Ashley Williams, "Faktor X" Kebangkitan Swansea

Cerita

by redaksi

Ashley Williams,

Bagi sebuah kesebelasan, seorang kapten memiliki peran yang amat vital. Kapten adalah perwakilan dari seluruh pemain dan juga representasi kekuatan sebuah kesebelasan dari segi mental. Hal ini juga berlaku buat Swansea City.

Swansea adalah satu-satunya kesebelasan asal Wales yang berlaga di Premier League musim ini. Penampilan Swansea pada awal musim terbilang mengecewakan. Pasalnya, mereka tak bermain sebaik musim lalu. Kini, Swansea tengah berbenah, tak terkecuali buat Sang Kapten, Ashley Williams.

Ashley bukan pemain biasa. Ia memiliki "Faktor X" yang tidak dimiliki pemain lainnya. Menurut urbandictionary, "X–Factor" memiliki definisi: an indescribable quality or something; something about a person that you cannot put your finger on. Bisa dibilang kalau "Faktor X" adalah suatu kualitas atau kemampuan yang sulit dilukiskan atau dijelaskan, tapi memang bisa dirasakan oleh orang lain; dalam hal ini, mentalitas Ashley dalam memberikan kontribusi yang baik bagi timnya.

Pemain bernama lengkap Ashley Eroll Williams ini merupakan salah satu pemain paling senior di skuat Swansea saat ini. Ia bergabung dengan tim yang bermarkas di Liberty Stadium sejak 2008. Kala itu ia masih dipinjam dari tim yang bermain di National Conference, Stockport City. Penampilan briliannya yang berhasil mengantarkan Swansea ke League One membuatnya direkrut dengan rekor transfer termahal bagi klub saat itu, sebesar 400 ribu poundsterling.

Setelah beberapa musim yang fantastis bersama Swansea, termasuk bercokol di papan tengah klasemen Premier League musim lalu di bawah arahan mantan rekannya, Gary Monk, musim ini Ashley Williams harus berjuang dari keterpurukan di awal musim.

Pemecatan Gary Monk secara tidak langsung membuat Swansea begitu saja membaik. Torehan yang berhasil dicapai Monk pada musim lalu yaitu peringkat kedelapan klasemen, tidak mampu ia ulang kembali. Pelatih 37 tahun tersebut hanya mampu membawa satu kemenangan dari 11 laga yang dijalani hingga awal Desember 2015. Mantan pemain Swansea tersebut digantikan oleh manajer interim Alan Tate, sebelum digantikan oleh pelatih kawakan asal Italia, Francesco Guidolin.

Gol tunggal Ashley Williams membawa timnya keluar dari zona degradasi
Gol tunggal Ashley Williams kontra Watford, Januari lalu membawa timnya keluar dari zona degradasi

Ashley Williams mempersembahkan kemenangan timnya 1-0 atas Norwich, Sabtu (5/3) lalu, untuk Guidolin yang sedang dirawat di rumah sakit. Bek berusia 31 tahun ini mengungkapkan kepada The Guardian, “Semoga dua kemenangan dapat membuat pelatih (Guidolin) bersorak di tempat tidur rumah sakit. Sebelum ia pergi (dirawat) di rumah sakit, ia sudah menyiapkan kami untuk laga, dan ia brilian sejak masuk.”

Kapten timnas Wales ini mengungkapkan bahwa musim ini merupakan musim terberatnya menjadi pemain sekaligus kapten Swansea selama delapan tahun membela The Swans. "Ini telah menjadi musim terberat yang saya miliki dalam waktu saya di sini dan, sebagai kapten, saya pasti merasa mendapat tanggung jawab lebih untuk apa yang terjadi kepada tim, serta berusaha untuk mendapatkan hal yang benar dengan permainan saya sendiri,” ujarnya kepada BBC.

Salah satu hal yang yang disebut "Faktor X" ini terlihat dari cara Ashley menanggapi situasi buruk. Mengawali musim dengan buruk tidak lantas membuatnya tertekan. Ia menjadikannya motivasi untuk mengangkat moral rekan-rekannya.

"Bila kami mendapati hasil buruk, saya lantas bertanya pada diri sendiri apa yang bisa saya lakukan secara berbeda, dan bagaimana aku bisa memimpin anak-anak (pemain) lebih baik,” terang pemegang 56 caps timnas Wales ini.

Namanya sempat menjadi buah bibir ketika diberitakan mencari tahu siapa sosok pelatih baru Swansea, Francesco Guidolin lewat situs pencari Google. Namun, menurut Ashley, apa yang sebenarnya yang terjadi bukanlah seperti yang diduga banyak orang. “Hanya untuk mengklarifikasi. Saya tidak menggunakan Google untuk mencari tahu siapa Francesco Guidolin, seperti yang media beritakan. Saya hanya mencari segala sesuatu tentang dia dan metode yang digunakan olehnya,” ujarnya kepada BBC.

Semenjak kedatanagan Guidolin, Swansea mengalami banyak peningkatan, terutama dari hasil akhir. Guidolin menjalani perannya sebagai pelatih pertama kali ketika Swansea berhasil mengalahkan Everton 2-1 di Goodison Park. Setelah itu Swansea meraih sembilan poin dari enam laga terakhirnya, termasuk ketika menjungkalkan Arsenal 2-1, Rabu (2/3) pekan lalu.

Kemenangan atas The Canaries juga membawa Swansea menjauh dari zona degradasi karena unggul sembilan poin dari dua tim yang berada di zona degradasi, Norwich City dan Sunderland.

Ternyata di balik hasil positif Swansea di beberapa laga terakhir, ada kontribusi nyata yang diberikan Ashley untuk memotivasi pemain lainnya serta keinginan memberikan yang baik kepada sang pelatih anyar menjadi salah satu faktor kunci. Selain itu, ada juga peran caretaker Alan Curtis (ralat) yang sukses menerapkan instruksi Guidolin dari luar lapangan.

Dengan ambisi Swansea tetap bertahan di Premier League musim ini, mereka tinggal mencari cara bagaimana merawat "Faktor X" yang dimiliki Ashley Williams; mengingat hal tersebut adalah satu dari sekian faktor yang bisa membangkitkan keterpurukan Swansea City di musim ini.

Foto: walesonline.co.uk, reuters

[tr]

<fva>

Komentar