Tentang Napoli: Karena Hadiah Datang Saat Musim Berakhir, Bukan Saat Berjalan Separuhnya

Taktik

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Tentang Napoli: Karena Hadiah Datang Saat Musim Berakhir, Bukan Saat Berjalan Separuhnya

Napoli dan Juventus adalah kuda pacu terdepan dalam perburuan scudetto Serie-A 2015/2016. Pertarungan antara kedua kesebelasan ini semakin panas dalam beberapa musim terakhir. Persaingan Napoli dan Juventus seolah mengkaji ulang dongeng lawas di Serie-A, yakni pertarungan antara kaum Naples menghadapi para borjuis dari Italia Utara (Ralat).

Napoli yang kembali menjadi pesaing utama Juventus, memang tampil mengesankan. Napoli pun menjadi juara paruh musim dengan kebobolan 19 gol dan mencetak 53 gol. Sementara itu 24 gol disumbangkan oleh penyerangnya, Gonzalo Higuain. Sungguh situasi yang hampir tidak terpikirkan pada enam bulan yang lalu.

Rententan gol Higuain itu tidak lepas dari trio gelandang serangnya, yakni Lorenzo Insigne, Jose Callejon dan Marek Hamsik. Walau mereka tidak sama seperti trio MSN (Lionel Messi, Luis Suarez dan Neymar Santos) di Barcelona, tapi trio Napoli itu tetap yang terbaik di Serie-A 2015/2016. Merekalah yang memberikan keseimbangan yang tepat dalam skuatnya; Keseimbangan agar tahu kapan Napoli harus menyerang dengan cepat atau lebih tenang mencari celah di pertahanan lawan.

Dengan komposisi itu, mereka mengincar kemenangan di Juventus, Minggu (14/2) bulan lalu. Mengalahkan Juventus adalah syarat agar Napoli menjadi juara musim ini. Selain itu, Napoli ingin lebih cepat mengklaim Scudetto yang terakhir kali diraih pada 1990. Sebelum melawan Juventus, Napoli sedang percaya diri karena baru memenangi delapan laga Serie-A secara beruntun. Sehingga Napoli percaya diri memiliki kesempatan untuk kembali ke puncak klasemen. (Ralat)

Tapi sepakbola adalah sepakbola. Bukan berarti ditahan imbang Bologna maka Juventus tidak bisa mengalahkan Napoli. Akhirnya kesebelasan berjuluk Partenopei itu ditaklukan Juventus dengan kedudukan 0-1. Padahal, Maurizio Sarri, Pelatih Napoli, sudah melakukan semua hal yang benar dalam strateginya. Kecenderungan serangan melalui sisi kiri berjalan dengan lancar. Napoli beberapa kali mengurung pertahanan kesebelasan berjuluk Si Nyonya Tua tersebut. Penguasaan bola pun dimenangkan Napoli dengan rasio 56 persen.

Namun Higuain yang diandalkan sebagai penyelesai peluang, justru mati kutu dihadapan bek tengah Juventus, Leonardo Bonucci dan Andrea Barzagli. Penyerang asal Argentina itu nampak mati-matian memecahkan kebuntuannya. Sampai pada akhirnya tendangan kaki kiri Simone Zaza pada menit ke-88, memupuskan ambisi Napoli di Stadion Juventus.

Massimiliano Allegri, Pelatih Juventus, banyak tersenyum usai laga. Kesebelasan besutannya tetap berada di puncak klasemen. Impian memenangi Scudetto ke lima secara beruntun untuk pertama kalinya sejak 1935, semakin dekat dengan kenyataan. Kebahagiannya pun bertambah setelah Juventus mendapatkan satu tempat di final Coppa Italia musim ini.

Maka Napoli pun pulang ke Naples tanpa membawa apapun. Mereka bersikap seolah tidak pantas kalah dari Gianluigi Buffon dkk. Setidaknya, Napoli sudah tampak siap dan puas jika laga itu berakhir imbang. Kendati demikian, para pemain tetapi mendapat sambutan meriah dari para suporternya ketika tiba di Naples. Lebih dari dua ribu suporter menunggu di Bandara Naples, mengatakan kepada skuat Napoli jika mereka bangga dengan perjuangan tim di Stadion Juventus. Walau pada walau pada faktanya, Napoli belum bisa bersaing pada pijakan yang sama dengan Juventus.

Kekalahan 1-0 dari Juventus pun diikuti Napoli ketika ditaklukan Villareal pada ajang Liga Eropa. Mereka dikalahkan dengan skor yang sama di Stadion El Madrigal. Dua hasil beruntun yang sangat tidak memuaskan dan Napoli pun tersingkir dari Liga Europa karena kalah agregat 1-2. Sekarang, memenangi Serie-A adalah satu-satunya fokus Hamsik dkk. Jelang melawan AC Milan, mereka pun berharap mendapatkan poin penuh, mengingat lawan tidak bisa diperkuat bek tengah andalannya, Alessio Romagnoli. Tapi Napoli gagal mengalahkan klub berjuluk I Rossoneri itu. Skor berakhir 1-1 dan Cristian Zapata mampu menggantikan peran Romagnoli dengan apik.

Lalu ketika melawan Fiorentina, itulah satu-satunya momentum keberuntungan Napoli dalam beberapa laga terakhirnya. Napoli mencetak gol dari kesalahan yang dilakukan Marcos Alonso ketika menghalau bola. Alhasil, gol Higuain itu membantu kesebelasannya mencuri poin di Stadion Artemio Franchi. Tapi tetap saja tiga laga Serie-A tanpa kemenangan secara beruntun, ini yang terburuk dan pertama kalinya dalam 11 bulan terakhir. Hasil-hasil yang menyimpulkan Napoli sedang berada di dalam krisis.

Menghilangkan Trauma dan Ketergantungan

Seharusnya Napoli tidak bisa membiarkan hasil kekalahan melawan Juventus, menganggu dan menghalangi semangat skuatnya. Ini bukanlah kritik, melainkan lebih dari surat terbuka untuk Sarri. Lagi pula hasil imbang melawan Fiorentina di Stadion Artemio Franchi, tidaklah buruk. Sarri sendiri berusaha untuk menghalangi ketergantungan skuatnya kepada Higuain yang mencetak gol pada laga tersebut. "Orang-orang tidak bisa berharap Higuain untuk membuat perbedaan di setiap pertandingan," cetus Sarri seperti dikutip dari Football-Italia.

Napoli sendiri yang harus mencari cara untuk menghindari harapan berlebih kepada Higuain. Ini bukan soal Higuain saja. Rekan-rekan lainnya kesulitan mencetak gol dan hampir secara eksklusif, itu semua adalah para pemain yang terlibat di lini depan. Sarri harus menemukan cara untuk menang tanpa kontribusi gol mantan penyerang Real Madrid itu. Ia juga harus mulai menemukan kembali sentuhan Higuain dan pemain lain untuk mencetak gol.

Tidak seperti musim lalu ketika Sarri masih melatih Empoli, saat itu Daniele Rugani dan Lorenzo Tonelli dijadikan bek tengah yang produktif mencetak gol. Sementara bek Napoli yang baru mencetak gol adalah Raul Albiol dan Vlad Chiriches.  Masing-masing mencetak satu gol dan Chirices baru mencetak gol pada akhir pekan lalu ke gawang Chievo, (6/3). Sementara di sektor gelandang bertahan, tendangan Jorghinho lebih sering melenceng, sedangkan Allan Marques belum mencetak gol lagi sejak Oktober 2015.

Sarri masih belum bisa memanfaatkan skuatnya seluas Allegri. Satu-satunya perbedaan besar antara Sarri dengan Benitez adalah soal rotasi. Mantan pegawai bank ini sering menempatkan susunan pemain awal yang sama di hampir seluruh laga yang dijalaninya. Rotasi hanya dilakukan ketika pemain yang bersangkutan cedera atau mendapatkan hukuman kartu. Tentu sangat berbeda dengan Internazionale Milan yang hampir seluruh pemainnya mendapatkan menit bermain.

Kelelahan menjadi salah satu faktor yang membuat Napoli kehabisan bensinnya. Allan tampak kehabisan nafas, Callejon pun menunjukan tanda-tanda kelelahan, sementara Lorenzo Insigne tidak menunjukan permainan seperti biasanya. Kelelahan dapat memengaruhi pengambilan keputusan pemain. Higuain terisolasi dan menyebabkan frustasi, ia pun menendang botol ketika diganti saat melawan Fiorentina. Golnya ke gawang Fiorentina adalah yang pertama kalinya sejak 7 Februari lalu. Ketidakwajaran para pemain Napoli ini pun diakui sendiri oleh Sarri, "Pemain terbaik kami sedikit kurang lugas dari biasanya."

Sekarang, Napoli harus benar-benar menatap fokus Serie-A. Apalagi, beban Napoli sudah berkurang karena tersingkir dari Coppa Italia dan kompetisi Eropa, sementara Juventus masih memiliki tugas di Liga Champions dan Coppa Italia. Napoli wajib melakukan hal seperti yang dilakukan Juventus: yaitu mencetak kemenangan dari 10 laga sisa mereka, meski akan terasa berat karena mereka masih harus melawat ke kandang Inter dan Roma.

Kesenjangan antara Napoli dengan Juventus hanya tiga poin. Jadwal laga Napoli pun lebih ringan dari pesaingnya. Mereka punya kesempatan mengumpulan poin penuh menghadapi Palermo, Genoa, Udinese dan Verona. Tapi dengan cara apapun nanti, Napoli harus tetap mengirim pesan berbahaya kepada Juventus. Pesan itu sudah dilakukannya dengan mengalahkan Chievo pada akhir pekan lalu. Allegri pun tahu jika Napoli akan bekerja keras untuk itu.

Ya, setiap kesebelasan selalu mempunyai fase buruk dan terakhir ini sedang dimiliki Napoli. Kemenangan atas Chievo diyakini bisa membuat perbedaan kembali. Mari berharap tiga buruk Napoli pada Februari lalu, bukan pengganjal mereka. Tapi waktu memberikan kenyataannya. Sebab, hadiah sebenarnya akan datang ke tangan juara saat musim berakhir, bukan tiba saat musim baru berjalan separuhnya.

ed: fva

Komentar