Didier Drogba, Rajanya Partai Final

Backpass

by redaksi

Didier Drogba, Rajanya Partai Final

King of Cup, King of Wembley, King of Final. Begitulah Didier Drogba diingat. Betapa tidak? Semenjak kedatangannya ke Chelsea pada 2004, berkali-kali Drogba mampu mengantarkan Chelsea menjadi juara dalam beberapa kejuaraan seperti Piala Liga Inggris, Piala FA, dan Liga Champions.

Memang Drogba bukanlah pencetak gol terbanyak sepanjang masa Chelsea, namun gol-golnya akan selalu diingat oleh para suporter Chelsea. Apalagi kebanyakan gol yang ia lesakkan sangat krusial dan menjadi penentu kemenangan bagi Chelsea dan juga terhadap raihan gelar yang didapatnya.

Pada musim pertamanya saja, Didier Drogba berhasil membawa Chelsea menjadi juara Piala Liga 2005. Pada saat itu, Drogba yang bermain di final untuk pertama kalinya bersama Chelsea mampu memberikan keunggulan Chelsea atas Liverpool.

Gol Drogba malam itu terbilang spesial karena karena terjadi pada masa perpanjangan waktu. Ia melepaskan tembakan memanfaatkan lemparan ke dalam yang dilakukan oleh Glen Johnson. Gol Drogba tersebut memberi kemenangan untuk The Blues 3-2.

Tidak berhenti di situ saja, pada dua tahun setelahnya atau pada 2007, Drogba kembali menjadi penentu kemenangan Chelsea di kejuaraan yang sama dan di stadion yang sama: Stadion Millenium. Namun, kali ini Drogba menjadi aktor kemenangan Chelsea berkat sumbangan dua golnya ke gawang Arsenal yang saat itu dijaga oleh Manuel Almunia.

Masih di tahun yang sama, namun di Stadion New Wembley, gol Drogba pada saat melawan Manchester United membantu Chelsea untuk menjuarai Piala FA. Gol yang dicetak oleh Drogba dicetak lewat kerjasamanya dengan Frank Lampard. Setelah melakukan kombinasi one-two kemudian Drogba langsung berhadapan dengan Van der Sar, kiper MU. Ia pun langsung mengangkat bola dan menjadikan gol tersebut satu-satunya yang terjadi pada partai final tersebut.

Setelah pertandingan tersebut, Drogba menjadi semakin akrab dengan Wembley. Buktinya, sejak 2009 hingga 2012, Chelsea selalu mendapatkan hasil positif dan tentunya gelar juara ketika bermain di stadion kebanggan Inggris tersebut.

Dalam rentang empat tahun, Chelsea telah mendapatkan tiga gelar Piala FA. Dan dari semua kemenangan tersebut, Drogba selalu turut andil dalam setiap gol yang dicetak Chelsea dan akhirnya berbuah kemenangan manis bagis The Blues.

Everton, Portsmouth, dan juga Liverpool dikalahkan oleh Chelsea masing-masing pada 2009, 2010 dan juga 2012. Dalam ketiga pertandingan final tersebut, Drogba selalu mencetak gol baik sebagai penentu maupun penyama kedudukan.

Yang paling spesial tentunya ketika Drogba mengantarkan Chelsea menjadi juara pada 2010. Pada saat itu pertandingan berjalan sangat alot dan bahkan kedua tim sama-sama gagal dalam memanfaatkan tendangan penalti. Namun dari sebuah kesempatan bebas dari jarak 25 meter, Didier Drogba mampu memberikan keunggulan Chelsea. Spesialnya, pada musim tersebut Chelsea mendapatkan double winners ketika mampu merengkuh gelar Liga Primer Inggris dengan Piala FA untuk pertama kalinya.

Namun tentunya yang paling diingat dari seorang Drogba adalah ketika ia menjadi penentu kemenangan Chelsea atas Bayern Munchen pada Liga Champions 2012. Gelar King of Final benar-benar teruji pada pertandingan tersebut.

Gelaran final sendiri dilangsungkan di Allianz Arena yang merupakan markas dari Bayern Munchen. Atmosfer seperti bermain tandang membuat Chelsea kesulitan untuk mengembangkan pertandingan. Akhirnya Thomas Muller mampu membuat keunggulan terlebih dahulu bagi Munchen pada menit ke-83.

Setelah gol tersebut sontak pemain Chelsea kemudian sedikit lesu dan menyangka pertandingan akan segera berakhir, mengingat waktu sudah tidak banyak lagi. Namun keraguan itu akhirnya hancur setelah Didier Drogba mampu menyamakan kedudukan.

Pada menit ke-88, Chelsea mendapatkan tendangan sudut. Pada saat itu Juan Mata mengambil bola dan menendangnya ke tiang dekat. Drogba yang tanpa pengawalan berarti mampu mendahului pemain lain dan kemudian menanduk bola tersebut ke gawang yang dijaga oleh Manuel Neuer.

Pertandingan sendiri akhirnya harus ditentukan melalui babak adu penalti setelah kedua tim tidak mampu mencetak gol pada babak perpanjangan waktu. Mentalitas kedua tim kembali diuji, apalagi Chelsea yang notabenenya merupakan ‘tim tamu’ dalam pertandingan tersebut.

Memang pada pertandingan tersebut yang menjadi bintang utama adalah Petr Cech yang mampu menahan tendangan penalti Ivica Olic dan juga Bastian Scheweinsteiger. Namun tetap seorang Drogablah yang menjadi penentu kemenangan dalam pertandingan dramatis tersebut.

Tendangan penaltinya yang mengarah ke pojok kanan gawang tidak mampu diantisiapi Neuer yang terkecoh dengan bergerak ke sebelah kiri. Sontak setelah gol tersebut Drogba kemudian menjadi pahlawan dan membawa gelar Liga Champions untuk pertama kalinya untuk Chelsea dan tentunya sebagai tim asal London pertama yang menjuarai Liga Champions.

Namun golnya tersebut menjadi gol terakhir Drogba dalam periode pertamanya bersama The Blues. Pada musim berikutnya, ia melanjutkan karier sepakbolanya bersama Shanghai Shenhua setelah kontraknya tak diperpanjang oleh Chelsea.

Tidak sampai setahun, Drogba akhirnya kembali ke Eropa dan kali ini bergabung bersama raksasa Turki Galatasaray. Sama seperti kariernya di Chelsea, Drogba juga turut membantu Galatasaray dalam meraih gelar Liga Turki pada musim 2012/2013 dan Piala Turki pada 2013/2014.

Setelah sukses di Galatasaray, manajemen Chelsea kembali memanggilnya untuk memperkuat Chelsea pada musim 2014/2015. Di usia yang semakin menua ternyata Drogba belum habis dan masih dapat membantu Chelsea untuk meraih Double Winners gelar Liga Inggris dan juga Piala Liga. Bahkan dalam pertandingan terakhirnya di liga di Stamford Bridge, Drogba yang saat itu ditarik keluar, diangkut oleh para pemain Chelsea dan diarak layaknya membawa seorang Raja.

Kini King of Final sedang melanjutkan karier sepakbolanya di Amerika Serikat bersama Montreal Impact. Bersama tim barunya tersebut Drogba kini telah mencetak 12 gol dari 14 pertandingan.

Menginjak usia 38 tahun, Drogba saat ini masih menikmati masa tuanya sebagai pemain sepakbola di MLS, liga yang terkenal sebagai destinasi akhir pesepakbola yang memasuki usia tidak muda. Namun kualitas yang ditunjukan oleh pemain asal Pantai Gading ini tentunya tidak akan dilupakan oleh para penggemarnya. All Hail King of Final!

foto : bbc

ed: fva

Komentar