PS TNI Masih Butuh Jam Terbang dan Pengalaman

Analisis

by redaksi

PS TNI Masih Butuh Jam Terbang dan Pengalaman

Sempat diprediksi akan memberikan perlawanan, PS TNI ternyata takluk juga dari Sriwijaya FC. Dalam pertandingan pertama grup B Piala Gubernur Kaltim yang dilangsungkan pada Minggu (28/2) sore, di Stadion Aji Imbut, Tenggarong, PS TNI kalah dengan skor 1-0 via gol Alberto "Beto" Gonçalves di menit ke-12 yang tidak mampu dibalas PS TNI sampai akhir laga.

Dengan hasil ini, PS TNI membutuhkan usaha yang lebih keras dengan meraih kemenangan di dua laga sisa jika ingin mengamankan tiket babak enam besar. Di sisi lain, dengan hasil ini, Sriwijaya FC membuka peluang mereka untuk lolos ke babak enam besar.

Ada beberapa hal menarik yang bisa dilihat dari kemenangan Sriwijaya FC ini, hal-hal yang bisa juga dianggap sebagai kekurangan dari PS TNI

Terlalu bernafsu dan kurang bermain tenang

PS TNI sempat berada di bawah tekanan Sriwijaya FC pada awal 30 menit babak pertama, terutama setelah gol pertama tercipta yang melalui kesalahan bek sayap mengantisipasi pergerakan M. Ridwan. Namun, mereka pada akhirnya mampu lepas dari tekanan setelah water break dan memberikan tekanan balik yang cukup berarti pada lini pertahanan SFC.

Akan tetapi, yang terjadi adalah PS TNI malah kebingungan dan sulit untuk masuk kotak penalti SFC. Hasilnya, mereka malah bermain terlalu bernafsu dan terlihat tidak tenang meladeni pertahanan rapat SFC yang digalang Achmad Jufriyanto dan Thierry Gathuessi dengan beberapa kali melepas tembakan dari luar kotak penalti yang tidak tepat sasaran.

Serangan monoton PS TNI ini terus berlangsung sampai babak kedua, yang membuat serangan-serangan mereka dengan mudah diantisipasi oleh lini pertahanan SFC. PS TNI hanya berkeliling tidak jelas di luar kotak penalti. Masuknya Dimas Drajad dan Tambun Naibaho di babak kedua pun tidak memberikan pengaruh apa-apa.

Di sisi lain, SFC, yang sempat bermain agresif sampai 30 menit babak pertama, akhirnya memilih untuk bermain sedikit lebih ke dalam dan membiarkan PS TNI menguasai bola. Mereka lebih senang mengandalkan serangan balik via umpan matang Firman Utina yang diarahkan kepada sayap eksplosif M. Ridwan dan Supardi. Belum dominannya Bayu Gatra dan Syaiful Indra Cahya di babak pertama membuat serangan SFC tertumpu di sayap kanan.

Sampai babak kedua berlanjut, SFC masih bermain lebih ke dalam dan hanya sesekali melakukan serangan balik. Pun dengan beberapa pergantian pemain yang dilakukan oleh SFC seperti Anis Nabar, Ikhsan, dan Hapit malah semakin memperkokoh pertahanan "Laskar Wong Kito" dan membuat serangan tim asal Palembang ini lebih menakutkan. Tercatat, Sriwijaya FC di akhir babak kedua beberapa kali mendapatkan peluang lewat Beto di dalam kotak penalti, peluang yang berasal dari manuver Bayu Gatra di kiri dan Anis Nabar di kanan.

Tak adanya pemain kreatif dan finisher di PS TNI

Buntunya serangan PS TNI di pertandingan ini juga bisa dikarenakan tidak adanya pemain tengah kreatif yang mampu memberikan umpan ampik dan juga membuka ruang bagi rekannya. Manahati Lestusen dan Legimin Raharjo belum bisa menjadi pemain dengan tipikal seperti ini karena beberapa kali umpan mereka pun miss dan tidak mengenai rekan mereka.

Juga, ketiadaan finisher setipe Beto di SFC membuat peluang PS TNI kesulitan mencetak gol. Opsi tembakan jarak jauh yang dilakukan tidak menghasilkan apa-apa, pun dengan tusukan ke kotak penalti yang sesekali berhasil dilakukan tidak berbuah menjadi gol karena ketiadaan finisher ini. Dimas Drajad belum mampu melakukan perannya sebagai finisher di pertandingan kali ini.

Kurang dimanfaatkannya keunggulan fisik

Di pertandingan kali ini, PS TNI sebenarnya memiliki keunggulan fisik yang lebih jika dibandingkan pemain SFC. Andai saja keunggulan fisik ini dimanfaatkan untuk memberikan tekanan konstan kepada pemain SFC, minimal selepas babak kedua, PS TNI setidaknya bisa memaksimalkan hasil imbang.

Hanya saja, yang terjadi malah PS TNI beberapa kali kecolongan lewat serangan balik SFC, utamanya di akhir babak kedua. Keagresifan yang masih setengah-setengah, yang hanya ditunjukkan saat menyerang namun tidak saat bertahan adalah PR bagi PS TNI.

Kesimpulan

Dari beberapa hal di atas, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa memang PS TNI memang masih membutuhkan jam terbang lebih banyak. Jam terbang yang dimaksudkan di sini adalah jam terbang kompetisi, bukan sekedar turnamen yang hanya dilakukan sesekali saja dan tidak rutin.

Dengan peningkatan jam terbang di kompetisi, bisa dipastikan bahwa keunggulan fisik pemain PS TNI dapat digunakan dengan baik, jika dipadukan dengan permainan teknik dan passing yang mumpuni.

(sf)

foto: radarindo.com

Komentar