New Firm Derby: Ajang Pembuktian Siapa "Raja" Tanah Denmark

Cerita

by redaksi

New Firm Derby: Ajang Pembuktian Siapa

Liga Denmark bukan merupakan kompetisi sepakbola yang banyak ditonton seperti Liga Inggris, Liga Jerman, atau Liga  Spanyol. Popularitas liga yang dikenal publik lokal dengan nama Superligaen ini juga tak terdongkrak signifikan meskipun prestasi beberapa klubnya akhir-akhir ini seperti FC Midtjylland mampu memberi kejutan di kompetisi Eropa.

Meski demikian, bukan berarti Liga Denmark tidak menarik untuk ditonton. Salah satu laga yang terkenal dari Liga Denmark adalah persaingan antara dua klub yang berada di Copenhagen, FC København dan Brøndby IF. Derby kedua klub ini disebut "New Firm Derby". Nama "New Firm Derby" konon disebut karena atmosfer persaingan kedua klub tersebut yang hapir menyaingi Old Firm Derby milik dua klub Skotlandia, Celtic dan Rangers. New Firm Derby adalah derby yang paling banyak menyita perhatian dan menyedot penonton dari seluruh Denmark.

Semuanya berawal pada tahun 1992. FC Copenhagen yang baru berdiri saat itu, mampu menumbangkan era kejayaan Brøndby. Tim yang bermarkas di stadion Parken, Copenhagen tersebut secara mengejutkan langsung mampu menjadi juara Superliga Denmark. Copenhagen mampu unggul dari Brøndby yang kala itu menjadi wakil Denmark bermain di Piala Champions Eropa.

FC Copenhagen merupakan merger antara dua klub peraih juara di sepakbola Denmark, Kjøbenhavns Boldklub dengan Boldklubben 1903. Kjøbenhavns Boldklub (KB) adalah klub tersukses dengan 15 gelar kompetisi Liga Denmark. Kedua klub terbesar di Kopenhagen tersebut melebur menjadi  Football Club København (Inggris: Copenhagen).

Sementara itu, Brøndby adalah klub yang lebih berpengalaman. Layaknya Copenhagen, Brøndby juga merupakan gabungan antara dua klub lokal pada 1964 yaitu Brøndbyvester IF dan Brøndbyøster IF. Gabungan dua klub tersebut menjadikan Brøndbyernes Idrætsforening atau biasa disebut Brøndby. Saat Copenhagen berdiri pada tahun 1992, Brøndby sedang ada pada masa jayanya. Tim berkostum kuning tersebut meraih 5 titel juara dalam 7 musim.

Sejatinya, rivalitas terbesar di sepakbola Denmark ini memang murni karena rasa ingin saling meninginkan titel ‘raja’ di sepakbola Denmark. Brøndby yang sejak menurunnya prestasi KB (Kjøbenhavns Boldklub- klub tersukses di Denmark nantinya merupakan cikal bakal FC Copenhagen) pada tahun 1980, mulai meraih gelar juara. Namun, kehadiran FC Copenhagen ternyata ‘mengganggu’ misi mereka untuk menjadi yang terbaik di negara yang dipimpin Ratu Margrethe tersebut.

150927_bif-fck_08
pic: fck.dk

Hingga kini, kedua tim bertemu di New Firm Derby sebanyak 75 kali. Copenhagen unggul dengan meraih 36 kemenangan serta hasil 16 imbang, yang berarti Brøndby menang sebanyak 23 kali.

Menariknya, setelah Copenhagen bergabung dan mengikuti Superliga, raihan mereka langsung dengan cepat menjadi salah satu kekuatan besar di Denmark. Mungkin saja, DNA-juara dari dua klub yang membentuk Copenhagen mungkin berdampak pada prestasi klub berjuluk Byens Hold (Tim Milik Kota) ini.

Untuk urusan suporter, derby ini selalu menghadirkan hiburan yang spektakuler bagi siapapun yang menyaksikan. Berbagai macam koreografi mampu ditampilkan ketika laga ini digelar. Adu kreatifitas ini tak jarang membuat perhatian publik teralih kepada aksi para pendukung ketimbang laga di lapangan itu sendiri. Bisa dibilang, ini adalah laga yang memanjakan siap saja dengan atraksi yang ditunjukkan pendukung kedua tim.

Salah satu aksi suporter yang terkenal adalah kala pendukung Brøndby melakukan tifo yang menyulap kandang mereka menjadi sebuah arena Colloseum.

Copenhagen juga tak mau kalah. Pada laga New Firm derby 2014 lalu, pendukung Copenhagen membuat tifo yang menampilkan dihancurkannya kandang sang rival, stadion Brøndby. Seperti kebanyakan laga sepakbola di daerah Balkan atau Eropa tengah, laga derby ini pasti dihiasi dengan lampu suar (flare) atau bom asap warna-warni yang membuat pertandingan semakin semarak.

Hubungan kedua suporter yang selalu memanas membuat tensi rivalitas meningkat, demikian juga dengan tingkat kekerasan, dan insiden buruk baik di dalam dan di luar stadion memaksa pihak berwenang untuk memulai kebijakan kontroversial  yaitu meminta penggemar untuk memberikan sidik jari ketika membeli tiket derby. Hal ini untuk mencegah tindak kriminalitas yang kerapkali terjadi dalam laga ini.

Latar belakang mayoritas suporter yang selalu jadi hal klise dalam sebuah derby juga berlaku pada derby ini. Bermarkas di pusat kota Copenhagen, FC København, banyak ditafsirkan orang sebagai simbol bagi eksekutif muda dan pebisnis. Sementara itu, Brøndby yang ada di daerah pinggiran kota dan berjarak sekitar 15 kilometer dari Copenhagen lebih cenderung diasosiasikan dekat dengan para pekerja (working class).

Bagi Brondby, hadirnya Copenhagen membuat kedigdayaan mereka di sepakbola Denmark menjadi terganggu. Karenanya, tim anak kota, Copenhagen adalah musuh mereka. Sedangkan bagi Copenhagen, rivalitas ini murni tentang pembuktian siapa yang benar-benar pantas merajai sepakbola Denmark. Terlebih, raihan trofi Superliga Denmark keduanya adalah sama, 10 gelar. Tidak ada alasan bagi keduanya untuk saling mencintai. Karena cepat atau lambat, salah satu dari mereka akan segera menyombongkan diri menjadi peraih gelar terbanyak di tanah Denmark. Pastinya, ini akan menambah rivalitas New Firm Derby setingkat lebih jauh.

Foto: ekstrabladet, fckøbenhavn

[tr]

ed: fva

Komentar