Aksi Protes Suporter Marseille dan Aston Villa

Berita

by Redaksi 32

Redaksi 32

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Aksi Protes Suporter Marseille dan Aston Villa

Seorang fans selalu berhak untuk menunjukkan ketidakpuasannya terhadap klub yang didukungnya. Apalagi jika klub yang dicintainya merupakan klub dengan sejarah panjang serta menuai banyak prestasi. Dan yang dilakukan suporter Marseille dan Aston Villa melancarkan protes pada saat pertandingan berlangsung.

Olympique Marseille

Olympique Marseille, kesebelasan yang telah menjuarai Ligue 1 sebanyak sembilan kali tersebut saat ini sedang mengalami performa yang buruk. Mereka terdampar di posisi 14 setelah hanya mengemas 40 angka dari 33 laga. Jumlah tersebut hanya terpaut empat poin dengan Ajaccio yang berada di urutan ke-18 yang berada di posisi teratas dari zona degradasi. Padahal di musim lalu mereka berhasil menempati urutan keempat di klasemen akhir.

Hasil imbang pekan lalu saat berhadapan dengan Bordeaux semakin memperpanjang rekor buruk dengan tak pernah meraih kemenangan dalam sembilan pertandingan terakhir bagi klub yang bermarkas di Stade Vélodrome itu. Pada laga tersebut para suporter menunjukkan sikap protesnya dengan memperlihatkan banner bergambar kambing yang mempunyai arti sebagai kemiskinan, lambang tersebut menandakan kepada pemain miskin di sepakbola Prancis, seperti para pemain Marseille di mata mereka.


Aksi yang ditunjukan oleh pendukung Marseille

Aksi itu dilakukan sembari menyuarakan ejekan sambil melantunkan lagu “Benny Hill” yang bernada parodi. Hal tersebut tentu menjadi sebuah tamparan keras bagi klub, saat segenap pemain bertanding demi mempersembahkan kemenangan, para suporter justru menganggap hal tersebut sebagai parodi.

Hijrahnya André-Pierre Gignac, André Ayew dan Dimitri Payet di awal musim ini terbukti berpengaruh terhadap performa Marseille. Di musim lalu ketiga pemain itu telah mencetak total 38 gol bagi tim. Jumlah tersebut merupakan setengah dari jumlah gol yang dihasilkan oleh Marseille hingga berakhirnya periode 2014/2015.

Aston Villa

Nasib serupa juga dialami oleh Aston Villa di tanah Inggris. Villa kini terancam untuk terdegradasi dengan menempati posisi juru kunci Liga Primer. Mereka cuma meraih tiga kemenangan dari 33 pertandingan dan kini hanya meraih 16 poin. Untuk bisa lolos dari zona maut The Villans harus memenangkan lima pertandingan terakhir dan berharap Newcastle United, Sunderland dan Norwich City terjungkal, memang misi tersebut merupakan misi yang hampir mustahil untuk direalisasikan.

Saat Villa dipermalukan 0-4 oleh Chelsea, para suporter Villa memperlihatkan spanduk bertuliskan tentang kejayaan di masa lampau yang hanya tinggal kenangan. Selain itu terlihat juga banner bertuliskan “Lerner Out”. Dari tindakan tersebut terlihat bahwa pendukung Villa tidak menyukai pemilik dari Aston Villa itu dan menginginkannya untuk keluar setelah mengalami musim yang buruk.



Kepergian Christian Benteke ke Liverpool memberi efek negatif bagi Villa. Pemain Timnas Belgia itu sukses menyarangkan 13 gol di musim lalu, sementara Rudy Gestede yang dibeli dari Blackburn Rovers itu belum mampu menjadi penggantinya. Hal tersebut juga didukung dengan hijrahnya Fabian Delph ke Manchester City.

Villa juga telah mengalami pergantian pelatih di musim ini, mulai dari Tim Sherwood hingga Remi Garde dan kini caretaker Eric Blake juga tak merubah nasib dari klub yang berasal dari kota Birmingham itu.

Mereka merupakan salah satu klub tertua dan tersukses di tanah Inggris. Klub yang berdiri pada 1874 itu telah tujuh kali menjuarai Liga Inggris dan sukses meraih trofi Liga Champions di musim 1981/1982 dan gelar UEFA Super Cup di tahun 1982.

Marseille dan Aston Villa tersebut merupakan salah satu tim dengan tradisi kuat di masing-masing liga. Dengan performa buruk yang dialami kedua tim menimbulkan protes dari para suporter. Meski sikap tersebut terkadang terlihat tak mengenakkan, akan tetapi di sisi lain itu bisa menjadi tolak ukur kesuksesan sebuah klub. Jika suporter bergembira berarti klub tersebut telah mencapai sebuah kesuksesan, dan sebaliknya bila pendukung melakukan protes, berarti ada yang salah dengan klub tersebut.

Foto: The Guardian

Komentar