Adrien Rabiot Si Pengembara Muda

Cerita

by redaksi 28504

Adrien Rabiot Si Pengembara Muda

Pada 3 April 2016, pemuda ini genap berusia 21 tahun. Meski masih muda, namun gelar juara liga yang diraih bersama timnya sudah mencapai jumlah 4 trofi sementara ini. Ia juga telah bermain untuk kompetisi bergengsi seperti Liga Champions Eropa dan banyak menimba ilmu ke beberapa klub sebelum memulai karier profesional.

Dia adalah Adrien Rabiot. Gelandang Paris Saint-Germain ini mudah dikenali dari segi penampilan di atas lapangan hijau berkat gaya rambut eksentriknya. Dari segi permainan, Rabiot terkenal tak kenal lelah dalam mengejar bola, memiliki visi yang baik, dan memiliki akurasi operan yang baik.

Seiring penampilan klubnya yang tampil dengan luar biasa pada musim ini, nama Adrien Rabiot langsung melejit. Ketika Marco Veratti tak bisa memperkuat tim, otomatis ia menghuni susunan pemain utama PSG.

Pada laga melawan Chelsea di babak 16 besar Liga Champions misalnya. Bahkan selain menggantikan Verratti yang cedera, Rabiot pun turut mencetak gol. Tak ayal beberapa klub top Inggris seperti Arsenal, Liverpool, dan Tottenham Hotspur dikbarkan meminati jasanya.

Jangan salah, Rabiot sebenarnya sempat mencicipi atmosfer Inggris bersama Manchester City. Kala itu ia masih berusia 13 tahun. Namun dirinya kesulitan untuk beradaptasi dengan kehidupan di sana.

Rabiot memulai semuanya dari akademi US Creteil. Dua tahun menimba ilmu di Creteil, ia lantas pindah ke UJA Alfortville. Selang satu tahun, ia kembali lagi ke Creteil hingga tahun 2008.

Kemampuan di atas rata-rata dalam melakukan passing serta memiliki ketenangan yang baik membuat pemandu bakat klub top Liga Inggris, Manchester City meliriknya. Kala itu, Manchester City sedang giat-giatnya mencari bakat muda untuk mengisi akademinya yang baru selesai dibangun.

Oleh Manchester City, ia sebenarnya diberi durasi kontrak yang panjang. Akan tetapi, Rabiot yang kala itu masih berusia sangat muda saat bergabung dengan The Citizens malah terkendala homesick.

Kendala bahasa juga menjadi permasalahannya saat itu karena ia menjadi sulit berkomunikasi dengan rekan-rekan serta pelatihnya di Eastland. Ibunya, Veronique Rabiot, lantas menganjurkan anaknya untuk pulang ke Prancis. Kebetulan, Michel Rabiot, ayahnya sedang sakit keras.

Bersama sang ibunda, Veronica Rabiot
Bersama sang ibunda, Veronica Rabiot

Pengembaraannya yang tak berbuah manis membuat Rabiot pulang kampung. Ia lantas kembali ke US Creteil, kemudian pindah ke klub amatir, FC Pau, di tahun 2009.

Klub yang Rabiot idolakan, Paris Saint-Germain, memboyongnya pada tahun 2010. Dua tahun kemudian, Rabiot diganjar kontrak profesional dengan durasi 3 tahun. Di Les Parisien, penampilannya meningkat drastis hingga membawa ia promosi ke tim U19. Fisiknya saat itu ringkih, seperti membayangkan seorang Javier Pastore namun dengan tinggi badan yang lebih tinggi menjulang.

Rabiot juga dianugerahi bakat dan kecerdasan untuk menjadi pemain yang versatile. Tak hanya berada di jantung lini tengah, pria bertinggi badan 188 sentimeter ini mampu pula bermain lebih melebar ke sisi sayap.

Kehadiran pelatih asal Italia, Carlo Ancelotti, di klub yang kini sahamnya dimiliki oleh Qatar Sports Investments tersebut membawa peruntungan bagi seorang Adrien Rabiot. Rabiot dipromosikan bermain bersama tim senior di usianya yang kala itu baru menginjak 16 tahun. Pelatih Ancelotti menjadikan Rabiot sebagai pemain termuda yang tampil bagi PSG di Ligue 1 dan juga Liga Champions.

Meski sempat dimainkan eks pelatih AC Milan di Liga Champions kala itu, Rabiot belum dipercaya sepenuhnya. Ia lantas dipinjamkan ke Toulouse pada musim dingin 2013. Setelah kembali dari masa peminjaman di Toulouse, pemain yang lahir di daerah Saint-Maurice, pinggiran kota Paris, ini kembali ke PSG dan menjadi saingan Marco Verratti untuk berebut posisi gelandang inti.

Rabiot sendiri terang-terangan mengaku kalau dirinya mengidolakan sosok eks gelandang Liverpool, Steven Gerrard. Ia bahkan menjadikan ikon publik Anfield menjadi motivasinya bermain sepakbola.

“Saya mengagumi semua yang pernah ia [Gerrard] lakukan di Liverpool. Saya hanya berharap bisa meraih hal serupa di PSG,” ujar Rabiot dalam dalam sesi tanya jawab twitter PMUSportif.

“Gerrard adalah satu-satunya pemain yang sangat saya inginkan. Dia benar-benar inspirasi bagi saya. “Nomor favorit saya adalah delapan, karena itu juga merupakan nomornya Gerrard. Ditambah lagi itu adalah nomor seorang gelandang,” tambahnya.

Tak selamanya kehidupan Rabiot di PSG berjalan mulus. Rabiot yang pada Januari lalu dihubung-hubungkan dengan Arsenal membuatnya harus dihujat publik Parc de Princes. Dalam laga Liga Champions kontra Shakthar Donetsk, Desember 2015 lalu, ia dicemooh oleh pendukung PSG. Aksi ini adalah buntut dari pemintaannya yang ingin dipinjamkan ke klub lain. Saat itu, sang ibunda, Veronica terang-terangan meminta PSG untuk melepas anaknya ke klib lain.

Rabiot menilai bahwa dirinya kelak akan dicadangkan kembali oleh pelatih Laurent Blanc apabila Marco Veratti pulih dari cederanya, sehingga ia meminta untuk dipinjamkan. Namun kala itu presiden PSG, Nasser Al-Khelaifi, memberi jaminan bahwa Rabiot akan bertahan.

Mengenai rumornya yang akan hengkang ke klub Inggris, Rabiot tidak menyangkal maupun mengiyakan berita tersebut. Ia hanya ingin fokus pada apa yang ia jalani saat ini. Rabiot juga kini menjadi tulang punggung bagi keluarganya, menanggung ekonomi ayah dan ibunya.

"Saya menjalani hidup di masa sekarang. Saya tidak mengatakan apa-apa terhadap PSG atau individu tertentu. Jadi saya tidak berpikir terlalu jauh ke depan," kata Rabiot kepada Le Parisien menanggapi isu transfernya.

Di usianya yang masih cukup muda, Rabiot masih perlu banyak belajar di dalam sepakbola. Termasuk belajar untuk sabar menunggu giliran untuk mendapat posisi tim inti. Seperti idolanya Steven Gerrard, mungkin ia tahu kapan harus setia dan harus pergi manakala sudah tidak dibutuhkan lagi.

Pengalamannya mengembara ke sejumlah klub di usia sangat muda juga akan menjadi modal besar bagi Rabiot seandainya ia harus pergi suatu hari nanti. Namun yang terpenting baginya sekarang, adalah belajar memahami kesetiaan dan berusaha memberikan segala yang terbaik bagi klubnya, yaitu gelar-gelar selanjutnya untuk Paris Saint-Germain.

Foto: 101greatgoal

[tr]

Komentar