Begini Cara Atletico Jinakkan Barcelona

Analisis

by Dex Glenniza

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Begini Cara Atletico Jinakkan Barcelona

Harus bertanding di leg 2 dengan modal kekalahan 2-1 di leg pertama bukan lah sebuah hal yang menggembirakan jika sebuah kesebelasan harus melawan FC Barcelona. Atletico Madrid butuh lebih dari sekadar gol untuk menyingkirkan Barca dari perempatfinal liga Champions UEFA.

Pada pertandingan dini hari tadi, Atletico menunjukkan salah satu permainan defensif yang paling mengagumkan di musim ini. Pada akhirnya mereka berhasil mencetak kemenangan 2-0 di saat kemenangan 1-0 saja sebenarnya sudah cukup.

Dua buah gol dari Antoine Griezmann mengantarkan Atletico Madrid untuk kembali menyingkirkan Barca, setelah sebelumnya mereka melakukannya pada perempat final Liga Champions 2014, dan bergabung bersama dengan FC Bayern Munchen, Manchester City, dan rival sekota mereka, Real Madrid CF di babak semifinal.

Atletico menekan full-back Barcelona

Atletico yang harus bermain tanpa Fernando Torres, pencetak gol di leg pertama, akibat dua kartu kuning yang diterimanya pada pertandingan tersebut, membuka pertandingan dengan melakukan pressing yang tinggi kepada lini pertahanan Barcelona.







Gambar 1 Grafik operan Barcelona di sepertiga lapangan pertahanan mereka sendiri (kiri) dan sapuan Barcelona (kanan) – sumber: FourFourTwo Stats Zone

Hal ini juga mereka lakukan di leg pertama yang menghasilkan gol Torres. Dini hari tadi, mereka fokus menekan kepada dua full-back Barca, memaksa mereka membuat kesalahan di daerah mereka sendiri.

Ternyata pressing mereka ini menghasilkan sesuatu yang sangat berpengaruh berupa 3 tekel berhasil dan 2 intersep di wilayah Barcelona. Dari gambar 1 di atas, kita bisa melihat memang hanya sedikit operan Barca yang gagal di wilayah pertahanan mereka sendiri, namun 10 operan yang gagal itu (yang semuanya adalah operan di wilayah sayap) adalah yang menghasilkan peluang bagi Atletico, termasuk gol pertama Griezmann.

Ketika tekanan Atletico membuat Jordi Alba terpojok di wilayah sudut lapangannya sendiri, ia langsung panik dan membuat sapuan yang tidak sempurna. Kemudian Saul menyambut sapuan gagal tersebut dan mengirimkan umpan dengan kaki luarnya untuk gol Griezmann yang tak terjaga.

Setelah gol sundulan di menit ke-35 itu, Atletico mengendurkan pressing mereka dan mulai berkonsentrasi untuk bertahan.





Gambar 2 Perbandingan heat map Atletico Madrid sebelum (kiri) dan setelah (kanan) gol pertama Antoine Griezmann – sumber: Squawka

Dari gambar 2 di atas, kita bisa melihat Atletico lebih banyak memainkan bola di wilayah mereka sendiri setelah gol dari Griezmann.

Barcelona sulit melakukan penetrasi

Atletico sudah kalah sebanyak 7 kali dari Barcelona termasuk di musim ini di mana mereka selalu unggul satu gol terlebih dahulu untuk kemudian kalah 2-1. Banyak kesebelasan yang mencoba menjinakkan Barcelona dengan bertahan dalam, tapi tidak dengan Atletico (kecuali pada leg pertama karena mereka harus bermain dengan 10 pemain).

Mereka sudah mencetak 28 buah clean sheet dan kebobolan 26 kali saja sepanjang musim ini (dari total 48 pertandingan di semua kompetisi). Itu lah kenapa mereka sangat tahu bagaimana cara untuk menang melawan Barcelona, yaitu dengan mencetak satu gol untuk kemudian bertahan dengan rapi.





Gambar 3 Grafik aksi bertahan Atletico Madrid setelah gol Antoine Griezmann – sumber: FourFourTwo Stats Zone

Setelah gol Griezmann, Barcelona tidak bisa melakukan penetrasi ke pertahanan Atletico. Kapanpun Barca berhasil menemukan pemain di lini tengah, para gelandang Atletico langsung mengerubungi mereka untuk membuat Barca kehilangan bola.

Bisa dilihat pada gambar 3 di atas, sistem pertahanan Atletico ini bukan sistem yang didasarkan pada tekel, karena mereka sebenarnya kerap melakukan pelanggaran karena bermain keras. Namun mengingat bahwa mereka jarang menguasai bola (29,3%), Atleti juga tidak terlalu ngotot untuk merebut penguasaan bola.

Kekuatan pertahanan Atletico adalah positioningmereka. Mereka sering berkali-kali memaksa Barca tidak bisa melakukan penetrasi dari tengah dan sangat minim sekali membuat lawannya tersebut mendapatkan bola di dalam kotak penalti Atletico (lihat gambar 4).

Serangan balik mematikan yang hanya menunggu waktu

Menyerahkan penguasaan area sayap sepenuhnya kepada Barcelona, Atletico sangat disiplin dalam melindungi wilayah di depan gawang mereka yang dijaga oleh Jan Oblak. Berkali-kali mereka mampu mengantisipasi umpan silang Barca.

Dalam satu kesempatan, dengan permainan tipikal seperti ini, serangan balik adalah senjata mematikan yang hanya tinggal menunggu waktu saja mengingat Barcelona keasyikan (mungkin lebih cocok dibaca: kesusahan) menyerang.





Gambar 4 Grafik seluruh operan Atletico Madrid (kiri) dan Barcelona (kanan) setelah gol Antoine Griezmann – sumber: Squawka

Counter-attack Atletico sebenarnya sangat sederhana. Di menit ke-86, Filipe Luis memenangkan duel melawan Sergi Roberto yang dimainkan sebagai bek kanan menggantikan Daniel Alves.

Dengan operan satu-dua cepat dengan Koke, hal ini bisa membuka ruang di sebelah kiri pertahanan Barcelona. Jika kita lihat gambar 4, Atletico hanya melakukan operan final third yang minimal, dengan salah satu operannya membuat Andres Iniesta harus melakukan handball dan menghasilkan penalti.

Kesimpulan

Setelah gol penalti Griezmann di menit ke-86, praktis Barcelona hanya bisa melakukan all-out attack untuk mencetak satu gol dan memaksa pertandingan dilanjutkan ke extra time.

Kita mungkin merasa mereka akan bisa melakukannya kalau saja mereka mendapatkan penalti ketika Gabi tidak sengaja melakukan handball (yang sebenarnya sedikit) di dalam kotak penalti di injury time.

Namun, terlepas dari kontroversi tersebut, sebenarnya Atletico memang lebih pantas menang daripada Barcelona dini hari tadi. Mereka melakukannya dengan sangat efektif:

1.Menekan di awal, memaksa bek lawan melakukan kesalahan,
2. Mencuri satu buah gol di awal,
3. Bertahan total dan disiplin,
4. (bonus) Serangan balik mematikan untuk menambah gol.

Empat hal di atas terlihat sangat sederhana, tetapi sesungguhnya sulitnya bukan main apalagi lawan yang dihadapi adalah Barcelona yang mendekati sempurna.

Mereka sudah mencetak clean sheet lebih banyak (29) daripada jumlah kebobolan mereka (26) musim ini. Siapapun calon lawan mereka di semifinal (pengundian Jumat besok pukul 18:30 WIB), lawan mereka akan menghadapi kesebelasan yang paling efektif dalam bertahan di Eropa dan dunia musim ini.

Diego Simeone telah mengubah Atletico sebagai sebuah tank perang; kuat bertahan namun mematikan dalam sekalinya menyerang.

Jika ada satu hal yang bisa kita ambil sebagai kesimpulan, kita bisa merenungi grafik operan di bawah ini. Betapa sulitnya pasukan Luis Enrique melakukan penetrasi ke kotak penalti Atletico.




Gambar 5 Grafik operan sepertiga lapangan penyerangan Barcelona, menunjukkan bahwa betapa (cenderung) perawannya kotak penalti Atletico Madrid – sumber: FourFourTwo Stats Zone

foto: en.wikipedia.org

Komentar