Dhika Bayangkara, Antara Militer dan Sepakbola

Cerita

by redaksi

Dhika Bayangkara, Antara Militer dan Sepakbola

Dhika Bayangkara merupakan penjaga gawang dari PS TNI, kemampuannya di bawah mistar gawang di klub tentara tersebut menarik banyak perhatian. PS TNI yang terhitung sebagai klub baru mampu membuat kejutan ketika melawan klub-klub besar macam Persib Bandung, Mitra Kukar dan Pusamania Borneo FC. Kiper yang lahir pada 29 April 1991 tersebut mengidolakan Iker Casillas dan David De Gea.

Sosok yang tegas di lapangan merupakan karakter yang ditunjukannya sebagai penjaga gawang. Akan tetapi siapa yang menyangka bahwa Dhika merupakan orang yang ramah dan rendah hati. Pada Rabu (23/03) penulis Panditfootball, Billi Pasha, melakukan wawancara eksklusif dengan Dhika. Ia bercerita tentang banyak hal, tentang Militer, PS TNI hingga awal mulanya ia memilih posisi sebagai kiper.

 Militer dalam Sepakbola

Merupakan hal yang menarik antara militer dan sepakbola, kedua hal yang secara kasat mata adalah hal yang berbeda. Akan tetapi Dhika melakukan keduanya secara bersamaan. Sebelum menjadi tentara Dhika merupakan mantan pemain Persija U-21, Persiba Balikpapan, PSMS Medan. Ketika ditanya mengapa kini ia beralih profesi sebagai tentara ia menjawab,

“Waktu saya main di persija U-21 itu ada program bintara khusus sepakbola. Jadi setelah masuk sepakbola mereka ini akan jadi tentara.”

Akan tetapi jika program tersebut misal tidak ada, apa yang akan dilakukan? apakah tetap akan jadi tentara? Saya melempar pertanyaan kepadanya.

“Jiwa saya sudah di sepakbola mungkin saya akan berpikir dua kali, tapi karena ada embel-embel sepakbola jadi sejalan karena cita-cita saya dari kecil dan sepakbola adalah hobi saya.”, jawabnya.

Sebuah pilihan yang sulit sepertinya, ketika harus memilih antara militer dan sepakbola yang menjadi dua pilihan dalam hidupnya. Akan tetapi ia memiliki jawaban yang bagus saat ditanya jika diharuskan untuk memilih dari dua pilihan tersebut.

“Militer yang bermain sepakbola,” katanya dengan tersenyum.

Tentang Penjaga Gawang

 Ada cerita menarik dari pemain yang dikenalkan sepakbola oleh kakaknya tersebut kala menjelaskan pilihannya menjadi penjaga gawang,

“Dulu ceritanya saya bermain sebagai gelandang, tapi waktu ikut kejuaraan kipernya nggak ada, terus karena badan saya paling besar waktu itu, jadi saya ditunjuk jadi kiper sama kakek, akhirnya saya jadi kiper dan alhamdulillah tim itu juara dan setelah itu saya terus jadi kiper.”

Bisa dibayangkan jika pada pertandingan tersebut sudah ada yang mengisi posisi kiper, bukan tak mungkin kita akan mengenal seorang Dhika Bayangkara sebagai seorang gelandang. Atau, boleh jadi, kita tak akan mengenal nama Dhika sebagai pemain sepakbola.

Seperti umumnya seorang penjaga gawang, Dhika juga mempunyai seorang striker yang ditakuti. Ia menyebut: "Boaz Solossa, semua orang tahu kualitasnya, dia mempunyai pergerakan yang sangat bagus, tendangan kaki kanan dan kiri juga bagus, heading juga bagus, mencari ruang juga bagus. Itulah alasannya”

Untuk menjadi serang kiper yang baik, pasti harus banyak melakukan latihan, seperti apa latihan yang dilakukan? “Pada saat berlatih pelatih kiper itu menerapkan bahwa kiper itu harus reading the game. Maksudnya adalah pertama, agresivitas gerak sepanjang pertandingan, kita dituntut untuk agresif, mengikuti kemana arah bola dan situasi pertandingan seperti apa. Yang kedua distribusi efektif yaitu kapan kita melakukan bola cepat kapan kita melakukan bola delay; itu harus tahu. Yang ketiga komunikasi efektif, kita harus tahu di mana kita harus komunikasi; ketika bola masuk kita harus komunikasi di mana, jadi nggak buang-buang suara. Itulah prinsip dasar kiper, kalau latihan semua dasarnya sama tetapi strategi yang membedakan. Kiper sekarang punya strategi, kan?” jawabnya.

Sebagai seorang kiper pasti mempunyai seorang yang menjadi panutan, siapa panutan anda? ia berkata, “Saya mengidolakan Dian Agus Prasetyo, karena di samping kiper yag bagus dia juga rajin beribadah.”

PS TNI

Seperti yang diketahui PS TNI merupakan tim yang langsung dikelola TNI, bahkan pemainnya juga mayoritas berasal dari kalangan tentara ditambah beberapa pemain sipil. Menariknya mereka sama sekali tidak menggunakan jasa pemain asing. Ketika ditanya mengenai perbedaan antara PS TNI dengan klub-klub lain yang pernah dibelanya ia menjawab:

“Bedanya jelas ada, yang paling pertama kedisiplinan. Di PS TNI kita dituntut benar-benar disiplin karena dasar kita, kan, tentara. Terus yang kedua adalah kebersamaan pemain satu dan yang lain terjalin bener-bner kuat. Jadi itu yang membedakan main di PS TNI dan di klub lain.”

Bagaimana dengan sistem gaji, mengingat TNI merupakan organisasi militer negara, apakah ada perbedaannya?

“Kalau di tim lain itu sistemnya kontrak, tapi di PS TNI karena kita membawa nama TNI otomatis kita perintah dari atasan, maksudnya apapun yang diperintahkan oleh atasan, apakah misalnya bentuknya uang saku atau gaji, (ya harus) kita laksanakan. Dan sampai saat ini alhamdulillah kesejahteraan masih dikasih sama atasan kita yaitu berbentuk uang saku.”

Jujur saya tertarik dengan penampilan cemerlangnya, sosok yang dingin dan ketenangan dalam menjaga gwangnya membuat pemain yang mengaku sebagai interisti tersebut menjadi salah calon satu kiper masa depan Indonesia, dan bukan tak mungkin ada klub yang tertarik untuk meminangnya.

Saat ditanya mengenai kemungkinan untuk pindah ke klub lain ia menjawab, “Saya serahkan sama atasan, karena hirearki-nya tentara seperti itu. Kayak misalnya sekarang, kan, ada PS TNI, ya saya membela PS TNI. Tapi kalau misalnya PS TNI tidak mengikuti turnamen atau kompetisi, misalkan saya dipersilahkan untuk bermain di klub oleh atasan, insyaallah saya akan bermain di klub lain.”

Sebagai seorang pemain tentu memiliki sebuah momen tertentu yang paling berkesan, ketika ditanya mengenai momen tersebut ia menjawab, “Bermain dengan PS TNI tentunya, karena di sini kita bisa bermain dengan tim yang levelnya di atas dan di situ juga hasilnya alhamdulillah sejauh ini kita bisa mengalahkan tim-tim juara seperti Persib Bandung (di Piala Jenderal Soedirman), Pusamania Borneo dan Mitra kukar. Mungkin di situ momen yang terbaik.”

Kembali lagi saya memberikan pilihan kepadanya, kali ini mengenai dua momen terindah, saat ditanya lebih bahagai diterima masuk tentara atau masuk ke PS TNI ia menjawab:”Masuk Caba, setelah lulus masuk ke tim senior.”

Komentar