Skema Tiga Bek PSG yang Tak Berjalan Sesuai Rencana

Analisis

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Skema Tiga Bek PSG yang Tak Berjalan Sesuai Rencana

Manchester City berhasil mencatatkan sejarah di Liga Champions. Menyingkirkan Paris Saint-Germain di babak perempat final dengan kemenangan 1-0 pada leg kedua (agregat 3-2), Man City untuk pertama kalinya dalam sejarah melangkah ke babak semifinal.

PSG sendiri sebenarnya lebih mendominasi permainan. Penguasaan bola di akhir pertandingan, via Whoscored, tercatat 65% berbanding 35% untuk PSG. Hanya saja PSG kesulitan menciptakan peluang dengan hanya mencatatkan enam tembakan, sementara Man City delapan.

Lini Tengah PSG Miskin Kreativitas Miskin Kreativitas

PSG masih belum bisa menurunkan Marco Verratti pada laga ini seperti pada leg pertama. Selain itu Blaise Matuidi pun tak bisa tampil karena akumulasi kartu kuning. Hal ini memengaruhi komposisi susunan pemain PSG.
Absennya kedua pemain tersebut membuat Pelatih PSG, Laurent Blanc, bereksperimen dengan memainkan formasi 3-5-2 pada laga ini. David Luiz yang bisa ditempatkan sebagai gelandang bertahan pun harus absen sehingga Blanc harus mengotak-atik susunan pemainnya pada laga ini.

Namun skema 3-5-2 yang dipilih Blanc tak berjalan dengan baik. Kualitas di lini serang menurun, terlebih dengan ditempatkannya Angel Di Maria sebagai gelandang tengah menemani Adrien Rabiot. Dengan Man City yang memainkan double pivot dalam skema 4-2-3-1 dengan gaya bertahan yang menjaga kedalaman, PSG akhirnya hanya mengalirkan bola di tengah. Seperti yang terlihat pada grafis operan sepertiga akhir PSG babak pertama di bawah ini:

PSG kesulitan menyerang lewat sayap karena pada posisi tersebut ditempati oleh dua wing-back yaitu Gregory Van der Wield an Maxwell. Sementara PSG sendiri bermain sangat hati-hati pada laga ini. Ini membuat pergerakan keduanya di kedua sayap menjadi terbatas.

Celah di Lini Tengah PSG Setelah Bermain Tanpa Motta

Skema 3-5-2 bisa jadi dipilih untuk memadatkan area pertahanan. Blanc sendiri menyoroti celah di lini pertahanan yang menjadi penyebab hasil imbang 2-2 pada leg pertama.

Blanc lantas menempatkan Thiago Motta untuk menjadi penjaga area depan back four. Skema ini terbilang cukup berhasil meski menghasilkan satu tendangan penalti untuk Man City. Termasuk eksekusi Sergio Aguero yang gagal, Man City pada babak pertama Melepaskan empat tembakan dan tak ada satupun yang mengarah ke gawang.

Namun Blanc harus kembali memutar otaknya ketika Thiago Motta mengalami cedera pada penghujung babak pertama. Strategi yang dipilih Blanc kemudian adalah kembali bermain dengan formasi dasar 4-3-3 dengan Marquinhos sebagai gelandang bertahan.
Hanya saja skema ini masih menyebabkan lini serang PSG kesulitan mendapatkan peluang karena minimnya kreativitas di lini tengah. Hingga menit ke-60, PSG hanya mampu melepaskan dua kali tembakan. Inilah yang kemudian membuat Blanc memasukkan Javier Pastore dengan menarik keluar Serge Aurier.

Perubahan ini membuat Rabiot yang selanjutnya bermain sebagai gelandang bertahan. Namun ternyata hal ini justru menjadi petaka bagi PSG. Pada gol yang diciptakan Kevin De Bruyne pada menit ke-76, posisi Rabiot terlalu dalam sehingga De Bruyne leluasa menerima bola. Tampak tak ada usaha dari Rabiot untuk segera kembali pada posisinya (bahkan Edinson Cavani yang berupaya merebut bola dari De Bruyne).



Perubahan Pola Serangan Manchester City

Melihat PSG bermain dengan skema tiga bek, Man City memilih untuk menyerang melalui sayap. Dan skuat asuhan Manuel Pellegrini begitu memfokuskan serangan ke sisi kanan pertahanan PSG, khususnya pada babak pertama. Skema ini terbukti efektif ketika Sergio Aguero mendapatkan momentum satu lawan satu menghadapi kiper PSG, Kevin Trapp, yang kemudian berbuah penalti.

Pilihan ini tampaknya karena PSG menempatkan Aurier sebagai bek tengah kanan menemani Marquinhos dan Thiago Silva. Perlu diketahui, Aurier sempat memiliki masalah yang membuatnya absen karena indisipliner untuk jangka waktu yang tak sebentar. Selain bermain di posisi yang membuatnya canggung, ia pun merupakan pemain yang melakukan blunder pada leg pertama, salah mengantisipasi umpan silang pada gol kedua Man City.

Namun ketika PSG kembali bermain menggunakan 4-3-3, dan Aurier digantikan Pastore, City langsung tak lagi memfokuskan serangan ke sisi kanan pertahanan PSG. Apalagi Rabiot, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kerap out of position. Man City lantas membuat sejumlah peluang yang bermula lewat serangan tengah.


Kesimpulan

PSG miskin kreativitas di lini tengah pada laga ini. Setelah Verratti dan Matuidi absen, Thiago Motta mengalami cedera sebelum babak pertama usai. Ini memengaruhi skema bermain PSG, termasuk penggunaan skema tiga bek di awal laga.

Lini tengah PSG semakin terlihat bermasalah hingga akhirnya gol De Bruyne terjadi. De Bruyne dengan leluasa menerima bola dan bisa menempatkan bola ke pojok gawang. Dengan aliran serangan PSG yang buntu, mereka pun kesulitan menciptakan peluang.

Komentar