Whatever, Lavezzi!

Cerita

by redaksi

Whatever, Lavezzi!

I’m free, to be whatever I. Whatever I choose and I’ll sing the blues if I want

I’m free, to say whatever I. Whatever I like if it’s wrong or right it’s alright

Siang itu lantunan lagu Oasis yang berjudul "Whatever" menemani saya yang sedang memerhatikan berita-berita tentang sepakbola. Sambil membuka laman-laman berita sepakbola dunia, saya memerhatikan adakah berita menarik yang bisa saya naikkan untuk siang ini. Lama saya mencari, hampir saya menyerah karena tidak ada berita menarik yang bisa saya olah untuk siang itu.

Tapi, ketika membuka salah satu laman berita sepakbola internasional, saya menangkap sebuah hal menarik, yaitu tentang Ezequiel Lavezzi yang pindah dari PSG ke kesebelasan Liga Tiongkok. Ia pindah ke Hebei China Fortune dengan mahar 5,5 juta euro. Tunggu, Liga Tiongkok?

Ini menimbulkan keanehan bagi saya, dan tentunya mungkin bagi segenap pecinta sepakbola dunia. Pemain yang sudah menghabiskan waktu sebanyak tiga setengah tahun di Paris sebagai pemain andalan PSG dan meraih berbagai gelar prestisius bersama PSG di liga, tiba-tiba pindah ke Asia Timur dan menjadi pemain Liga Tiongkok. Mengapa Lavezzi?

Apalagi, hal ini ditambah dengan usia Lavezzi yang masih terhitung di angka produktif, yaitu usia 30 tahun. Dengan usia ini, sebenarnya Lavezzi masih mungkin untuk pindah ke Liga Inggris, Liga Jerman, atau mungkin kembali ke Italia. Ia pun bisa saja bergabung dengan liga lain macam Liga Belanda, Liga Portugal, atau Liga Rusia. Tapi, mengapa harus ke Tiongkok, Lavezzi?

Lavezzi ingin menentukan jalannya sendiri

Now it seems to me. You always see what people want you to see

How long it’s gonna be? Before we get on the bus and cause no fuss

Get a grip on yourself, it don’t cost much

Masih ditemani dengan lagu "Whatever" milik Oasis yang mengalun, saya pun mencari-cari tahu via media alasan kenapa ia pindah jauh ke Asia Timur di usianya yang masih bisa untuk bersaing di liga yang lebih kompetitif. Lama mencari, akhirnya saya temukan alasan mengapa ia rela pindah jauh ke Tiongkok.

“Sebenarnya, saya mendapatkan tawaran menarik dari berbagai klub, yaitu dari Inter, Chelsea, dan Manchester United. Tapi, akhirnya saya memilih untuk membela salah satu klub Chinese Super League,” ujarnya mengawali alasannya seperti yang dilansir oleh ESPN FC.

“Untuk alasannya sendiri, tentunya saya ingin sebuah tantangan baru. Selain itu, rencana pengembangan klub yang akan saya bela nanti (Hebei China Fortune) ini menarik perhatian saya. Uangnya juga lumayan. Juga, saya tertarik dengan budaya Tiongkok. Itulah alasan mengapa saya jauh-jauh datang ke sini selain untuk bermain sepakbola,” tambahnya.

Alasan yang lumrah diucapkan oleh pemain yang hijrah dari klub lama ke klub baru. Budaya baru, tantangan baru, gaji yang lebih besar, seolah menjadi sebuah godaan dan magnet bagi seorang pemain untuk pindah ke klub baru dari klub lamanya.

Sebenarnya hal paling keren dari Lavezzi adalah ia tidak mendengarkan pendapat orang lain dan seolah ingin mengatakan bahwa yang kelak menentukan takdirnya sendiri sebagai pemain adalah dirinya sendiri.

Seperti yang dipesankan oleh Liam Gallagher bahwa “Get a grip on yourself, it don’t cost much”. Harga untuk menentukan takdir sendiri sebagai seorang pemain tidak akan semahal harga transfer rekan Lavezzi semasa di PSG, David Luiz dari Chelsea ke PSG ataupun semahal harga Gareth Bale dan Cristiano Ronaldo saat pindah dari klubnya terdahulu ke Real Madrid. Malah, menentukan takdir sendiri mungkin cukup dengan harga gratis, seperti yang dilakukan oleh Robert Lewandowski saat pindah dari Borussia Dortmund ke Bayern Muenchen.

Singkat kata, seorang Lavezzi mencoba untuk “get a grip on himself”. Di sinilah saya tidak bertanya-tanya lagi dalam hati, karena saya menghargai langkah yang sudah Lavezzi pilih sendiri.

Isyarat Lavezzi untuk Pemain Lain

Free, to be whatever you. Whatever you say if it comes my way it’s alright

You’re free, to be whatever you. Whatever you please you can shoot the breeze if you want

Tanpa menghiraukan sorotan media dan publik sepakbola dunia kepadanya, Lavezzi pun sekarang sudah memantapkan langkahnya untuk pergi ke negeri Tirai Bambu dan bermain sepakbola di sana. Ia merasa bebas menentukan pilihannya sendiri. Ia bebas untuk menentukan jalan hidupnya sendiri. Untuk sekarang, ia memilih untuk membela klub di Asia Timur yang jauh dari hingar bingar kompetisi Eropa.

Ini juga seolah menjadi pesan tersirat bagi pemain lain, bahwa setiap pemain berhak untuk menentukan jalan hidupnya sendiri. Lavezzi seolah ingin meneruskan pesan yang disampaikan oleh Liam dan Noel Gallagher dalam lagu Whatever, bahwa setiap pemain, siapapun itu, bebas untuk menentukan jalan hidupnya sendiri, bebas untuk menentukan klub mana yang akan ia bela, dan bebas untuk bermain bola di mana saja yang ia inginkan.

Dan untuk sekarang, Lavezzi sedang menikmati masa tenangnya di Tiongkok. Jangan ganggu Lavezzi dengan pemberitaan miring. Biarkan ia bermain bola dengan bebas di sana, tanpa gangguan, tanpa sorotan-sorotan media yang aneh. Biarkan Lavezzi bermain sepakbola.

Whatever you do, whatever you say, yeah, I know it’s alright

Whatever yop do, whatever you say, yeah, I know it’s alright

(sf)

foto: express.co.uk

Komentar