusia 27 tahun, sedang berjuang menyelamatkan hidupnya di salah satu rumah sakit kota Roma. Ia dirawat di sana karena menjadi korban salah satu kekerasan sepakbola terburuk di Italia. Nama pria itu adalah Ciro Esposito. Ia dibawa ke rumah sakit bersama dua rekannya sesama suporter Napoli. Tapi kondisi Esposito paling nahas. Ia mendapatkan luka tembak pada bentrokan yang terjadi sebelum final Coppa Italia 2014 dimulai di Stadion Olimpico Roma.

Bentrokan itu membuat pertandingan final ditunda 45 menit. Lima polisi, dua pelayan bar, dan petugas kebakaran, juga terluka akibat bentrokan yang melibatkan Ultras Fiorentina, Napoli, dan Roma, saat itu. Tapi perkelahian antara Ultras Napoli dengan Roma terjadi lebih kentara.

Sebetulnya ada empat orang yang diboyong ke rumah sakit waktu itu. Namun satu orang lain bernama Daniele De Santis bukanlah teman para suporter Napoli tersebut. De Santis sendiri adalah pentolan Ultras Roma fan ia terkenal di kalangan Ultras di Italia. Banyak rekam jejak kekerasannya dalam sepakkbola Italia, terutama kekacauan-kekacauan yang dilakukannya saat Derby della Capitale.



De Santis pun berada di bawah penjagaan kepolisian selama di rumah sakit. Rupanya ia diduga sebagai pria yang menembak Esposito saat bentrokan terjadi. De Santis berada di rumah sakit yang sama karena mendapat cedera kepala. Sebelumnya, ia ditemukan tak sadarkan diri di toko miliknya di jalan utama menuju pusat kota Roma. Namun situasi Esposito lebih serius lagi. Paru-parunya ditembus peluru dan bersarang di belakang tulang belakangnya.

Soal tragedi Esposito, diceritakan berawal dari De Santis bersama komplotannya menyerang suporter Napoli memakai bom asap. Ketika Ultras Napoli membalas serangan, De Santis mengeluarkan pistol dan melepaskan tembakan yang mengenai Esposito. Konon, Esposito tertembak ketika sedang menyelamatkan orang lain yang terjebak di dalam bis saat kerusuhan waktu itu. Sementara versi lain menceritakan bahwa Ultras Napoli-lah yang lebih dulu menyerang De Santis.

Apapun versi ceritanya, Esposito tetap menghembuskan nafas terakhirnya. Ia tak kuasa menjalani 50 hari pengobatan di rumah sakit Roma. Selama itu juga ia bergantung kepada mesin pendukung kehidupan sebelum situasinya memburuk karena organ dalam tubuhnya sudah rusak.

"Ciro telah meninggal dan Naples mengumumkan hari berkabung untuk Ciro dan keluarganya. Kami ingin mengatakan tidak ada hubungannya antara sepakbola dengan kekerasan," ujar Walikota Naples, Luigi de Matistris melalui pernyataan di akun Twitternya.

Orang tua Esposito pun mengumumkan agar tidak ada serangan balasan kepada De Santis. Mereka hanya menuntut keadilan untuk anaknya agar De Santis dihukum seberat mungkin. Saat itu pun De Santis ditahan di sebuah lokasi yang dirahasiakan.

Untuk mengenang Ciro, Napoli melakukan pengheningan cipta sebelum menghadapi PAOK pada laga pra musim 2014/2015. Di sisi lain, Ultras Roma justru membandel. Mereka menyindir aksi keadilan orang tua Esposito. Ultras Roma memasang spanduk bertulis, "Betapa menyedihkan. Anda mendapatkan uang dari hasil pemakaman dan buku-buku dan wawancara soal kematian putra Anda".

Ulah para Ultras Roma itu membuat geram presidennya sendiri, James Pallotta. Hasilnya, Ultras Roma mendapatkan sanksi tidak bisa menonton laga kesebelasannya ketika melawan Atalanta pada 19 April 2015, sementara De Santis kian mendekati sanksinya. Ia dituntut penjara seumur hidup. Usai tuntutan, De Santis berteriak, "Saya sendiri yang membuat dihukum seumur hidup, bukan Anda yang memberikannya untuk saya! Saya tidak takut mati," ujarnya sambil digiring keluar dari ruang sidang.

Di sisi lain, Antonella Leardi, ibu Esposito, tetap berkabung. Meskipun tuntutan kepada De Santis telah memuaskannya tapi tidak ada yang bisa membawa Esposito kembali. Ia pun masih mencucurkan air matanya ketika pemeriksaan teknis dilaksanakan. Sementara De Santis mencucurkan air mata di dalam Penjara Rebibbia sampai akhir hidupnya.

Sumber lain: ESPN FC, Football-Italia, Gazzetta World, The Guardian.

ed: fva

Komentar