Merasa Didiskriminasi Karena Kanker, Jonás Gutiérrez Tuntut Newcastle

Cerita

by Redaksi 46

Redaksi 46

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Merasa Didiskriminasi Karena Kanker, Jonás Gutiérrez Tuntut Newcastle

Tidak ada yang membedakan Jonas Gutierrez dengan pemain lainnya. Yang membedakan adalah ia pernah beristirahat begitu lama melawan penyakit kanker testikel.

Kehadiran Jonas amatlah penting buat Newcastle United. Satu gol serta satu assist-nya kala menghadapi West Ham United pada akhir pekan terakhir Liga Inggris musim 2014/2015, menyelamatkan The Magpies dari jurang degradasi sekaligus menyelamatkan wajah pemilik Newcastle, Mike Ashley dan pelatih interim, John Carver.

Jonas merayakan gol tersebut dengan membuka kostum kesebelasan sehingga tato yang ia buat sebagai bentuk syukur sembuh dari kanker, terlihat jelas. “Saya hidup kembali. Lebih hidup daripada seluruh hidup saya,” tulis tato tersebut. Namun benarkah Jonas benar-benar merasa hidup?

Pemain kelahiran 1983 tersebut kini bermain untuk Deportivo La Coruna. Beberapa hari lalu, ia mengajukan tuntutan dalam sidang tribunal senilai dua juta pounds kepada mantan klubnya, Newcastle United. Tuntutan tersebut diajukan karena The Magpies dianggap melakukan diskriminasi disabilitas kepadanya. Ini terjadi saat Jonas dipinggirkan saat ia berjuang melawan kanker.

Jonas bercerita kalau dua bulan setelah dioperasi, sang manajer secara mengejutkan memintanya pergi dan mencari klub baru. Kala itu, Alan Pardew mengatakan kalau Jonas tak lagi ada dalam rencana permainannya. Padahal, sebelumnya Jonas adalah bagian integral dari tim utama Newcastle.

"Saya percaya kalau alasan itu karena diagnosis kanker saya, dan operasi terbaru untuk mengenyahkan tumor, sebagaimana saya secara jelas telah menjadi bagian krusial dari tim utama Newcastle," kata Jonas dikutip dari The Guardian.

Awalnya, Jonas memilih membaktikan diri di Newcastle. Ini wajar karena Newcastle adalah kesebelasan pertamanya di Inggris dan ia sudah di sana sejak 2008. Namun, mendengar permintaan tersebut, Jonas menangis dan perasaan kepada klub berubah menjadi kebencian. Jonas pun menyatakan saat pertama kali didiagnosis menderita kanker pada Oktober 2013, ia dipaksa untuk membayar sendiri perawatannya.

Namun, hal yang paling membuatnya kecewa adalah Jonas tidak diberikan jumlah pertandingan yang banyak yang semestinya bisa memicu perpanjangan kontrak barunya. Newcastle pun akhirnya melepas Jonas pada musim panas tahun lalu saat kontraknya berakhir.

"Saya pikir mereka takut bahwa penyakit akan membuat saya tak bisa lagi bermain di level tertinggi dan mereka menganggapku untuk menjadi sebuah kewajiban ketimbang aset buat klub. Saya sempat membuat mereka terpana saat mereka merasa aku tak akan lagi menjadi pemain yang sama. Ini membuatku mendapatkan kesulitan pada kerja keras dan komitmen buat klub selama lima setengah tahun," ucap Jonas.

Jonas pun mengkritisi doktor klub, Paul Catterson, yang dianggap gagal mengetahui adanya penyakit serius meski Jonas selalu berkonsultasi dengannya dalam beberapa kesempatan. Jonas justru merasa kesakitan pada testikel kirinya pada Meis 2013 dan merasakan ketidaknyamanan yang luar biasa saat mengenakan celana ketat.

"Dia (Catterson) dengan simpel mengatakan padaku untuk tak perlu khawatir dan menghentikan pemikiran gejala tersebut sebagai sesuatu yang serius," kata Jonas.

Baru enam bulan kemudian Catterson mulai menganggap serius gejala tersebut dan meminta Jonas melakukan scanning. Ia akhirnya menemukan kalau Jonas mendapatkan tumor di testis kirinya. Merasa kalau diagnosisnya terlalu lama dan doktor klub yang salah, Jonas pun memutuskan melakukan perawatan di kampung halamannya di Argentina. Selama dua pekan ia mendapat perawatan dan operasi untuk menghilangkan testisnya sebelum kembali bermain untuk Newcastle pada pertengahan November 2013.

Dalam sidang tribunal tersebut, pengacara Newcastle, Sean Jones, menganggap kalau tuduhan Jonas hanya untuk uang. Jonas pun emosi dan menangis. "Aku di sini bukan karena uang. Aku melakukan ini untuk semua orang yang punya masalah dengan majikan mereka," kata Jonas.

Dasar hukum dari tuntutan Jonas adalah Equality Act 2010. Dalam undang-undang tersebut, dijelaskan bahwa diskriminasi terhadap pekerja karena disabilitas mental atau fisik adalah melawan hukum.

foto: themag.co.uk

Komentar