Taktik

by redaksi

Pertandingan leg 2 babak 16 besar Liga Champions UEFA di Stamford Bridge sudah usai. Chelsea takluk 1-2 atas Paris Saint-Germain lewat gol yang dicetak oleh Adrien Rabiot di menit ke-16 dan gol yang dicetak oleh Zlatan Ibrahimovic di menit ke-67, yang hanya mampu dibalas oleh satu gol dari Diego Costa di menit ke-27.

Dengan hasil ini, PSG pun memastikan diri lolos ke babak 8 besar (perempat-final) dengan total agregat 4-2 sekaligus mengulang apa yang pernah mereka lakukan di Liga Champions musim lalu (2014/2015) saat menaklukkan Chelsea di babak 16 besar.

Banyak orang menilai bahwa dalam laga tersebut, yang menjadi man of the match adalah seorang Zlatan Ibrahimovic, karena ia mencetak satu gol dan satu assist penting yang membuat PSG mampu memenangi laga. Namun, sebenarnya ada aktor lain di balik kemenangan PSG kemarin, dan ia juga sebenarnya pantas diganjar sebagai man of the match di pertandingan kali ini.

Ia adalah Angel di Maria, pemain sayap kreatif nan lincah asal Argentina. Mungkin tidak menjadi man of the match, karena Di Maria menjadi ‘malaikat’ di pertandingan dini hari tadi. Tentunya, ada beberapa sebab kenapa ia pantas diganjar sebagai ‘malaikat’ dalam pertandingan di kandang Chelsea tersebut.

Tugas yang tidak lazim sebagai penyerang sayap

Di pertandingan melawan Chelsea, Laurent Blanc, pelatih PSG memberikan kebebasan gerak kepada Angel di Maria untuk mendekati bola dimanapun bola itu berada di lapangan. Hal ini tidak lepas dari cederanya Marco Verratti, gelandang kreatif PSG asal Italia yang biasanya kerap menjadi pengatur serangan tim yang bermarkas di Parc des Princes ini.

Di Maria, yang lazimnya bermain sebagai penyerang sayap, pada pertandingan melawan PSG diberikan keleluasaan untuk bergerak secara bebas di lapangan, utamanya di sepertiga akhir lapangan dan di depan kotak penalti lawan. Peran ini ia emban secara bersamaan dengan Lucas Moura, pemain yang juga berposisi sama sebagai penyerang sayap. Berkat kedua pemain ini yang sering memberikan teror dan bergerak di depan kotak penalti Chelsea, formasi 4-3-3 PSG memiliki rasa seperti formasi 4-2-3-1.

Dengan peran seperti ini, Di Maria (dan juga Lucas) secara tidak langsung membantu peran dari Rabiot, yang pada pertandingan kali ini berperan sebagai seorang gelandang box-to-box. Rabiot, yang nampak kesulitan mengirimkan bola ke sepertiga akhir lapangan karena tidak ada yang menerima bola di area tersebut, kerap memberikan bola kepada Di Maria yang rajin beroperasi di sekitar area sepertiga lapangan akhir.

Selain itu, tujuan Di Maria dan juga Lucas beroperasi dengan bebas di area sepertiga lapangan akhir dan juga menebar teror di depan kotak penalti tidak lain adalah untuk mengacaukan permainan dari dua gelandang jangkar Chelsea, yaitu Cesc Fabregas dan juga John Obi Mikel.

Statistik gerak

Statistik yang menunjukkan daerah operasi Di Maria, dan juga Lucas Moura dalam pertandingan melawan Chelsea

Dalam gambar tersebut, terlihat bahwa Di Maria dan Lucas di pertandingan kali ini mereka juga sering beroperasi di area sepertiga lapangan akhir dan juga di depan kotak penalti Chelsea. Selain beroperasi di area tengah, karena Di Maria diberikan kebebasan, ia juga sering menebar teror di daerah sayap, sesuatu yang sudah biasa ia lakukan sebagai penyerang sayap, seperti yang terlihat pada gambar di atas.

Hasilnya, berkat teror konstan yang diberikan Di Maria (dan juga Lucas) dari area sayap, sepertiga lapangan akhir, dan juga di depan kotak penalti, membuat dua gelandang jangkar Chelsea seringkali kerepotan dalam menghalau serangan PSG. Teror ini juga menciptakan banyak sekali ruang di daerah pertahanan Chelsea, seperti yang bisa terlihat di gambar di bawah ini.

Peluang PSG

Proses terjadinya peluang emas pertama PSG dari Di Maria

Dalam gambar di atas, terlihat bahwa Lucas dan Di Maria mampu dengan sangat baik memanfaatkan ruang yang tercipta dari kekacauan pertahanan Chelsea yang diakibatkan oleh kurang maksimalnya permainan dua gelandang jangkar Chelsea. Di Maria dengan sangat baik mampu memanfaatkan ruang kosong di pertahanan Chelsea pada menit ke-5. Ia menerima umpan dari Lucas Moura yang bergerak bebas di depan kotak penalti. Meskipun tendangannya sudah melewati hadangan kiper Chelsea, sayangnya peluang ini tidak menghasilkan gol karena tendangan Di Maria mampu diblok oleh Branislav Ivanovic sebelum memasuki gawang.

Dari penjelasan di atas, terlihat jelas bahwa Di Maria mampu menjalankan peran tidak lazimnya sebagai pemain sayap di pertandingan kali ini. Kekacauan yang ia dan Moura buat di pertahanan Chelsea membuat pertahanan Chelsea kocar-kacir tidak karuan. Inilah yang membuat ia pantas diganjar sebagai ‘malaikat’ dalam pertandingan melawan Chelsea.

Di Maria yang terlibat dalam dua gol PSG

Selain mampu menimbulkan kekacauan di lini pertahanan Chelsea, alasan kenapa Di Maria layak disebut sebagai ‘malaikat’ dalam pertandingan melawan Chelsea adalah karena ia berkontribusi dalam dua gol PSG lewat umpan dan pergerakannya, yang dihasilkan dari kekacauan yang ia buat bersama Lucas Moura.

Dalam kejadian gol pertama, yang prosesnya hampir mirip seperti peluang Di Maria di menit ke-5, ada ruang kosong yang tercipta akibat dari kegagalan dua gelandang jangkar Chelsea dalam menghalau serangan PSG. Kali ini, Ibrahimovic lah yang mampu memanfaatkan ruang kosong tersebut. Ia berlari ke ruang kosong itu setelah menerima bola dari pemain yang bergerak bebas di area sepertiga lapangan akhir Chelsea. Siapa dia? Angel Di Maria.

Through pass yang dilakukan oleh Di Maria ini mampu diterima dengan baik oleh Ibra, yang meneruskannya kepada Rabiot yang mengkonversi umpan tersebut menjadi sebuah gol. Proses dari terciptanya gol itu dapat dilihat dalam gambar di bawah ini.

proses tercipta gol pertama

Proses terjadinya gol Rabiot di menit ke-16

Kekacauan di depan kotak penalti yang diciptakan oleh Di Maria dan Moura membuat Kenedy dan Ivanovic terpancing untuk mendekati Di Maria yang bergerak bebas. Akibatnya, ruang kosong di sisi kiri pertahanan Chelsea pun tercipta. Ibra berlari ke ruang kosong itu, memberikan umpan kepada Rabiot yang maju dari second line, dan blam! Gol pertama pun tercipta untuk PSG di menit ke-16.

Bukan hanya dalam gol pertama saja. Di Maria juga berkontribusi dalam terciptanya gol kedua PSG lewat kaki Ibrahimovic. Lagi-lagi, gol tercipta karena gagalnya dua gelandang jangkar Chelsea dalam menjaga lini pertahanan Chelsea, sehingga lagi-lagi ada ruang yang mampu dimanfaatkan oleh Chelsea.

proses tercipta gol kedua

Proses terjadinya gol Ibrahimovic di menit ke-67

Dalam gambar tersebut, terlihat bahwa kegagalan dua gelandang jangkar Chelsea dalam menjaga area sepertiga lapangan akhir membuat Cesar Azpilicueta terpancing untuk melakukan kesalahan. Azpilicueta terpancing untuk mengikuti Di Maria dan terciptalah jarak yang cukup lebar antara dirinya dengan bek Chelsea. Jarak inilah yang dimanfaatkan oleh Thiago Motta untuk melepaskan umpan ke ruang kosong di belakang Azpilicueta.

Hasilnya, Di Maria pun dengan bebas berlari ke ruang kosong tersebut. Azpilicueta yang terlambat menutup gerak Di Maria akhirnya tak kuasa untuk menghalangi Di Maria melepaskan umpan ke lini pertahanan Chelsea. Ibrahimovic pun tanpa kesulitan meneruskan umpan matang itu dan blam! Gol kedua di menit ke-67 pun tercipta.

Kesimpulan

Jika melihat peran seorang Angel Di Maria di atas, seperti menimbulkan kekacauan di lini pertahanan Chelsea bersama Lucas Moura ataupun saat dirinya terlibat dalam proses terjadinya dua gol PSG, maka tidak ada salahnya dalam pertandingan tersebut Di Maria dapat ditasbihkan sebagai seorang ‘malaikat’ bagi PSG. Dan tentu saja, harapan bagi para pendukung PSG, Di Maria dapat juga menjadi ‘malaikat’ bagi PSG di pertandingan-pertandingan penting PSG nantinya

(sf/dex)

foto: squawka.com

Komentar