Akhir dari Mimpi Indah KAA Gent di Eropa

Analisis

by redaksi

Akhir dari Mimpi Indah KAA Gent di Eropa

VfL Wolfsburg memastikan diri lolos ke babak delapan besar Liga Champions musim 2015/2016 setelah meraih kemenangan 1-0 atas KAA Gent di leg kedua babak 16 besar yang berlangsung di Volkswagen Arena, Wolfsburg. Gol semata wayang Wolfsburg dicetak oleh Andre Schuerrle pada menit ke-75 setelah menerima umpan matang dari Julian Draxler di sisi kiri pertahanan Gent. Hasil ini membuat Wolfsburg menjadi wakil Jerman pertama yang lolos ke babak delapan besar Liga Champions musim ini.

Di sisi lain, kekalahan ini membuat KAA Gent harus mengubur mimpinya dalam-dalam untuk melaju lebih jauh. Pencapaian luar biasa mereka di fase grup mesti terhenti di babak 16 besar. Gent harus sudah mulai bangun dari mimpi indahnya.

Pertandingan sendiri sebenarnya berlangsung cukup ketat, utamanya di babak pertama sampai pertengahan babak kedua. Gent mampu memberikan perlawanan yang cukup sengit bagi Wolfsburg seperti halnya dalam pertandingan leg pertama di mana Gent mampu mengejar ketertinggalan 0-3 dan menipiskannya menjadi 2-3. Namun, di leg kedua ini, ada beberapa hal yang membuat Gent kalah dari Wolfsburg.

Perubahan formasi dari 3-5-2 menjadi 4-2-2-2

Di awal pertandingan, Gent memakai formasi 3-5-2 untuk meladeni Wolfsburg yang menggunakan formasi 4-2-3-1. Belajar dari kekalahan di leg pertama, di mana Gent banyak kebobolan lewat serangan sayap yang dibangun oleh Julian Draxler dan Veirinha, di pertandingan ini Gent benar-benar menjaga area sayap mereka dengan sangat baik. Dengan formasi 3-5-2 yang diusung sang pelatih, Hein Vanhaezebrouck, dua wingback Gent, Rafinha dan Brecht Dejaegere, mampu menutup area sayap Gent dengan sangat baik di babak pertama. Mereka didukung oleh Neto ataupun Kums yang kerap mengisi pos Rafinha dan Brecht Dejaegere jika Draxler ataupun Schuerrle berusaha untuk menerobos ke depan.

Inilah yang membuat para pemain Wolfsburg begitu kesulitan untuk menembus pertahanan Gent di awal pertandingan sampai menit ke-30. Para pemain Gent tampaknya mulai mengerti bahwa Wolfsburg begitu mengandalkan sayap mereka. Draxler dan Schurrle sangat sulit untuk masuk menerobos dari sayap, meski sudah dibantu oleh Christian Traesch dan juga Ricardo Rodriguez yang sering melakukan overlap dari pos mereka sebagai bek sayap.

Namun, perubahan formasi menjadi 4-2-2-2 selepas menit ke-30, dengan menumpuknya pemain di tengah dan membuat Nana Asare yang awalnya bek tengah dalam formasi 3 bek dan Rafinha yang awalnya wingback menjadi fullback, membuat ruang kreasi Draxler dan Schuerrle menjadi semakin bertambah. Inilah yang membuat ancaman ke gawang Gent semakin bertambah, karena beberapa pemain yang menumpuk di tengah pun kadang tidak membantu Rafinha ataupun Asare untuk menghalau serangan sayap Wolfsburg.

Hasilnya, gol yang terjadi pada menit ke-75 lewat sepakan Schuerrle salah satu faktornya adalah karena Rafinha yang gagal menutup pergerakan Schuerrle di sisi kanan pertahanan Gent.

Masuknya Saief dan Coulibaly, memberikan "pengaruh" untuk Gent

Kenny Saief masuk pada menit ke-67 menggantikan Thomas Matton, dan Kalifa Coulibaly masuk pada menit ke-69 menggantikan Moses Simon. Harapan dari pelatih Hein Vanhaezebrouck, adalah supaya kedua pemain ini kembali memberikan pengaruh yang positif seperti yang mereka lakukan di leg pertama.

Tapi, apa yang terjadi? Coulibaly tidak berpartisipasi dalam serangan sama sekali, tidak seperti Moses Simon yang rajin mencari bola ke tengah dan membuka ruang ke sayap. Pun dengan Saief. Saief malah menjadi biang keladi terciptanya gol Wolfsburg pada menit ke-75 saat bola yang ia bawa di sisi kiri pertahanan Gent terebut oleh pemain tengah Wolfsburg, Josuha Guilavogui.

Selanjutnya, setelah terebut, bola bergulir ke kaki Christian Traesch, yang membawa bola di sisi kiri pertahanan Gent, lalu mengopernya ke Draxler yang melakukan manuver di sisi kiri, sebelum mengumpan ke tengah yang berbuah menjadi gol melalui sontekan Andre Schuerrle.

Bisa dilihat, bahwa Saief dan Coulibaly dalam pertandingan leg kedua ini kembali memberikan pengaruh untuk Gent. Yang berbeda adalah, pengaruhnya yang diberikan sekarang adalah pengaruh yang buruk, bukan pengaruh baik seperti yang dimunculkan di leg petama.

***

Jika di leg pertama Gent kalah karena kesalahan elementer yang dilakukan para pemainnya, di leg kedua ini Gent kalah murni karena kesalahan taktikal yang dilakukan oleh sang manajer yang mengganti formasi bahkan sebelum babak pertama berakhir. Tapi, setidaknya, Gent sudah menjalani mimpi indahnya dengan lolos ke babak 16 besar Liga Champions Eropa. Sekarang, mereka sudah terbangun kembali dan bersiap untuk kembali ke realita.

(sf)

foto: playongfor90.com

Komentar