Menimbang Penunjukkan Rafael Benítez di Newcastle United

Cerita

by redaksi

Menimbang Penunjukkan Rafael Benítez di Newcastle United

Newcaste United, kesebelasan yang pernah menjadi title contender Liga Premier Inggris dua musim berturut yaitu 1995/1996 dan 1996/1997, kini harus berjuang lolos dari ancaman degradasi. Performa mereka di bawah pelatih kepala Steve McClaren cukup memprihatinkan. Manajemen klub bisa dibilang tidak segera cepat untuk bertindak. Pelatih berusia tahun tersebut akhirnya dicopot dari jabatannya menjelang 10 laga tersisa dan meninggalkan The Magpies di posisi ke-19 klasemen.

Patut dicermati, apakah penunjukan pelatih Spanyol terebut adalah keputusan tepat bagi Newcastle?

Lee Charnley, Managing Director Newcastle United yang juga berperan sentral dalam penunjukan Benitez, mengungkapkan kebanggaannya bisa menunjuk salah satu pelaih terbaik di Eropa. “Dalam Rafa, kami tanpa ragu mengamankan jasa salah satu pelatih terbaik di Eropa,” ujarnya kepada Guardian, “Kami bangga menunjuknya sebagai pelatih."

Melihat catatan melatihnya di klub yang notabene pernah mempunyai tradisi untuk memenangi gelar, prestasi Benitez mungkin tidak perlu diragukan lagi. Kita coba untuk mengingat catatan kepelatihan Benitez di awal-awal kariernya.

Track Record Benitez

Salah satu yang harus menjadi pertimbangan dalam penunjukkan Benitez adalah catatannya yang mengangkat tim dari zona degradasi. Di awal kariernya sebagai pelatih kepala, ia ditunjuk oleh Real Valladolid.  Di sini ia mengalami perjuangan keluar dari zona degrdasi. Dari 19 laga, ia memenangi sembilan pertandingan dan menjadikan La Pucela finis diatas zona degradasi dengan perbedaan tiga poin.

Setelah dari Valladolid, ia kemudian hijrah ke Osasuna yang kala itu berada di Divisi Segunda. Hanya sekali menang dalam sembilan laga membuatnya harus kembali dipecat.

Benitez mempunyai pengalaman lolos dari zona degradasi saat melatih Valladolid tahun 1994
Benitez mempunyai pengalaman lolos dari zona degradasi saat melatih Valladolid tahun 1994

Baru pada 1997, Benitez berhasil membawa Extremadura promosi ke Divisi Primera. Hanya setahun bertahan di Divisi Primera, Benitez membawa Extremadura degradasi setahun setelahnya. Benitez pun mundur. Ia kemudian belajar lebih luas lagi hingga ke Italia dan Inggris. Kemampuannya semakin terasah. Tenerife, klub segunda primera meminati jasanya. Untuk kedua kalinya ia berhasil membawa tim besutannya promosi ke La Liga.

Bila dilihat, rataan poin yang diraih oleh Benitez di 10 laga perdananya adalah 20 poin. Namun catatan ini adalah sejak Benitez melatih Valencia hingga terakhir melatih Real Madrid.

Benitez dikenal sebagai pelatih yang berhati-hati dalam urusan permainan, bahkan cenderung defensif. Namun, track record Benitez di Napoli menunjukkan hal yang sebaliknya. Napoli menjadi tim yang banyak kebobolan dengan 54 gol- terbanyak diantara tim papan atas dan tengah Serie-A saat itu.

Optimisme Tinggi yang Ditunjukkan Benitez

Benitez percaya diri bisa membawa Newcastle bertahan di Liga Primer karena waktu yang menurutnya dirasa cukup. Seorang jurnalis Daily Mirror bertanya apakah menyelamatkan Newcastle dari degradasi lebih mudah ketimbang membalikkan keadaan 0-3 saat ia membawa Liverpool juara atas AC Milan di final Liga Champions, ia menjawab, “Sekitar 10-15 menit kami tertekan, dan setelah itu, kami mencoba untuk menikmatinya. Di sini (Newcastle) kami memiliki 10 laga.”

Benitez memiliki klausul pemutusan kontrak apabila gagal menyelamatkan Newcastle dari jurang degradasi. Ini logika yang aneh. Seorang pelatih kelas dunia, yang digaji sama dengan nilai gajinya di Real Madrid, namun hanya dibebani 10 laga (bahkan kurang) untuk memastikan apakah Newcastle degradasi atau tidak.

Mengenai kepindahannya dari Real Madrid dan kini menangani Newcastle United, sebuah tim yang kini menjadi pesakitan dan mesti berjuang keras untuk naik dari jurang degradasi, Benitez menganggap hal ini bukan sesuatu yang patut dibsar-besarkan. “Beberapa orang menganggap ini sebagai hal yang luar biasa, namun ini normal,” ujarnya kepada BBC.

Benitez berdalih bahwa alasannya menerima tawaran melatih Newcastle adalah karena tim ini memiliki kualitas untuk tetap berada di Liga Premier. ”Saya di sini karena saya percaya para pemain cukup bagus (untuk bisa bertahan),” ujar eks-pelatih Valencia ini.

Hubungan Benitez dan Direksi yang Kerap Bermasalah

Kesepakatannya untuk menerima tawaran Newcastle juga patut dipertanyakan. Benitez yang terkenal hampir selalu bermasalah dengan pemilik klub, mau bekerja sama dengan Mike Ashley-pemilik Newcastle yang terkenal memiliki jalan pikiran atau kebijakan transfer yang seringkali dicap aneh. Contoh yang paling konkret adalah saat Ashley menunjuk Joe Kinnear menjadi director sehingga menimbulkan ‘gesekan’ antara Ashley dan Alan Pardew saat itu.

Benitez sempat bermasalah dengan kebijakan transfer dari direksi atau pemilik klub yang dibesutnya, salah satunya ketika ia melatih Valencia pada 2004. Kala itu Benitez bersitegang dengan Jose Maria Pitarch, direktur sepakbola Valencia. Benitez yang membutuhkan seorang pemain belakang malah diberikan gelandang oleh Pitarch. Ia pun tekenal dengan kutipannya, "I was hoping for a sofa and they've brought me a lamp."

Kebijakan Lee Charnley yang mengurusi transfer, sempat dipertanyakan karena menunjuk Steve McClaren sebagai pelatih kepala di awal musim ini. Padahal, saat itu McClaren jelas-jelas gagal membawa Derby County promosi ke Premier League.

Charnley juga dianggap salah satu biang keladi penghamburan uang lebih dari 81 juta Poundsterling yang dikeluarkan untuk belanja pemain musim ini tanpa hasil yang signifikan bagi Newcastle. Dengan kondisi Newcastle yang seperti ini, Benitez harus bisa berkompromi dengan situasi yang berada di timnya saat ini. Posisi manajer dan bukan pelatih kepala pun (kabarnya) diberikan kepada Benitez di Newcastle demi memberi garansi kebebasannya berbelanja pemain.

Klausul Kontrak Yang Mempersilakan Benitez Pergi

Satu hal yang paling menarik dari penunjukkan Rafael Benitez oleh Newcastle yaitu adanya klausul dimana Benitez boleh pergi meninggalkan Newcastle jika akhirnya klub yang bermarkas di St. James Park tersebut terdegradasi ke Championship akhir musim ini.

Pelatih 55 tahun tersebut mengungkapkan hal ini adalah wajar. “Itu (klausul kontrak) merupakan hal yang normal,”ujarnya. “Tapi, saya di sini untuk melakukan yang terbaik dan yakin kami bisa melakukan dengan baik,” ujarnya kepada goal.

Patut dipertanyakan, apakah klausul ini adalah permintaan dari Benitez atau manajemen Newcastle. Seperti diketahui, Benitez dikontrak selama tiga tahun dan digaji dua juta poundsterling permusim oleh Newcastle, sama seperti gajinya di Real Madrid.

Mungkinkah klausul ini adalah strategi penghematan dari Ashley yang tidak ingin menggaji mahal Benitez jikalau Newcastle bermain di Championship musim depan ataukah keengganan Benitez yang dua bulan lalu melatih di Liga Champions namun harus nanti melatih di Championship?

Nama besar Rafael Benitez agaknya menjadi daya tarik bagi Newcastle. Moral pemain yang rendah akibat didera kekalahan terus-menerus membuat manajemen berpikir untuk mendatangkan sosok yang dirasa akan memberi pengaruh didalam ruang ganti.

Penunjukkan jabatan manajer kepada Benitez -bukan pelatih kepala seperti yang sebelumnya dilakukan oleh rezim Mike Ashley- masih perlu dipertanyakan, mengingat pengaruh besar Lee Charnley di Newcastle. Lagi-lagi Benitez harus bisa berkompromi dengan situasi ini andai ingin bertahan lama di Newcstle.

Namun yang perlu digaris bawahi, catatan baik dari Rafael Benitez menangani tim dari ancaman degradasi agaknya masih diragukan. Bisa dibilang, kesuksesannya meraih gelar hanya didapatkannya saat menangani tim dengan maeri pemain yang high profile seperti Valencia, Liverpool, Inter, Napoli, serta Chelsea. Nama besar Banitez pun agaknya akan dipertaruhkan di Newcastle dalam beberapa pekan ke depan. Tapi sepertinya ini merupakan keputusan yang tepat apabila dibandingkan dengan nama-nama lain yang sebelumnya diisukan seperti David Moyes atau Harry Redknapp.

O, ya. Terakhir, Benitez harus sadar bahwa kini di timnya tidak ada lagi (Cristiano)Ronaldo, tapi hanya ada Rolando (Aarons).

Foto: skysport, diariodevalladolid.es

[tr]

ed: fva

Komentar